Chapter 10

98 18 0
                                    

"MAHASISWI PALSU"

"MAHASISWI PALSU"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

... ...

Jeanna mengeluarkan cemilan-cemilan yang sempat dicurinya, mulai dari wafer sampai dengan cokelat batangan. Ia menghembuskan napas berat, masih tak berani mengangkat kepala. Ketika kembali ke TOKO KELONTONG KASTANYE, barulah ia menyadari bahwa sang pemilik toko hanyalah seorang nenek renta berbadan bungkuk. Hatinya bergejolak sebab merasa sungkan. Saat itu juga dia teringat dengan neneknya yang telah meninggal.

Sial sekali, bola mata Jeanna tidak sengaja melirik samping kanan, tempat 'laki-laki permen karet' berdiri. Ia tahu lelaki asing ini tengah mengawasinya tanpa cela. Matanya yang sipit jelas tak pandai berbohong, didukung oleh alisnya yang terlihat turun.

Ketika bola mata cokelat tua itu memergoki tatapannya, Jeanna buru-buru menambah kecepatan tangannya. Dalam sekejap, saku training yang seperti kantong Doraemon itu tidak lagi menyimpan apapun.

"Hmm ...." Si pemilik toko, Nenek Mar namanya, melihat-lihat kondisi cemilan yang dikembalikan. "Wah, sudah hancur semua ini. Tidak bisa dijual lagi," ungkapnya. Namun, sudut bibirnya tidak menurun sama sekali meski kenyataannya ia tengah berhadapan dengan perempuan muda yang telah membuatnya rugi.

"Kau dengar itu?"

Jeanna menoleh, menatap sengit Bumi yang baru saja berbicara, seakan ia adalah perwakilan nenek Mar. Keduanya saling melempar pandang yang sama, penuh kekesalan.

"Bayar. Tidak ada pilihan lain. Kau mau diseret ke kantor polisi?"
"APA?"

Mata Jeanna membesar, nampak hampir copot ketika mendengar kata 'kantor polisi'. Sebelum dibebaskan, para penyidik sudah memeringatinya untuk tak membuat onar lagi. Juga, dirinya baru beberapa jam meninggalkan tempat itu! Polisi pun pasti masih mengingat wajahnya, si perempuan gila yang mengaku datang dari tahun 2022.

"Jika tidak mau, tolong bayar makanan yang kau rusak."
"Bukankah kau juga terlibat? Andai kau tak mengejarku, aku pasti tidak akan terjatuh. Kue-kue ini tidak akan pernah rusak."
"Kalau begitu, sekarang kau pasti tidak akan ada di sini!"

Jeanna menggigit bibir dalamnya. Jadi, sekarang ia harus bagaimana? Ia tak punya sepeserpun uang. Seratus ribu miliknya tidak dikembalikan dan tak akan bisa digunakan juga. Apa ia mesti menawarkan diri untuk bersih-bersih sebagai pengganti makanan yang rusak?

"Sudah, tidak perlu ribut." Nenek Mar memasukkan beragam bungkus cemilan curian ke dalam plastik hitam. "Untukmu saja, tidak usah dibayar," lanjutnya. Jeanna yang mendapat perlakuan 'baik' dari si pemilik toko lantas terdiam, tak mampu bergeming.

"Nenek, yang benar saja. Jika selalu seperti ini kepada pencuri, toko ini akan segera bangkrut."

Ucapan Bumi memaksa Jeanna menarik kembali tangannya yang terulur. Lelaki menyebalkan ini sebenarnya siapa, sih? Cucunya? Kerabatnya? Sepertinya bukan orang terdekat. Tapi kenapa selalu ikut campur?

KEMBALI HIJAU: Bumi DhanurendraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang