08. Perhatian Kecil

1.2K 52 7
                                    

"Pakon jeut rhöt, Syila?" Bu Mulya bertanya mengapa Syila bisa terjatuh. Perempuan setengah baya itu mengoleskan minyak urut di kaki Syila yang sedikit membiru akibat terjatuh di jembatan tadi.

"Hom cit, Bu," jawab Syila sekenanya. Ia berkata bahwa ia juga tidak tahu kenapa bisa terjatuh.

"Syila keasyikan ngobrol berdua sama Kafi di atas jembatan, Bu. Makanya dia nggak sadar waktu jalan sampai nyusruk gitu," sahut Giska seraya terkekeh. Ia memang tidak bisa menjawab dalam bahasa Aceh juga, tetapi ia cukup mengerti pembahasan antara Bu Mulya dan Syila

"Ka jeut Syila ngon Kafi. Jak KKN merumpok jodoh[1]." Bu Mulya turut menggoda Syila.

"Hana, Bu. Kamo cuma ngon mantong," ujar Syila yang menegaskan bahwa ia dan Kafi hanya berteman saja.

Bu Mulya terkekeh, lalu menutup botol minyak urut yang sudah dioleskan di kaki Syila. "Singoh-singoh harus lebih hati-hati, Syila. Baroe rhöt tima lam mon, uro nyo rhöt bak jembatan. Untung pih hana rhöt dalam krueng nyan[2]," lanjutnya memberi nasehat pada Syila agar lebih berhati-hati.

Syila mengangguk seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia merasa seperti diomeli oleh ibu kandungnya.

"Beuh ka jeut istirahat, Syila, Giska, singoh na kegiatan laen lom," ujar Bu Mulya setelah memijat kaki Syila, ia menyuruh Syila dan Giska untuk beristirahat.

Syila mengangguk, "Makasih, Bu," ujarnya seraya berdiri dibantu oleh Giska menuju kamarnya.

"Makasih, Gis," ujar Syila begitu ia sudah duduk di atas bed cover-nya.

"Sama-sama." Giska bergeser menuju kasur lipatnya.

"Masih sakit, Syil?" tanya Amanda.

"Dikit, Man."

"Ya udah, tidur gih. Lihat tuh Nafiza udah sampai di alam mimpi sejak tadi."

Syila mengangguk dan mengambil guling kecil bergambar lebah miliknya untuk ia peluk. Namun, baru sempat memejamkan matanya, Syila sudah dibuat terkejut dengan teriakan Giska.

"Guys, Ana kepoin ig-nya Kafi, guys. Cie Ana!!" Giska berseru heboh seraya mengintip layar ponsel Ana yang memperlihatkan foto Kafi.

Ana langsung menyembunyikan ponselnya, "Enggak, tadi nggak sengaja," dalihnya.

"Masa sih?" Giska masih setia menggoda Ana.

"Beneran!"

"Cie, Ana!" Kini Amanda pun ikut menggoda Ana.

"Apaan sih kalian ini. Aku beneran nggak sengaja tahu!" sungut Ana.

"Ekhem, bakal terjadi cinta segitiga di kelompok kita kayaknya nih." Amanda menaikturunkan alisnya seraya menatap Giska dengan tatapan jahil.

Giska yang paham maksud Amanda pun mengangguk antusias. "Cinta segitiga antara Syila-Kafi-Ana," sahutnya, lalu tertawa terbahak-bahak.

"Kok aku?" Syila mengernyit bingung begitu namanya dibawa-bawa.

"Iya, lah. Bersaing secara sehat ya kalian berdua." Giska menatap Syila dan Ana secara bergantian.

"Ih, jadi gini loh, guys. Aku nggak sengaja lihat ig-nya Kafi tadi, karena temanku bilang kalau dia itu ketua LDK di fakultasnya. Aku penasaran dong, masa iya gitu dia ketua LDK. Eh, ternyata beneran dong." Ana mulai menjelaskan alasannya.

"Masa sih? Si nyebelin itu ketua LDK?"

Ana mengangguk, "Coba lihat kalau nggak percaya," lanjutnya seraya menyerahkan ponselnya pada Giska.

Sandyakala TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang