"Rin, udah siap, belum?"
Rindu tersentak seketika. Ia berbalik, menatap bingung sosok Kiara yang menerobos ke kamarnya. Wajah gadis itu tampak semringah. Kedua netranya memancarkan semangat yang membara. Rok floral ungu panjang dipadukan dengan kaus lengan pendek berbahan rajut. Saddle bag dengan warna senada pun berhasil membuat penampilan Kiara lebih sempurna.
Dengan dahi berkerut, Rindu bertanya, "Siap ke mana?"
"Kencan," jawab Kiara dengan cepat. "Kamu sendiri yang semalem chat aku, ngajak pergi. Masa lupa, sih?"
"Gue gak chat apa-apa sama lo semalam," timpal Rindu lagi, masih dengan wajah bingung.
Kiara berdecak seraya memutar bola matanya malas. Dia merogoh tas ungu yang tersampir di bahunya, lalu menunjukkan layar ponsel yang menampilkan ruang pesan dengan Rindu. "Nih, baca!"
Rindu menyimpan kembali botol parfum ke tempat semula. Ia mengambil alih ponsel Kiara selama beberapa saat. Benar juga, ada pesan yang dikirim olehnya, mengajak Kiara untuk pergi jalan-jalan sore ini. Kemudian, Rindu gegas merogoh sling bag hitam yang sudah dipersiapkan sejak sejam yang lalu. Jelas ia ingat tidak mengirim pesan apa-apa pada sahabatnya itu semalam. Ia hanya fokus menghabiskan waktu dengan Angkasa.
Namun, keyakinan Rindu itu seakan dipatahkan ketika ia memeriksa ponsel sendiri. Rindu memang mengirim pesan pada Kiara.
Bibir Kiara mengerucut. "Jadi, sebenernya aku gak diajak pergi ke mana-mana, nih? Kamu gak ngajak aku kencan?"
"Enggak." Rindu menggeleng dengan cepat. "Sekarang gue mau pergi sama Kak Angkasa. Gak mungkin gue ajak lo, kan?"
Dengan langkah yang dientak-entakkan, Kiara berjalan mendekati ranjang. Ia membanting tubuhnya ke atas tempat tidur. "Tapi aku udah cantik banget, Rin. Masa batal gitu aja, sih?"
"Tapi masa iya lo mau jadi obat nyamuk antara gue sama Kak Angkasa?" cibir Rindu seraya menyambar kembali botol parfumnya. Ia menyemprotkan cairan beraroma menyenangkan itu di beberapa titik tubuh. "Ya udah, lo pergi sama Davka aja. Kalau gak salah, dia nganggur."
Tidak ada jawaban. Rengekan Kiara beberapa saat lalu berubah menjadi sunyi. Pikirannya kembali berputar ke kejadian semalam.
Baiklah, Kiara akui, Davka memang cukup perhatian memilih tempat makan yang disukainya. Namun, sikap lelaki itu lebih dingin dari biasanya. Tidak ada obrolan sepanjang mereka makan. Davka juga tidak menceramahi Kiara yang lebih banyak bermain ponsel dibandingkan fokus pada nasi goreng. Begitu Kiara turun, Davka langsung tancap gas. Padahal, biasanya, ada sedikit basa-basi Kiara mempersilakan Davka mampir terlebih dahulu.
Entah mengapa, Kiara merasa bahwa Davka sedang marah padanya. Namun, berusaha dipikir berulang kali pun, ia tidak pernah melakukan sebuah kesalahan fatal yang membuat sikap lelaki itu berubah dingin.
Sebuah ketukan pada daun pintu berhasil mengalihkan perhatian Rindu dan Kiara. Di sana, ada sosok Angkasa yang sudah rapi dengan celana jins panjang, kaus putih, dan jaket kulit berwarna cokelat. Sebenarnya, Rindu sedikit gugup berhadapan dengan lelaki itu-karena mengingat kejadian semalam-tetapi ia butuh penjelasan sekarang juga. Rindu langsung menyeret tangan Angkasa ke luar.
"Kamu chat Kiara semalem?"
"Iya," jawab Angkasa dengan polosnya.
"Kok, gitu, sih? Kan, ini acara kita?" protes Rindu dengan nada tak suka.
Angkasa tersenyum tipis. Ia menyelipkan anak rambut Rindu ke balik telinganya. "Aku minta maaf karena gak bilang apa-apa dulu sama kamu. Maaf karena kencan kali ini gak bisa cuma berduaan. Kita harus melakukan sebuah misi penting."
KAMU SEDANG MEMBACA
Forever Only [Tamat]
RomanceMengagumi diam-diam akan terasa lebih sulit ketika sosoknya ada dalam jangkauan. Itulah yang Rindu rasakan. Angkasa berada di dekatnya, tetapi tidak bisa digapai. Selain karena cintanya yang bertepuk sebelah tangan, masa lalu juga menggerogoti hati...