Rosa mulai menghitung mundur di dalam hati saat suara-suara itu mulai mendekat.
satu.. dua.. tiga..
Ia mengayunkan tongkat kayu yang dipegangnya erat namun tongkat itu hanya membelah udara.
Sunyi dan hawa mencekam dirasanya tak lama kemudian.
Tak ada siapapun padahal ia yakin sekali mendengar suara-suara yang melintasi semak.
Apa terlalu lama disini membuat instingnya menumpul?
Atau ia hanya berhalusinasi semata?
Bagaimana jika ia tak bisa lagi keluar dari tempat ini hidup-hidup?
Bagaimana jika ia ditinggalkan oleh Joel sendiran disini?
Tidak! Daripada itu kenapa Joel belum juga kembali? Apa terjadi sesuatu?
Rosa terus meracau sambil memegang erat pisau yang ada ditangannya.
Mungkin ia sudah mulai gila. Hari berubah gelap dan semakin dingin. Ia gemetaran. Haruskah ia mulai mendirikan tenda?
Tidak ia bahkan tak bisa melakukan hal kecil seperti itu. Setelah dipikir-pikir beberapa hari mereka terjebak disini Joel adalah orang yang telah melakukan segalanya dengan telaten. Ia berusaha mengurus rosa dengan baik tapi yang bisa rosa lakukan hanya marah dan mengeluh. Rosa merasa itu adalah bagian dan tanggung jawab dari laki-laki. Bukankah Hanya laki-laki yang sanggup melakukan pekerjaan kasar dan berbahaya. Lalu kontribusi apa yang sudah ia lakukan selama ini selain bersikap cengeng??Sraakk!
Suara itu lagi? Apakah makhluk yang tadi kembali??
Rosa mencoba mengatur nafasnya yang tak beraturan, detak jantung akibat rasa takutnya sungguh sulit dikendalikan. Tapi ia harus memberanikan diri jika tak ingin mati sendirian disini.
Ia menengok dan lagi-lagi sama tongkatnya hanya membelah udara. Ternyata bukan dari atas tapi dibawah. Ia melihat pergerakan seekor ular ya g tidak bisa dibilang kecil mendekat kearahnya, merayap dengan pelan dan kini menyentuh ujung kaki telanjangnya.
Rosa tercekat, ia bahkan tak punya waktu untuk panik. Ia mematung memandangi reptil yang mencoba merayapi tubuhnya yang kaku tak bergerak. Jika ular itu jenis cobra atau ular berbisa lainnya maka dipastikan dalam satu kali gigitan tak lama lagi ia akan meregang nyawa. Tapi ular ini tak menggigit dan hanya mencoba menjangkaunya untuk lebih dekat dan semakin dekat seolah ingin menguasai tubunya. Sesaat ia tak tahu harus berbuat apa sampai akal sehatnya mengingat sesuatu. Kepingan memori otaknya memaksa pengetahuannya bekerja paksa.
Ini ular jenis python. Pikirannya yang bekerja keras memberikan dia suatu kesimpulan dari mengamati bentuk, corak dan habitatnya. Tidak yakin 100 persen tapi kuat dugaan. Ia tak bisa bergerak sembrono. Semakin ia meronta maka pergerakan ular itu akan semakin cepat untuk membelit tubuhnya lalu mencoba meremukkan tulangnya lalu menjadikan dirinya santapan.
Dan sebelum itu terjadi ia membuang ranting kayu dan tongkatnya, dengan gemetar kedua tangannya memegang pisau dapur, sekuat tenaga ia akan hunuskan untuk mencoba membunuhnya.
"JANGAN!!!"
Saking fokusnya rosa tak menyadari kehadiran Joel yang dengan cepat tiba-tiba datang dan mencoba merebut pisau itu dari tangan Rosa. Namun rasa takut bercampur insting melindungi diri membuat Rosa enggan melepaskan pisau dapur itu. Siapa yang masih bisa berpikir waras setelah terasing ditempat seperti ini berhari-hari lamanya.
"Let me go Joel!!! I have to kill it!"
Namun Joel juga masih keras kepala merebut benda tajam itu dari tangannya. Joel dua kali lipat lebih kerepotan karena harus ekstra menjaga agar dirinya dan rosa sama-sama tak terkena benda berbahaya tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lust and Love
FanfictionNamaku Rosaline. Sama seperti tokoh yang ditulis oleh William Shakespeare, mungkin aku tidak ditakdirkan untukmu. Rosaline adalah tokoh figuran yang terlupakan bahkan namanya nyaris tak pernah disebut sebagai cinta pertama Romeo, karena seluruh duni...