"Minggu Yang Ditunggu"
... ...Tren fashion tahun 2005 dan 2022 jelas berbeda. Belasan tahun kebelakang, low rise jeans dan kaos press body menjadi mode yang digemari kaum muda. Tak heran outlet baju di pasar banyak menjual kaos sablonan serupa. Yang membedakan kain-kain itu hanyalah warna.
Jeanna memandangi pantulan dirinya di cermin lemari, mengencangkan ikatan rambut, dan menata kembali poni pendeknya yang melengkung. Setelah dirasa beres, bibirnya menarik segaris senyuman.
Baginya, ajakan menonton bioskop lawan jenis merupakan kata lain dari 'kencan'—meskipun Galuh belum tentu beranggapan seperti itu. Karena itulah ia berdandan dengan baik dan rapi hari ini, tak ugal-ugalan macam style kampusnya.
"Rapi sekali hari ini." Nenek Mar meletakkan sepiring ayam goreng di atas meja makan. "Mau pergi kemana?"
"Nonton bioskop, hehe."
"Sama pacar, ya?"Jeanna tersipu malu dibuatnya. Wajah dan telinganya memerah bersamaan. "Ah, Nenek bisa saja. Pergi nontonnya sama teman, Nek. Tapi, doakan saja semoga bisa jadi pacar, hehe," jawabnya.
"Amin." Nenek Mar menimpali. "Lagi pula kamu cantik begini, siapa yang tidak jatuh hati?"
Jeanna menutup wajahnya yang semakin memerah dengan kedua telapak tangan, tak sanggup membayangkan perkembangan hubungannya dengan Galuh—dari kenalan menjadi kekasih.
"Kalau begitu aku pergi, Nek!"
"Eh, tidak makan siang dulu?"Jeanna yang tengah mengikat tali sepatu lantas membalas, "Tidak sempat, Nek. Nanti makan siang di luar saja. Ayam goreng Nenek kumakan malam saja, ya. Dah—" Jeanna melambaikan tangannya kemudian menuruni setiap anak tangga dengan riang.
... ...
Bioskop tempat Jeanna dan Galuh bertemu terletak di sebuah mall besar di Jakarta Selatan yang sering disebut-sebut sebagai kiblatnya anak muda.
Karena weekend, suasana di dalam mall terlihat padat dan ramai, tak terkecuali bioskop di lantai paling atas. Banyak muda-mudi yang datang menonton film romansa-remaja—genre populer kala itu.
Ia berdiri di samping pintu masuk bioskop, menunggu Galuh dengan perasaan berdebar. Dua hari sebelumnya, mereka sepakat untuk bertemu di bioskop pada pukul 12:30 siang. Namun, karena takut terlambat, Jeanna sengaja datang 30 menit lebih awal.
'Pintu teater satu telah dibuka. Bagi Anda yang telah memiliki karcis, dipersilahkan untuk memasuki ruangan teater.'
Dari tempatnya berdiri, Jeanna dapat melihat orang-orang yang mulai memasuki teater satu persatu. Saat ini, sudah satu jam lebih ia berdiri, menunggu Galuh yang tak kunjung tiba.
Awalnya Jeanna masih berpikiran positif. Jakarta macet, ditambah hari ini merupakan hari libur. Akan tetapi, setelah hampir tiga jam menanti, ia akhirnya menyerah. Galuh tak akan datang dan kencan yang diidamkan otomatis batal.
Alih-alih kecewa, Jeanna justru merasa khawatir, sebab Galuh bukan tipikal lelaki yang ingkar janji.
Kruuk Kruuk
Jeanna memegangi perutnya. "Tahu begini, lebih baik makan dulu sebelum pergi," gumamnya. Karena sudah ada di mall, ia tentu tak langsung pulang. Untuk mengubur kesedihan, lebih baik pergi mencuci mata. Di lantai dua banyak outlet brand mewah seperti Hermes atau Gucci. Sudah lama juga dirinya tak pergi window shopping.
Sebelum itu, Jeanna memilih untuk mengisi perutnya dengan satu porsi siomay dan segelas es teh manis—walau sebenarnya ia ingin makan ayam KFC, hiks.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEMBALI HIJAU: Bumi Dhanurendra
ChickLitDI akhir 20-an, Jeanna Hope masih juga melajang. Merasa putus asa sekaligus bertekad memuaskan 'ledakan penasaran', dirinya pun memutuskan untuk membeli minuman populer itu, KEMBALI HIJAU. Saat itu, tujuannya hanya satu; mencari jodoh yang tak kunju...