Chapter 12

101 22 4
                                    

"HAL YANG TIDAK TERDUGA"

"HAL YANG TIDAK TERDUGA"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

... ...


Jeanna dan Nenek Mar pulang dengan tangan penuh kresek hitam serta perut penuh. Selepas memutari pasar raya sampai betis terasa pegal, keduanya mengistirahatkan diri di sebuah warteg tak jauh dari pangkalan angkot.

Ini kali pertama Jeanna menginjakkan kaki di warteg berpenampilan kumuh dan panas. Ingin menolak masuk, tetapi dia tengah cosplay menjadi orang 'kurang mampu'. Yah, anggap saja dirinya sedang syuting video prank, seperti yang dilakukan beberapa youtubers demi konten. Harus totalitas dan meyakinkan agar 'korban' penipuan tidak menaruh kecurigaan.

Tentu saja Nenek Mar menawarinya makan. Ada beragam lauk, mulai dari ayam goreng sampai tumis kangkung, dan Jeanna bebas memilih. Ketika ia hendak menyebutkan aneka lauk, tiba-tiba seorang preman berkaos tanpa lengan duduk di sebelahnya dan mendahului.

"Bu, nasi ayam serundeng satu dan es teh manis. Jangan pakai lama, gue lapar!"

Jeanna cepat-cepat mengalihkan wajahnya saat lengan kekar si preman terangkat. Ketiaknya berbulu lebat dan mengeluarkan aroma busuk menyengat. Ini jelas lebih parah dari mencium wangi stella jeruk! Ditahannya rasa mual yang tak kunjung padam, lalu menyebut asal macam-macam lauk yang terlihat oleh mata.

Saat itu, aroma ketiak si preman sudah seperti salah satu dari bermacam lauk yang Jeanna pilih. Jika terang-terangan mengeluh, bisa-bisa ia kena tonjok. Yah, tak ada jalan lain selain pasrah. Toh, pengunjung lain nampaknya tidak terganggu.

"Istirahatlah. Aku harus buka toko lagi." Lagi-lagi Nenek Mar mengusir Jeanna secara halus. "Kamarmu sudah cukup bersih. Di belakang pintu kamarku ada kasur lipat. Pakai itu dan beristirahatlah. Katamu besok kau harus ke kampus, 'kan?"

Jeanna membelai tengkuknya. "Haruskah aku membantu Nenek di toko sebentar? Bagaimanapun juga—"

"Tidak, tidak perlu. Kau naik ke atas saja. Aku sudah terbiasa melakukan semua pekerjaan sendiri. Akan repot jadinya jika orang yang tidak tahu apa-apa sepertimu turun tangan. Sudah, hari ini istirahat saja. Saat kakimu sembuh, baru aku mengajarimu sedikit-sedikit."

Jeanna menganggukkan kepalanya segan lalu naik ke lantai dua. Di dalam kamar, ia mengeluarkan seluruh barang belanjaannya dari dalam kresek. Semua pakaian yang dibelinya tanpa merk. Tidak ada Louis Vuitton, Gucci, ataupun Chanel, luxury brand favoritnya.

Ia jelas tak bisa berlama-lama berada di sini. Perempuan itu bertekad untuk menemukan jodohnya dengan cepat. Jika bisa, ia juga ingin menghentikan kepergian ibunya di hari itu.


... ...



"Kau benar-benar menulisnya? Kowe edan! Apa kau lupa siapa pelakunya? Anak Pak Rektor!"

KEMBALI HIJAU: Bumi DhanurendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang