Bab 7

34 23 53
                                    

•♡•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•♡•

Aku keluar dari panti asuhan dengan rasa sukacita yang menggebu-gebu. Sejak lama, aku merindukan saat ini, ketika akhirnya aku bisa merasakan betapa bebasnya hidup di luar dinding yang membatasi eksistensiku. Langit terhampar gemerlap, menari bersama sinar bulan yang memancar menerangi jalanan yang sepi, menciptakan suatu aura kehangatan di sekeliling tubuhku.

Dengan langkah-langkah kaki ringan, aku berjalan melintasi jalanan sunyi yang lengang. Aku melihat sekelilingku dengan penuh kekaguman, menghirup udara prima yang menyegarkan paru-paruku. Senyum lepas tidak pernah lekang dari wajahku yang polos, memancarkan kebahagiaan yang tak terbendung. "Bagaimana dengan dia di sana, ya?" tanyaku, bermonolog.

Sampai pada suatu titik, aku tiba di sebuah taman yang memancarkan keceriaan. Suara riang anak-anak yang tertawa dan mainan yang berdentum, bergemuruh di telingaku. Aku melihat sekelilingku, mencari tempat yang nyaman untuk menikmati momen ini.

Tiba-tiba, pandanganku tertuju pada seorang pemuda, dia adalah Kevin, yang sedang duduk sendirian di sebuah bangku kayu. "Halo, Kevin, apa kabar?"

"Ya?" tanya Kevin.

Rasa keingintahuanku yang tidak terbendung, mendorong aku untuk mendekati Kevin dengan perasaan gugup. Kami bertegur sapa sejenak, dan dalam percakapan kami, topik tentang kehidupannya, tak terelakkan muncul.

Dengan hati-hati, aku menanyakan tentang kisah cintanya yang mungkin pernah ia alami. Kevin adalah pribadi yang hangat dan ramah. Meskipun ada sedikit sentuhan keanehan di dalam kepribadiannya, tetapi percakapan kami memberiku kepercayaan diri yang semakin kokoh terhadap tujuan yang telah membawaku ke tempat ini.

"Apa kamu homo?" tanyaku.

"Apa kau gila?" bentak Kevin.

"Yaudah, maaf, deh," ucapku.

"Sebenarnya, nggak salah," kata Kevin.

"Apa itu benar?" tanyaku sekali lagi.

"Baiklah, aku tidak bisa mengelak lagi."

Aku tersenyum gemilang. "Kebenaran akhirnya terungkap, habisnya, aku sangat penasaran dari tadi," ungkapku.

"Apa kau mau sedikit permainan?"

Aku mendongak, menatap Kevin. "Apa itu? Permainan seperti apa?" tanyaku.

"Mungkin, kita bisa pergi ke hotel," ucap Kevin dengan wajah malu-malu.

"Mengerikan," kataku dengan datar.

"Eh, tidak begitu maksudku," ungkap Kevin. "Namun, jika kamu mau, kamu bisa melepaskan keperjakaan padaku."

Aku tersentak, sedikit merasa bingung. Bagaimana bisa Kevin mengetahui jika aku masih perjaka? Apa ini kerjaan Resa? Namun, aku tidak merasa curiga.

Hatiku tetap dipenuhi oleh kegelisahan dan kerinduan akan perhatian cinta Ameena. Aku merasa terpanggil untuk mencari Ameena, yang kata Kevin biasanya duduk di dekat pancuran air pada taman ini. Dengan perasaan yang berdebar, aku berpisah dengan Kevin kemudian melangkah menuju Ameena.

Bimasakti - Dark Beggining Of AllTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang