5. Ombang-Ambing Rasa

2.5K 276 81
                                    

Semuanya berawal dari sebotol air mineral. Perasaan ini dimulai dari sana. Juanda jatuh hati pada Rindu hanya karena sebotol air mineral.

Saat itu, Juanda sedang tidak enak badan. Dia memutuskan diam di parkiran lebih dahulu sebelum kelas sore dimulai. Setidaknya, istirahat dalam mobil akan lebih berkualitas dibandingkan meringkuk di meja kantin. Juanda juga tidak mau merepotkan orang lain jika sampai dia timbang di tengah kelas.

Dengan segenap tenaga yang ada, Juanda menerjang teriknya matahari. Semakin jauh langkah yang diambilnya, semakin banyak keringat yang bercucuran membasahi punggung. Pandangannya pun mulai kabur, napasnya mulai pendek. Sebelum kesadaran benar-benar hilang, Juanda dikejutkan dengan tepukan cukup keras di bahunya. Ketika menoleh, ia mendapati sosok perempuan berambut sebahu dengan wajah datar tengah menatapnya.

"Nih."

Awalnya, Juanda bingung dengan satu kata super singkat yang diucapkan perempuan itu. Hingga dia sedikit menunduk dan mendapati sebotol air mineral sudah ada di depan dadanya.

"Oh, iya ...." Dengan gerakan lunglai, Juanda meraihnya. "Berapa?"

"Gue gak jualan," sahut gadis itu dengan begitu cepat. Tidak ada intonasi kesal, semuanya datar. Dia menunjuk sebuah bangunan yang ada di belakang Juanda dan berkata, "Mending lo istirahat di UKS aja. Tempatnya kosong, kok."

Juanda menoleh ke arah bangunan itu. Benar juga. Kampus menyediakan fasilitas kesehatan yang terbilang lengkap, mengapa Juanda tidak memanfaatkannya saja?

"Sakit apa?"

Pertanyaan gadis itu membuat Juanda kembali menoleh padanya. "Pusing. Kayaknya kurang tidur."

"Oh."

Untuk beberapa saat, Juanda hanya mematung di tempat sembari menatap punggung gadis itu menjauh. Sudah? Begitu saja? Juanda kira gadis itu akan merekomendasikan obat atau semacamnya. Ternyata sekadar ingin tahu.

Setelah sosok gadis itu benar-benar menghilang, langkah kaki Juanda berpindah haluan. Dia memutar tubuhnya dan melangkah menuju UKS. Gadis itu benar, tidak ada siapa-siapa di sana. Petugas yang seharusnya berjaga di depan pun tidak ada, sepertinya sedang mengisi perut. Juanda membaringkan diri di atas kasur dan menarik selimut sampai setengah badannya tertutup. Setelah itu, ia benar-benar membiarkan seluruh tubuhnya beristirahat.

"Ini, dari pacar kamu."

Baru saja Juanda hendak meninggalkan UKS dan siap memburu kelas selanjutnya, tetapi ucapan petugas kesehatan di sana berhasil menghentikan langkahnya. Dengan alis bertaut, dia menatap kantung keresek bening di hadapannya.

"Pacar, Bu?" tanya Juanda seraya melirik beliau.

"Iya, tadi pacar kamu datang dan nitip ini sama saya. Katanya buat kamu. Di sini juga sudah ada paracetamol, tapi itu saya yang kasih, biarpun pacar kamu yang minta," ucap ibu petugas kesehatan itu lagi. "Cepet, makan dulu. Tadi kamu gak makan siang, kan?"

Masih dengan wajah bingung, Juanda pun menggeleng.

"Ya udah, cepet ambil. Pemberian dari pacar sendiri, kok, banyak mikir begitu? Dia bisa marah kalau lihat kamu kebingungan begitu. Padahal anaknya cantik, masa gak diakui?"

Perlahan, Juanda pun mengambil alih kantung keresek bening itu. Dari luar ia bisa tahu apa saja isinya. Roti selai persik, biskuit gandum, sebotol air mineral, dan dua butir paracetamol. Baiklah, Juanda memang belum sempat makan siang. Makanan ini bisa dianggap sebagai rezeki tak terduga. Namun, bukan itu inti masalahnya.

"Masalahnya saya emang gak punya pacar, Bu. Saya jomlo," lirih Juanda seraya kembali bertukar pandang dengan petugas kesehatan itu.

Beliau langsung melongo. "Lho, anak cantik yang rambutnya segini, tuh, bukan pacar kamu?" balas sang ibu sembari meletakkan kedua tangannya di bahu.

Forever Only [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang