"Hai, Princess!"
Suara itu menyapa indera pendengaran Rindu. Sosoknya yang berdiri mengenakan gaun tanpa lengan terpampang jelas di layar laptop. Saat itu Rindu tersenyum, begitu lebar dan lepas. Tidak ada sedikit pun beban di wajahnya. Yang terlihat hanyalah kebahagiaan yang tiada tara.
"Kamu ambil foto?"
"Bukan, ini video."
Bariton lembut itu kembali terdengar. Seperti biasa, akan ada gemuruh hebat dalam dada Rindu. Niatnya, dia ingin mengikis sebagian kerinduan yang ada dalam hati. Namun, tiap kali memutar video ini, kerinduan itu justru tumbuh semakin menjulang, semakin besar, sampai dada Rindu terasa sesak.
"Perempuan cantik itu namanya Rindu. Dia adalah perempuan yang paling dicintai oleh Angkasa. Kadang bisa berubah jadi singa, sih. Tapi, hatinya baik banget."
Rindu tampak memutar bola matanya. "Jadi, kamu lagi puji atau ngejek aku?"
"Hehehe ...."
Hari ini adalah salah satu hari penting di antara 364 lainnya. Hari ini adalah hari peringatan kepergian Angkasa, dua puluh sembilan Maret. Hari di mana Rindu harus melepaskan cintanya, Bu Fany harus melepaskan putra terkasihnya, dan Davka serta Tristan harus melepaskan sahabat sejati mereka.
Sebaik apa pun caramu berpamitan, perpisahan akan tetap menyakitkan.
Sekalipun saat itu Rindu yang paling tahu bagaimana Angkasa mengucapkan selamat tinggal, tetapi hatinya tetap terluka karena perpisahan ini. Kendatipun Angkasa telah menyiapkan surat yang ditulis susah payah, itu tidak serta merta membuat luka hati Rindu terkikis sedikit pun. Yang pergi adalah orang yang sangat berarti dalam hidupnya. Yang berpulang adalah laki-laki baik yang menjadi pemilik seluruh hati Rindu.
"Tadi dia bilang cinta? Ck! Dulu bilangnya benci, gak mau jadi tunangan gue, gak bahagia sama gue."
Yang mengisi seluruh layar bukan lagi Rindu, melainkan figur Angkasa. Lelaki itu menatap kamera dengan penuh percaya diri, membuat Rindu seakan sedang bertukar pandang dengannya. Sebuah tangan meraup pipi lelaki itu, membuat bibirnya mengerucut lucu.
"Kan, itu dulu. Sekarang udah beda lagi, udah jadi budak cinta."
"Makanya, jangan terlalu benci. Jadinya malah cinta kan?"
Rindu terkekeh ketika lelaki itu mengangguk dengan polosnya dalam gambar. Ah, ia jadi merindukan momen kasmaran itu. Sekalipun harus melewati masa sulit, Rindu dan Angkasa mantap untuk memperjuangkan cinta mereka sampai akhir. Bahkan, mereka nekat kabur dari rumah untuk membuktikan pada dunia bahwa tidak ada satu orang pun yang bisa memisahkan mereka.
"Dengan segala pengorbanan itu, aku harap kita bisa menghabiskan sisa hidup sama-sama. Dalam bahagia dan cinta yang tetap terawat."
"Aamiin. Semoga."
"Semoga."
Ya, tidak ada satu pun orang yang bisa memisahkan mereka. Namun, Tuhan bisa. Begitu mudah bagi Tuhan untuk mengubah senyum lebar mereka malam itu menjadi tangisan pilu esok harinya. Bukan hal yang kecil bagi Tuhan untuk mengubah kebahagiaan itu kesedihan berkepanjangan.
Hanya satu minggu sejak video itu dibuat, harapan mereka hancur lebur direnggut takdir. Tidak ada selamanya dalam kisah cinta Rindu dan Angkasa. Perpisahan adalah titik akhirnya.
"Mbak ...."
Sebuah panggilan dari arah pintu sukses mengalihkan perhatian Rindu. "Kenapa, Yu?" sahut perempuan itu.
"Mbak Kiara sudah di depan. Tadi nanya, Mbak Rindu udah siap atau belum," balas orang itu lagi, perempuan muda yang selalu nyaman dengan daster batik.
"Udah, kok. Saya keluar sekarang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Only [Tamat]
RomanceMengagumi diam-diam akan terasa lebih sulit ketika sosoknya ada dalam jangkauan. Itulah yang Rindu rasakan. Angkasa berada di dekatnya, tetapi tidak bisa digapai. Selain karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan, masa lalu juga menggerogoti hati...