Bab 6

35 24 54
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Udara senja segera memenuhi gerbang sekolah saat waktunya pulang sekolah telah tiba. Di sana, aku sedang berdiri bersama Ameena dengan senyum yang tidak terbendung menghiasi wajah kami berdua. Malam ini, kami berdua telah merencanakan untuk bertemu di taman kota, tempat kami mencari kedamaian dan kesenangan setelah hari yang begitu melelahkan di sekolah.

"Ke mana, sih, Resa?" tanya Ameena.

"Aku tidak tahu. Eh, tuggu sebentar, bukankah Resa tidak ada di sekolah tadi?" Aku berusaha mengingat dengan sekuat tenaga. Bisa-bisanya aku menjadi orang yang pelupa seperti ini. "Ya, benar. Aku ingat sekarang, Resa memang tidak hadir hari ini," ucapku, dengan penuh keyakinan dalam suara.

"Benar sekali, Resa memang tidak ada," ujar seseorang tiba-tiba. "Dia absen hari ini."

Aku berbalik dan terpesona oleh sosok yang tidak pernah kusangka-sangka. Rambutnya pendek dengan gelombang kecil yang indah. Sorot mata yang tajam dengan alis tebal yang juga menawan, terpandang indah di bawah sinar senja.

"Hai, namaku Kevin, kita adalah teman satu kelas." Dia menjulurkan tangan, dan menyapaku dengan sebuah senyuman ramah. Sial! Ternyata dia punya senyuman yang sangat manis.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Ameena, penuh rasa ingin tahu.

"Loh, aku hanya ingin menyapa teman sekelas." Kevin melangkah pergi, dan perlahan punggungnya menghilang di dalam lautan para makhluk yang berlari kocar-kacir hanya untuk pulang.

"Dia sangat manis," ucapku, pelan.

"Kevin itu seseorang yang aneh. Banyak gadis yang tertarik padanya, tapi dia tidak pernah mau menjalin hubungan dengan mereka," ujar Ameena. "Sudah, kita tak perlu memikirkan Kevin lagi."

Aku menganggukkan kepalaku, pelan.

"Aku tak sabar menunggu perjalanan ke taman malam ini," ucapku dengan antusias pada Ameena. "Kalau kamu?"

Ameena mengangguk, senyumnya yang cerah menyinari wajahnya. "Pasti akan menjadi malam yang indah. Jangan lupa, pukul tujuh malam di sana, ya?"

"Aku pasti akan tepat waktu, jangan khawatir," ucapku, dipenuhi semangat.

Setelah janji itu terucap, aku kembali melanjutkan langkah pulang ke panti asuhan. Namun, nasib berkata lain ketika aku bertemu dengan kelompok pembully yang kerap menggangguku.

Mereka melihatku tersenyum seorang diri, dan tanpa rasa belas kasihan, mereka pun mulai mengolok-olokku.

"Kami berhasil lepas dari jerat penjara, dan tahukah kamu? Ameena, pacarmu, yang telah melaporkan kami." Mereka tertawa dengan jahat, mata mereka menatapku tanpa ampun. "Seharusnya, seorang pria menjadi pelindung, bukan dilindungi oleh seorang wanita. Maka dari itu, lebih baik kamu diam dan tidak berbicara apa pun pada Ameena."

Bimasakti - Dark Beggining Of AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang