Bab 5

37 22 46
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Sinar matahari belum mencapai puncak kehangatannya saat langkahku memasuki halaman sekolah yang masih sunyi. Sepinya jalanan kota memberi kesempatan bagi keheningan di dalam diriku untuk merasuki ruangan kosong.

Aku melangkahkan kaki dengan tenang menuju kelas 10-2, berharap tiba lebih awal daripada yang lain. Sungguh menyenangkan merasakan ketenangan saat melangkah ke dalam kelas yang ternyata masih sepi. Di sini, aku bisa menenangkan diri dan merenungkan hal-hal penting sebelum memulai hari.

Duduk di bangku favoritku, aku mulai menata buku-buku dengan hati-hati. Tiba-tiba, pintu terbuka dan Ameena muncul, lalu melangkah mendekatiku. Lagi-lagi, aku merasa terpesona oleh kecantikan Ameena yang memukau. Dalam seragam sekolah yang sama dengan yang lainnya, dia mampu memancarkan aura keanggunan dan keeleganan yang tak bisa terkalahkan.

"Entahlah, sepertinya semua orang di sini sangat malas," gumam Ameena. "Milky, kenapa kamu datang begitu pagi hari ini? Apakah kamu ingin bertemu denganku?" tanyanya dengan percaya diri, disertai sebuah senyuman manis.

"Kamu adalah gadis yang sangat cantik, dengan rambut emas panjangmu yang tergerai begitu indah dan senyuman yang mampu melelehkan hati siapa saja," ucapku, lalu aku membalikkan pandanganku dengan perasaan kesal. "Tetapi, kamu lupa untuk menyapa seseorang saat pertama kali bertemu."

"Hai, Milky," sapanya dengan lembut.

Jantungku berdetak lebih kencang saat mendengar namaku disebut olehnya. Senyuman manisnya merasuki hatiku, menghangatkan hari yang sebelumnya terasa begitu sepi. Aku berusaha untuk menenangkan diriku saat menjawab, "Halo, Ameena. Kamu terlihat sangat menakjubkan dan begitu cantik hari ini. Terima kasih atas sapaanmu, tadi."

Ameena tertawa dengan malu-malu, lalu dia menjawab, "Terima kasih, Milky. Kamu juga terlihat keren dengan seragam sekolah ini, lho." Kemudian Ameena memberikan pukulan ringan di kepalaku. "Hei, apakah kita harus berbicara dengan formal seperti ini?" omelnya, sambil meletakkan kedua tangannya di pinggang seperti ibu-ibu.

Wajahku sedikit menjadi merah saat mendapat pujian balik dari gadis itu. Seragam sekolah yang rapi melingkupi tubuh Ameena, menyoroti keanggunan dan kecantikan yang melekat padanya. Mataku mulai mengamati setiap inci tubuhnya yang anggun, dari leher yang jenjang hingga bahu yang lembut, lalu merambat turun ke seluruh siluetnya yang memikat. Seragam sekolah itu mungkin sederhana, tetapi pada diri Ameena, itu terlihat begitu sempurna.

"Apakah kamu tahu, Milky?" Ameena memanggil namaku dengan perhatian.

"Hmm?" tanyaku, siaga mendengarkan.

"Aku merasa sedih, Milky," ungkap Ameena, sambil menundukkan kepala dengan lesu. "Resa sering kali melukai hatiku, meski Resa adalah sahabatku."

Sial, ternyata ini adalah masalah yang melibatkan sahabatnya sendiri. Aku mengangguk, merasakan empati yang mendalam terhadap Ameena. Aku mengerti betapa pedihnya hati ketika seseorang yang kita percayai dengan sepenuh hati, justru melukai kita. "Aku ingin membantumu, Ameena," kataku, suara lembut ini terucap dari bibirku.

Bimasakti - Dark Beggining Of AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang