Bab 42

5 0 0
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Dalam kegelapan yang menyelimuti area sel penangkaran, Claren dan Milky berjalan dengan sangat berhati-hati. Setiap langkah mereka diiringi oleh suara gemerincing dan kegusaran yang melintas di udara. Sel penangkaran yang gelap terlihat menakutkan, dan di tengahnya terdapat sel tertutup dengan lambang "Keter" yang terukir dengan jelas di atas pintunya. Milky mengikuti Claren dengan kaki yang gemetar, kekhawatiran mencengkeram hatinya.

"Berhati-hatilah, Milky," ujar Claren.

"Aku selalu berhati-hati," ungkap Milky.

Saat mereka melangkah lebih dekat, Claren secara tiba-tiba merentangkan tangannya dan memaksa Milky untuk berhenti. Berdua mereka membeku, pandangan mereka terpaku pada sosok mengerikan yang sedang berdiri di atas mayat dengan kepala yang terputar seratus delapan puluh derajat. Cahaya redup yang menyinari ruangan tersebut mengungkapkan kehadiran sosok itu dengan jelas. Milky merasa dadanya terasa sesak saat melihatnya, dengan bentuk yang menggambarkan kekejaman dan keanehan yang begitu mengerikan. Di seluruh tubuh sosok itu terdapat cairan berwarna merah yang lengket, menciptakan kiasan dari makhluk keji yang tidak tergambarkan.

Milky dan Claren sama sekali tidak bisa mengalihkan pandangan mereka dari makhluk itu. "Sialan!" teriak Claren. Wajah mereka dipenuhi dengan ketegangan dan rasa takut yang tidak terelakkan. Mereka merasakan napas mereka yang berat dan terdengar memekik udara yang penuh kegelapan.

Claren, dengan suara yang dipenuhi tekanan ketakutan, berkata, "Inilah SCP-173. Jangan sampai salah satu dari kita berkedip, atau dia akan datang dan membunuh kita." Suaranya dipenuhi dengan kecemasan yang terabaikan, menyebabkan bulu kuduk Milky mulai merinding. Dia merasakan getaran ketakutan yang mengalir melalui setiap serat tubuhnya, dan kedua matanya terus memandangi sosok itu dengan ketakutan yang tidak dapat terkendali.

Keduanya tentu menyadari betapa berbahayanya situasi ini. SCP-173, entitas yang sangat ganas dan licik, selalu menunggu momen yang lemah untuk menyerang. Setiap gerakan kecil, bahkan sekejap mata yang terpejam, berarti kematian yang mengerikan.

Dalam keheningan mencekam, Claren dan Milky saling memandang. Mereka tahu bahwa hanya dengan tetap tenang dan menjaga kewaspadaan, mereka pasti memiliki harapan untuk bertahan hidup dan melawan ancaman yang mengerikan ini. Dengan hati-hati, mereka melanjutkan langkah mereka, mengikuti setiap petunjuk dan instruksi penangkapan dengan penuh perhatian, mengharapkan keajaiban agar mereka bisa menangkap anomali itu dan keluar dari sel penangkaran dengan selamat.

"Claren ...."

Di dalam momen ketegangan yang melumpuhkan, Milky berjuang untuk menahan kedipannya. Dia merasa kelopak matanya semakin berat, dan keinginannya yang tidak terelakkan untuk berkedip, juga semakin kuat. Claren menyadari bahaya yang sedang mengancam Milky, ia berteriak dalam kepanikan, mencoba menggagalkan kedipan Milky. Namun, sebelum ia bisa bereaksi, terjadi hal yang tidak terduga.

Tanpa aba-aba, SCP-173 tiba-tiba berada di hadapan Claren dengan Milky yang tergeletak tak bernyawa di bawahnya. Teror langsung melanda hati Claren dan ia merasa kehilangan kata-kata. Dia tidak dapat menerima apa yang baru saja ia saksikan, murid laki-lakinya yang terfavorit, jatuh sebagai korban kekejaman SCP-173. Claren melangkah mundur, matanya terpaku pada entitas menyeramkan itu, sambil tersenyum, merencanakan cara untuk menangkap anomali tersebut dan menghentikan teror mengerikan yang disebabkannya.

"Bangkitlah, Milky," ucap Claren dalam hatinya dengan satu seringai yang licik.

Namun sebelum Claren dapat bergerak lebih jauh, seorang personel kelas C, yang sebelumnya sama sekali tidak terlihat, tiba-tiba saja muncul dan menciptakan kekacauan. Keberadaan personel tersebut memecah konsentrasi Claren, memberikan kesempatan bagi SCP-173 untuk menyerangnya. Claren melihat dengan ngeri ketika personel tersebut diserang dan terbunuh dengan kejam oleh entitas ganas itu. Kehadiran SCP-173 semakin mengancam, dan Claren merasakan tekanan ketakutan yang mengerikan di dalam sukmanya.

Dalam momen putus asa, Claren tidak dapat menahan kedipannya lagi. Dia merasakan kelelahan yang luar biasa, dan akhirnya, kedua kelopak matanya terpejam sejenak. Tetapi, ketika Claren membuka matanya, sesuatu yang tidak terduga terjadi. SCP-173 berdiri di depannya, tetapi entah bagaimana, Claren tidak terluka. Keheranan mencengkeram hati Claren saat ia melangkah mundur, pandangannya terfokus pada Milky yang tiba-tiba hidup kembali dengan tangan yang dijulurkan mengarah kepada SCP-173.

"Sudah kuduga," batin Claren.

Milky mengangkat wajahnya, dan di dalam matanya terpancar kekuatan yang mempesona. Milky mengalirkan energi Telekinesis di dalam tubuhnya, mengarahkannya pada SCP-173 yang hendak menyerang Claren. Dengan kemampuan yang luar biasa, Milky berhasil menguasai entitas pembunuh itu, mengubahnya menjadi patung yang tidak berdaya. SCP-173 terperangkap dalam belenggu Telekinesis, tak dapat bergerak atau menimbulkan bahaya.

Di hadapan Claren dan Milky, SCP-173 telah kehilangan identitasnya yang menakutkan. Anomali tersebut hanya menjadi objek diam yang membeku, tak lagi menimbulkan ancaman yang mematikan. Claren tersenyum, terkesan oleh keberanian dan bantuan Milky. Rencananya yang tersembunyi untuk menangkap SCP-173 menjadi nyata, dengan bantuan tidak terduga dari muridnya yang membuatnya tersentuh.

"Apa yang harus aku lakukan?" tanya Milky. "Apa aku harus menahannya?"

"Sebentar dulu, aku akan membantu!"

"Cepatlah! Dia bau," kata Milky.

"Aku yang berada di dekatnya, kenapa kamu yang ngerasa bau?" tanya Claren.

"Aku punya penciuman tajam, bodoh."

"Baiklah," ungkap Claren, tersipu malu.

Dalam momen itu, Claren merasakan suatu tekad yang kuat di dalam dirinya. Bersama Milky, mereka telah memiliki kesempatan emas untuk menghadapi ancaman-ancaman lain yang ada di dalam organisasi ini. Mereka mengerti bahwa perjalanan mereka belum berakhir, dan bahwa mereka harus terus berjuang melawan kegelapan dan misteri yang menghantuinya. Dengan keberanian dan persahabatan yang mulai terjalin, Claren dan Milky siap menghadapi apa pun yang mungkin sedang menunggu mereka di hadapan.

 Dengan keberanian dan persahabatan yang mulai terjalin, Claren dan Milky siap menghadapi apa pun yang mungkin sedang menunggu mereka di hadapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bimasakti - Dark Beggining Of AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang