Dear, Kafi

805 23 11
                                    

Haii, Kafi. Izinkan aku untuk mengabadikan kamu dalam karyaku, ya?

Cerita ini kutulis khusus untukmu, Kaf. Tentang bagaimana awal pertemuan kita. Tentang bagaimana aku bisa kagum dan jatuh cinta yang begitu dalam padamu. Tentang bagaimana aku yang selalu menyebut namamu dalam doaku, berharap agar kelak kita bisa berjodoh. Dan tentang bagaimana aku yang harus merelakan dan mengikhlaskanmu.

Kafi, kamu tahu, nggak? Aku selalu merindukanmu. Aku rindu kebersamaan kita dulu. Aku rindu bagaimana kita bercanda dulu. Aku juga rindu kamu yang terkadang jahil padaku. Tapi, aku bisa apa selain berdoa? Aku tahu kemungkinan kita untuk bertemu kembali sangat kecil. Tapi, Kaf, aku selalu berdoa dan menunggu agar kelak bisa bertemu lagi denganmu.

Kafi, terima kasih sudah pernah hadir dalam hidupku. Memberi warna yang berbeda di kehidupanku. Mengajari banyak hal baik untukku. Dan memberi perubahan padaku ke arah yang lebih baik. Aku harap kamu bahagia selalu, ya. Semoga hal-hal baik selalu datang di kehidupanmu.

—Dari aku yang sampai saat ini masih menyimpan namamu dalam doaku, walaupun sudah tidak berharap lagi agar berjodoh denganmu.

Sandyakala TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang