14. Menjadi Redup

940 44 3
                                    

"Hari ini kita jadi ke MIN, 'kan?" tanya Syila seraya mencabut flashdisk dari laptopnya.

"Jadi, dong. Kamu mau print dulu di kantor, 'kan?"

Syila mengangguk, "Siapa yang mau antarin aku?"

Amanda mengedikkan bahunya, "Manda nggak bisa, Syil. Masih harus siapin bahan ini," ujarnya seraya merapikan beberapa tumpukan kertas dan bahan kerajinan yang akan digunakan untuk prokernya nanti.

Syila mengangguk, lalu melirik Nafiza yang sedang berbaring seraya menggulir layar ponsel. "Naf, antarin aku dong," pintanya dengan nada memelas.

"Hmm," gumam Nafiza, kemudian bangkit mengambil jilbab instannya yang disangkut di belakang pintu.

Syila sumringah, "Terima kasih, Bos!"

"Setelah antar Syila, kamu balik lagi, 'kan, Bos?" tanya Giska yang sedang bercermin seraya mengoles lipstik di bibirnya.

"Iya, Gis. Aku cuma antar Syila aja, terus balik lagi," jawab Nafiza.

Giska mengangguk, lalu kembali melanjutkan kegiatannya.

"Terus aku di sana sendiri, dong?"

"Enggak lah, Syil. Ada Kafi sama Septian, kok," ujar Giska seraya menaikturunkan alisnya.

Syila mendengkus, "Kamu temani aku dong, Bos."

Nafiza menggeleng, "Nggak bisa, Syila. Giska mau pakai motornya sama Ana. Mereka 'kan mau ke SD."

Syila mengerucutkan bibirnya, lalu mengangguk pasrah.

"Nggak apa-apa, Syil. Nanti Manda sama Bos bakal nyusul, kok." Amanda mengulas senyum.

"Ayo, Syil!" Nafiza memanggil Syila, lalu mengeluarkan motor dari dalam rumah.

Syila mengangguk, berjalan menyusul Nafiza ke luar. Setelah itu mereka berdua pun pergi ke kantor desa.

Syila melangkahkan kakinya masuk ke dalam kantor desa usai Nafiza berpamitan untuk kembali ke rumah Bu Mulya.

Suara Ipank - penyanyi asal Sumatra Barat - yang melantunkan lagu berjudul 'Cinto Apo Adonyo' memenuhi pendengaran Syila begitu memasuki kantor desa. Dilihatnya Kafi sedang mengepel lantai sembari sesekali bersenandung mengikuti alunan suara Ipank yang diputar di komputer.

Syila terkikik, lalu berjalan pelan-pelan ke arah meja komputer di sebelah kanannya.

"Hati-hati, licin!" peringat Kafi dengan tatapan yang masih fokus ke lantai.

Syila terkesiap, tak menduga Kafi menyadari kehadirannya.

"Kok sendiri? Septian mana?" tanya Syila setelah beberapa saat terdiam.

Kafi tak menjawab, ia berjalan ke kamar mandi untuk mencuci kain pel.

Syila mengedikkan bahunya, lalu memasukkan flashdisk yang dibawanya ke port USB pada komputer.

"Perlu bantuan?"

Syila terperanjat saat menyadari Kafi sudah berdiri di sampingnya. Ia menoleh ke kanan, mendapati lelaki itu berdiri dengan wajah tengilnya.

Mengerjapkan matanya, Syila tak menyangka bahwa lelaki yang memiliki tatapan meneduhkan itu, ternyata bisa menampilkan wajah tengil juga.

Tatapan mereka bertemu satu sama lain bersamaan dengan suara Ipank yang melantunkan bagian refrain lagu.

"Kok rancak bana rauik ruponyo
Kok kayo bana dek harato
Indak denai tadayo
Cinto denai apo adonyo
Lapuak bana titian kayu
Ungkia bana biaso janji
Namun pinto denai
Janji kito usah lupokan."

Sandyakala TerindahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang