"Jadi kamu tinggal di tempatnya Om Ray? Kenapa ga pulang kerumah Papa dan Mama?" Tanya Joel heran.
Malam ini Joel dikagetkan karena kedatangan mendadak Wony ke Jakarta. Katanya sudah tiga hari ia berada disini .
Tentu Wony tak mungkin menjawab jika ia belum bisa menerima kehadiran adik perempuannya. Telinga Wony sakit saat mendengar tangisan bayi, apalagi jika mengingat bayi itu perempuan. Wony sangat benci.
"Kamu tahu kan Mas, aku dekat sama Nayaka, rasanya lebih nyaman dan aman karena Naya pasti jagain aku selama disini." Wony beralasan.
"Besok Aku diajak oleh Daddy Raphael dan Mommy Gianna ke kantornya Mas Joel."
"Kenapa mau kesana?" Joel mengangkat sebelah alisnya pertanda heran.
"Maaf kalau Mas Joel gak nyaman, lebih baik aku batalin aja janji sama Mom and Dad. Aku tiba-tiba datang pasti Mas Joel juga kaget dan terganggu." Ucapan Wony membuat Joel merasa sedikit bersalah.
"Mas bukan keberatan, Mas cuma mau tanya kenapa kalian semua mau kekantor?"
"Mom sama Dad pengen aku tahu seluk beluk kerjaan Mas. Minimal tahu bidang apa yang mas geluti dan bisa kenalan supaya familiar sama semua rekan kerja disana. Mereka mau ngenalin aku sebagai calon isterinya Mas sebelum pertunangan resmi kita." Ucap Wony memutarbalikkan fakta.
Padahal ia yang secara tak langsung merengek sedih dan curhat bahwa Joel tak pernah mengenalkan Wony pada orang-orang di lingkungan Joel mungkin karena malu karena kondisi kesehatannya. Bersikap seolah Joel acuh dan tak peduli kepadanya. Tindakan manipulatif Wony membuat orang tua Joel merasa prihatin dan berinisiatif membantu Wony untuk leibih dekat dengan kehidupan dan aktivitas Joel sehari-hari. Ide untuk mendekatkan mereka berdua datang setelah mendengar penuturan Wony.
"Kamu bisa berkunjung kapanpun kamu mau. Mas gak pernah larang." Ucap Joel sambil mengacak lembut surai indah legam milik Wony.
Ketika sampai dirumah Om Ray, Joel yang seperti biasa akan membukakan pintu mobil untuk Wony mendadak ditahan jemari gemulai itu untuk tidak bergerak. Wony mendekatkan jarak hingga wajahnya dan Joel begitu dekat hanya berjarak beberapa sentimeter saja. Wony tersenyum dan mendekatkan bibirnya hendak mencium Joel, namun pria itu memalingkan wajahnya sehingga bibir lembut Wony hanya menyentuh pipi Joel.
"Kita belum pernah berciuman." Ucap Wony yang entah kenapa menurut Joel mendadak lebih berani dibanding biasanya.
"Kamu masih kecil." Joel hendak mengacak kembali rambut Wony namun ditepis oleh perempuan itu.
"Aku udah 19 tahun. Bahkan di negara ini usia 18 tahun sudah bisa dianggap dewasa bukan lagi anak dibawah umur." Protes Wony.
".............."
"Atau Mas Joel memang ga sayang sama Wony. Apa Wony kurang cantik? kurang menarik di mata Mas Joel?" Mata gadis itu mulai berkaca-kaca.
"Bukan begitu Wony selalu cantik." Ucap Joel. Ia berkata jujur, Wony memang cantik dari sejak dia bayi.
"Buktikan kalau Wony memang cantik dan menarik di mata mas Joel." Wony memejamkan matanya sebagai pertanda ia ingin dicium.
Genangan air membasahi bulu mata lentik milik Wony. Joel tentu tak tega, ia selalu menjaga Wony dari kecil, menghiburnya, membelikan oleh-oleh, menuruti segala permintaannya, merayakan ulang tahun dan memberikanya hadiah. Tapi untuk menciumnya. Joel merasa belum mampu.
Kerutan mulai muncul di dahi gadis cantik itu, Wony tampak menunggu dengan tidak sabar. Joel menyentuh permukaan bibir Wony yang berhias liptint berwaran baby pink. Terlalu menggemaskan seperti anak kecil, sungguh ia tidak bisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lust and Love
FanfictionNamaku Rosaline. Sama seperti tokoh yang ditulis oleh William Shakespeare, mungkin aku tidak ditakdirkan untukmu. Rosaline adalah tokoh figuran yang terlupakan bahkan namanya nyaris tak pernah disebut sebagai cinta pertama Romeo, karena seluruh duni...