Chapter 6

112 19 5
                                    

"KEMBALI HIJAU"

"KEMBALI HIJAU"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

... ...

Pagi ini POLRES Metro Jakarta Selatan tampak gaduh. Di depan pintu masuk gedung tergantung spanduk 'Press Conference'. Dari kejauhan terlihat beberapa polisi berseragam tengah merapikan meja bertaplak merah. Satu diantara mereka begitu sibuk meletakkan barang-barang bukti di meja putih.

Keberadaan Jeanna cukup mengagetkan Abimana. Wanita itu datang ke kantor polisi tanpa diminta. Wajahnya merah padam dan bercucuran keringat. Semestinya, Jeanna berada di depan kediaman Raksa Gentala yang sampai sekarang masih mengurung diri di dalam rumah megahnya.

"Senior, press conference sudah selesai atau belum dimulai?"

Napasnya terengah, tubuhnya bergerak naik turun secara cepat. Jeanna bahkan hampit tersedak ludah sendiri saat mengajukan pertanyaan.

"Apa yang kau lakukan di sini?"

Abimana jelas tak langsung menanggapi. Ia tahu, bahwa Jeanna sangat tertarik dengan kasus kematian Ophelia. Tapi, tidak harus sampai seperti ini juga, kan?

Jeanna mengambil botol minum dari ranselnya. Ia meminumnya rakus, bak musafir yang kehausan di padang pasir. Cuaca di Indonesia memang tengah panas-panasnya, meski sekarang bulan Desember yang katanya akan sering turun hujan.

Diikat kuat rambut panjangnya yang berantakan. "Apa lagi? Tentu saja untuk mendengar hasil penyelidikan," ucapnya tanpa sedikitpun menoleh.

"Sebenarnya, apa yang menjadi daya tarik kasus ini selain statusnya sebagai aktris papan atas?" Abimana menggeleng, memandang Jeanna yang jalan pemikirannya tidak bisa ditebak. Ketertarikan yang ditunjukkannya apakah bentuk dari rasa tanggung jawab? Bagaimanapun juga, Jeanna-lah yang meliput kasus video seks Ophelia tempo hari.

"Karena aku yakin dia bukan bunuh diri." Jeanna menoleh, menatap Abimana lekat-lekat, "Ini pasti pembunuhan."

Abimana menarik napas panjang. Sampai akhirpun, wanita ini tetap mempertahankan sifat 'keras kepala'-nya. Walaupun setelah dipikir-pikir, pendapat yang dilontarkannya cukup masuk akal.

'Bagaimana bisa disebut bunuh diri? TKP-nya terlalu bersih. Jika dia melompat dari lantai 26, seharusnya tempat itu sudah menjadi lautan darah!'

Tak ada seorang wartawan pun yang berhasil mengabadikan jenazah Ophelia dalam kameranya. Para cumi-cumi ini berharap bisa melihat rare photos itu di sini.

Akan tetapi, polisi tidak mengungkapkan foto jasad sebelum autopsi. Dengan suara lantang, mereka memberikan informasi tak memuaskan kepada seluruh wartawan. Mengatakan bila Ophelia benar-benar melompat dari lantai 26. Perempuan itu diduga depresi karena video seks yang tersebar. Ketika atasannya berbicara, polisi muda bernama Awan mengangkat kantong bening berisi obat penenang; barang bukti.

"Tidak mungkin," Jeanna bergumam pelan, matanya bergetar. Tempat kejadian yang bersih cukup membuktikan bila ada sesuatu yang tidak beres. Ia sangat yakin, pasti ada yang disembunyikan dari penyelidikan ini. Salah satu dari mereka yang bertanggung jawab pasti telah disuap.

KEMBALI HIJAU: Bumi DhanurendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang