"Titik Temu Kau dan Aku"
... ...Jeanna memperhatikan gadis kecil yang kerap dipanggil 'Lia' oleh Bumi dengan seksama. Bila dilihat-lihat, parasnya mirip seseorang yang dikenalnya. Tapi ... siapa? Berdasarkan pekerjaannya— wartawan Harian Skandal—anak perempuan ini pastilah seorang selebritis di masa depan.
"Hei, siapa namamu?"
Gadis kecil itu menatapnya tajam selama beberapa saat seakan tengah berhadapan dengan musuh.
"Ophelia," jawabnya galak, tak ada ramah-ramahnya. Si gadis kecil masih marah karena harus berbagi Bumi dengan perempuan asing seperti Jeanna.
Jeanna sontak terpaku. Ophelia ... nama aktris papan atas yang kematiannya masih menjadi misteri baginya. Gadis muda yang jatuh dari lantai 26 itu bukan keponakan Bumi, kan?
"Nama panjangmu?"
"Huh, Kakak jelek banyak tanya! Lia tidak suka ditanya-tanya orang asing." Ophelia membuang mukanya dengan angkuh. Lama ia menunggu Jeanna mendesaknya, tetapi perempuan yang mengaku sebagai kekasihnya Bumi hanya menatap. Sorot matanya seakan berbicara, membuat Ophelia merasa resah.
"Ophelia Aneisha."
Jawaban Ophelia membuat Jeanna beranjak dari kursinya. Bola matanya bergetar, kakinya berjalan mundur tanpa sadar. Hingga dirinya tak sengaja menabrak seseorang yang tengah membawa semangkuk mie hangat.
"Ah—"
"Mbak, hati-hati dong kalau jalan. Mie saya tumpah semua, nih!"Kuah panas yang membanjiri pakaian serta kulitnya terasa menyengat. Namun, ketajaman tersebut tak bisa menutupi keterkejutannya, bahwa sekarang ia tengah berbicara dengan Ophelia sewaktu kecil.
"Maaf. Saya akan ganti rugi."
Jeanna merogoh saku celananya, memberikan semua uang kembalian sewaktu ia membeli siomay beberapa waktu lalu, tidak peduli apakah uang ganti ruginya lebih atau kurang.
"Ada apa?"
Bumi yang baru tiba dengan tiga cup es-krim hanya sempat melihat Jeanna berlalu pergi ke toilet sembari menggosok-gosok pakaiannya.
"Kakak jelek itu menabrak orang."
"Benarkah?"
"He-em."Bumi menghembuskan napasnya panjang. Sepertinya, tiada hari bagi Jeanna untuk tidak mencari-cari masalah. Benar-benar gadis yang penuh kejutan.
... ...
Bumi menancapkan sendok plastik di atas puncak es-krimnya yang belum runtuh. Pemuda itu balas memandang Jeanna yang sedari tadi tak mengalihkan perhatiannya dari dirinya dan Ophelia.
"Jika dibiarkan terus, es-krimmu benar-benar akan meleleh." Bumi menggerutu yang sebetulnya bukan karena es-krim, melainkan sedikit risih dipandangi terus-menerus.
"Aku tidak suka rasa cokelat."
"Lalu, kenapa tidak bilang dari awal?"Jeanna berhenti menopang dagunya dan mulai menusuk-nusuk es-krimnya yang melembut. "Kau tidak bertanya," jawabnya.
Tanpa permisi, tangan Bumi lekas menukar es-krim vanila miliknya dengan milik Jeanna.
"Jangan bilang kau tidak menyukai rasa vanila juga," Bumi memandang penuh selidik. Namun, pada akhirnya Jeanna menyuapkan satu sendok es-krim ke dalam mulutnya.
"Tidak. Kalau rasa vanila aku suka," cengirnya.
Beberapa suap es-krim berhasil mendinginkan kepalanya. Suasana hatinya yang semula keruh pun berubah jernih.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI HIJAU: Bumi Dhanurendra
ChickLitDI akhir 20-an, Jeanna Hope masih juga melajang. Merasa putus asa sekaligus bertekad memuaskan 'ledakan penasaran', dirinya pun memutuskan untuk membeli minuman populer itu, KEMBALI HIJAU. Saat itu, tujuannya hanya satu; mencari jodoh yang tak kunju...