Ark 2: Tragedi di kota New York
Bagian 6: Awan dan Gas kosmik
~〒~
Claren berlari dengan kecepatan yang luar biasa, melintasi ruang dan waktu. Namun, tatapannya segera teralih pada sebuah pemandangan mengerikan yang terbentang tepat di hadapannya.
Bangunan-bangunan pencakar telah runtuh seperti dikoyak oleh monster dahsyat. Di tengah puing-puing yang berserakan, Claren menemukan Hans tergeletak, lemah dan tidak berdaya. Tanpa ragu, Claren melompat melewati reruntuhan, mempercepat langkahnya menuju Hans. Dengan khawatir, dia menyentuh tubuh Hans, berusaha membangunkannya. Namun, Hans tampak sudah rapuh dan tak berdaya.
Suaranya gemetar saat ia berbicara, "Claren, dia telah mengambil banyak nyawa. Aku sudah mencoba untuk melindungi mereka, tetapi dia berhasil mengalahkanku. Pasukan pelindung kota, habis dihancurkannya." Hans terbatuk-batuk, darah segar mengalir dari mulutnya yang kecil. "Di tengah pertempuran kami, dia memakan satu pil bercahaya ungu. Aku tidak tahu apa pun, tapi kekuatan orang itu meningkat drastis," ungkapnya dengan suara lirih.
Claren dengan lembut meletakkan telapak tangannya di pipi Hans, lalu tiba-tiba memukul wajahnya dengan keras. "Jangan memainkan drama, Hans!" teriak Claren. "Ini berarti kamu yang lemah jika kamu kalah." Claren menghardik Hans yang tampak pasrah.
"Dia terlalu kuat, bukan karena aku lemah," sahut Hans mencoba mencari kata-kata yang bisa membuat dirinya terlihat jauh lebih baik di mata Claren. Namun, pria itu tampak kehilangan jati dirinya hanya dengan satu pukulan yang menghantam wajahnya. "Apakah kamu mendengar suara dentuman tadi?" tanya Hans dengan penasaran.
Claren mengangguk. "Ya."
"Karena suara dentuman itu, aku masih diberi kesempatan untuk hidup. Wanita itu pergi dan meninggalkanku. Padahal, dengan satu pukulan kecil, dia bisa saja membunuh aku, sih." Hans mencoba mendekati Claren. "Tapi, aku yakin kamu pasti bisa menghadapi orang itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bimasakti - Dark Beggining Of All
Science Fiction"Sebagai subjek eksperimen, kamu tidak pantas untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan." • Di depan pintu gerbang SMA yang megah, sebuah babak baru dalam perjalanan kehidupan Milky telah dimulai. Hatinya penuh harap dan penasaran, menghadapi dunia sekol...