Bab 45

4 1 1
                                    

•(⁠>⁠▽⁠<⁠)•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•(⁠>⁠▽⁠<⁠)•

Pada pagi hari yang semerbak, sinar lampu mulai merayap masuk ke dalam ruangan, mengusir sejuknya malam yang sudah berlalu. Di sana, seorang pria tampan tersentak dari tidurnya, menerawang dari alam mimpi menuju kenyataan yang tiba-tiba. Wajahnya yang memikat, seakan terukir dengan keanggunan ras orang Korea, menyapa dunia dengan pesona yang memukau.

Tanpa sehelai kain yang melingkari tubuhnya, ia bergerak lentur, langkah demi langkah, menjauh dari kasur yang pernah menjadi tempat nyamannya. Seperti embun yang beringsut di langit Goa, tangan lembutnya meraih tirai jendela, membuka lapisan tipis yang menghalangi kehadiran sinar. Sepotong cahaya membanjiri ruangan, menyoroti keelokan wajahnya yang bersemi-semi.

Namun, di tengah langkahnya yang penuh dengan ketenangan, ia terkejut mendapati keberadaan pria lain yang juga berdiam di keheningan pagi. Pria tersebut, tanpa satu helai pakaian yang melingkupinya, sangat mengejutkan. Tatapan mereka bertemu secara tak terduga, menyatu dalam kebingungan dan keheranan yang terpancar dari kedua manik yang saling berhadapan.

Dalam tatapan itu, terdapat kekaguman yang tersembunyi, keanehan yang menggelitik, dan suatu misteri yang tidak terungkap. Seperti dua planet yang berpapasan di alam semesta, mereka merasakan kehadiran yang tidak terelakkan. Apakah itu pertemuan kebetulan, atau garis yang memintal benang-benang takdir? Hanya waktu yang akan memberikan jawaban pasti.

Di antara jendela yang sudah terbuka lebar dan mereka yang tengah berdiri, terjalin hubungan yang tak terucapkan. Dalam diam, dunia seakan bergetar, mengantarkan dua jiwa yang belum menyadari satu benang merah yang mengikat mereka pada belenggu aneh.

"Apa yang sedang kamu lakukan di sana?" tanya Milky, cepat-cepat menutupi area selangkangannya. "Alihkan pandangan kamu dari sini."

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya!" pekik pria itu dengan keras, menatap tajam Milky. "Apa yang kamu lakukan di dalam kamarku? Apakah kau anak baru? Bagaimana mungkin kamu bisa masuk ke dalam rumahku!"

Milky menjawab dengan santai. "Apa yang kamu pikirkan? Ini adalah villa milikku. Seharusnya kamu meminta penjelasan terlebih dahulu, dasar berandalan." Dalam kegeramannya, Milky menggerutu, lalu berdiri dan mendekati pria itu tanpa memedulikan keadaan tubuhnya yang bertelanjang.

"Hai, kita berdua adalah pria. Aku tidak tahu tentang apa yang terjadi padamu semalam, tetapi aku menyelamatkanmu saat itu. Paling tidak, kamu tidak terganggu oleh kehadiran Liliput yang menatapmu dengan pandangan yang mengerikan di ujung jalan," jawab Milky sambil menyentuh bahu pria itu.

"Panggil saja aku Kim Young-So," kata pria itu, wajahnya mulai memerah. Ia menjauhi Milky dan dengan cepat menutupi selangkangannya. "Jangan menatapku," ucapnya dengan marah.

"Jadi, kaulah yang dimaksud Claren?" tanya Milky, penuh rasa ingin tahu. "Oke, sekarang aku mengerti mengapa dia berusaha keras untuk menjodohkan aku dengamu." Milky memandangi Young-So dari atas hingga ke bawah. "Kamu cukup menarik," ungkap Milky.

Kim Young-So menurunkan pandangan terhadap Milky, merasa sangat terkejut dan terdiam sejenak. Tidak dapat dipungkiri, ada sesuatu yang menarik dari sikap dan penampilan Milky yang membuatnya terpesona. "Aku mohon maaf jika aku salah mengartikan situasi barusan ini. Namun, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi pada malam itu, jika Liliput menangkap aku," ucap Young-So sambil tersenyum.

Bagi Milky, Kim Young-So adalah contoh nyata dari seorang pria yang cantik. Tubuhnya tidak terlalu berotot, tapi terlihat begitu langsing. Kulit putihnya bersinar, menyatu dengan wajah yang halus dan tampan. Dengan kata lain, Young-So memancarkan pesona yang mengagumkan dan menggetarkan jiwa.

Setelah puas menatap Young-So, Milky mengambil pakaian dari lemari dan melemparkannya ke arah Young-So. "Pada malam itu, aku melihat kamu sedang mabuk terhuyung di tengah jalan. Entah apa yang terlintas dalam pikiranku, tapi aku memilih untuk menolongmu," ungkap Milky sambil mengenakan boxer serta pakaiannya.

Young-So secara diam-diam mulai memperhatikan Milky, kagum dengan tubuh atletis dan wajahnya yang sangat tampan. Young-So merasakan suatu kehangatan dari setiap kata yang diucapkan Milky, dan mempercayai bahwa Milky adalah orang yang baik.

"Lalu, apa yang terjadi setelah itu?" tanya Young-So, sementara tubuhnya sudah tertutup penuh oleh pakaian. "Kalau tidak salah, sih, waktu itu aku sedang minum-minuman bersama teman-temanku di dalam bar. Mungkin aku lupa satu fakta bahwa aku bisa menjadi begitu kacau ketika mabuk, lo."

"Kembali menggunakan kata 'lo', apa yang mereka pikirkan? Apakah mereka terkena sindrom 'lo' sehingga tidak bisa menggunakan kata 'loh' atau 'lho'. ini menyebalkan!" pekik Milky dalam hati. Sudah jelas jika dia yang suka pelajaran bahasa, akan sangat membenci tradisi aneh yang disimpan oleh para Ziyorish.

"Ada apa?" tanya Young-So, polos.

Milky duduk di atas kasur. "Yah, pada saat itu, kamu muntah di pakaianku. Kemudian, aku melihat sesosok yang mengerikan di ujung jalan. Sosok itu adalah Liliput, entah apa yang akan dia lakukan padamu. Tapi aku merasakan kengerian dari senyumannya, seakan dia menemukan dua korban sekaligus."

Milky melanjutkan ceritanya. "Namun, aku langsung membawamu masuk ke dalam rumah ini dan membawamu ke kamar tidurku. Tetapi, begitu sampai di kamar, kamu malah muntah lagi dan mengisi seluruh ruangan dengan bau yang tak sedap. Jadi, aku membawamu ke dalam kamar mandi dan kita mandi bersama di sana. Setelah itu, aku dengan susah payah, meletakkan tubuhmu itu di kasur, dan aku tertidur di sampingmu tanpa memedulikan pakaian karena aku sangat lelah." Milky menjelaskan sambil tersenyum manis.

Young-So mengangguk, kemudian ia duduk di samping Milky dan mulai berbicara dengan jauh lebih tenang, memulai hubungan persahabatan. Young-So merasa bahwa Milky adalah orang baik yang bisa diajak berbicara.

Sementara itu, Claren melihat mereka dari kejauhan. Dia tersenyum dengan senyuman nakal, dengan air liur yang jatuh dari bibirnya. "Sial, beruntung Young-So membuka tirai kamar itu. Jadi, aku bisa melihat mereka sedang telanjang di dalam kamar. Aah! Apa yang mereka lakukan?" teriak Claren dengan riuh, membuat semua orang menatapnya dengan pandangan aneh.

Namun, Claren tidak mengindahkan reaksi orang-orang di sekitarnya. Ia segera mengacungkan tangannya dan spontan memukul wajah Hans yang mencoba mendekatinya sekali lagi. "Hei, sudah aku bilang, jangan pernah mencoba mendekati diriku, dasar gila!"

 "Hei, sudah aku bilang, jangan pernah mencoba mendekati diriku, dasar gila!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bimasakti - Dark Beggining Of AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang