40. Kebohongan Rindu

1.1K 130 113
                                    

Jika diminta mendeskripsikan sosok sang papa, sepertinya hal yang kurang menyenangkan akan lebih banyak Rindu berikan, dibandingkan hal-hal baiknya. Hal itu bukan karena Rindu ingin menjatuhkan nama Ferdi Atmaja yang dikenal sebagai pengusaha tangguh oleh banyak klien. Sebagai seorang papa, beliau memang lebih banyak meninggalkan kesan kurang menyenangkan di benak Rindu.

"Pokoknya, kamu harus ambil jurusan yang ada kaitannya dengan bisnis. Jangan berani-beraninya ambil jurusan Seni Lukis!"

"Nilai ulangan kamu gak bisa lebih jelek dari ini lagi, Rindu? Memalukan!"

"Besok kamu harus hadir di acara kantor papa. Tidak ada bantahan!"

Pak Ferdi adalah orang yang egois. Sekalipun ada di pihak yang salah, beliau tidak akan memberikan cela pada siapa pun untuk menjatuhkan harga dirinya. Kritikus pedas. Alih-alih memberikan kritik yang membangun semangat, beliau lebih sering menekan mental kedua anaknya. Pak Ferdi juga sosok papa yang otoriter. Banyak keputusan yang seharusnya diambil berdasarkan musyarawah bersama, beliau cetuskan tanpa bertanya pada anggota keluarga.

Dari ketiga karakter menjengkelkan sang papa, Rindu paling membenci yang terakhir. Ada banyak sekali keputusan yang mempengaruhi kehidupan Rindu, tetapi pendapatnya tidak diikutsertakan. Yang paling besar adalah perjodohan dengan Angkasa, empat tahun lalu.

"Kamu sama Angkasa akan tunangan dua minggu lagi."

Rindu langsung menghentikan langkahnya menuju kamar. Ia berbalik seraya menatap papanya gak percaya. "Papa bercanda?"

"Apa papa terlihat sedang bercanda sekarang?" Pak Ferdi malah balik bertanya. Tatapannya tajam, memamerkan keseriusan tiada dua.

"Tapi, Pa, Kak Jayen gak suka sama aku. Dia juga udah punya pacar."

"Tapi kamu suka sama dia, kan? Seharusnya kamu bersyukur papa membuka jalan untuk kamu memilikinya," cetus Pak Ferdi dengan dada membusung. "Pacar Angkasa tidak penting. Dia tidak akan bisa menolak perjodohan ini."

"Kak Jayen tahu?"

"Dia akan dikasih tahu nanti malam."

Rindu langsung mengalihkan pandangan. Dia tidak mampu menatap wajah papanya lebih lama karena muak mulai memenuhi dadanya.

Untuk ke sekian kali, jalan hidup Rindu dikendalikan oleh sang papa. Setelah tempat menuntut ilmu, ekstrakulikuler yang harus diikuti, serta guru les untuk memperpanjang masa belajar per hari, kini kisah asmara Rindu pun dalam kendali papanya. Baru tadi siang Rindu berani menyapa Angkasa secara langsung, memberi tahu bahwa mereka satu sekolah. Sepertinya, hubungan adik kakak yang cukup harmonis di antara mereka-di mana Rindu melibatkan perasaan cinta-harus berantakan.

"Aku gak mau, Pa," cicit Rindu, hampir tak terdengar.

"Papa tidak kasih pilihan untuk kamu menolak, Rindu. Mau gak mau, siap gak siap, kamu tetap akan bertunangan dengan Angkasa," tegas Pak Ferdi, masih dengan sorot mata tajam.

"Kenapa Papa gak tanya pendapat aku dulu? Ini kehidupan aku, Pa, aku berhak menentukan ke mana aku mau melangkah. Dan sekalipun aku suka sama Kak Jayen, bukan berarti aku berambisi untuk memilikinya!" Rindu menjerit frustrasi.

"Ini adalah tanggung jawab kamu sebagai putri kedua Ferdi Atmaja, Rindu! Kamu harus ikut andil untuk membesarkan perusahaan keluarga kita! Dan inilah yang bisa kamu lakukan, menikah dengan putra Pramudya Group!" Nada bicara Pak Ferdi ikut naik. Bahkan, lebih menggelegar dibandingkan jeritan Rindu. Mata tajamnya sudah mencuat sebagian. "Lagipula, pihak mereka juga menginginkan hal yang sama, terutama ayahnya Angkasa."

Pada akhirnya, Rindu hanya bisa pasrah akan keadaan. Dia melanjutkan langkah yang sempat tertunda, memasuki kamar ditemani air mata berderai. Padahal, ia sangat menikmati kebersamaan dengan Angkasa. Ia sangat bersyukur akan kasih sayang lelaki itu, sekalipun hanya sebagai kakak pada adiknya. Namun, semesta seakan tidak mengizinkan Rindu bahagia terlalu lama.

Forever Only [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang