Selama dua minggu Rosa mengurung diri di kamar. Ia menyewa unit baru yang jauh dari tempat tinggal lamanya. Tidak keluar dari apartemennya selangkahpun. Memesan makanan dan berbelanja secara online, menikmati musik lewat piringan hitam favoritnya. Dan tentu saja menangis sendirian dengan puas.
Saat mobil barunya tiba kemarin. Ia berpikir percuma jika harus meratapi nasibnya. Bukankah hidup harus terus berjalan? Kenyataan bahwa semuanya sudah terjadi bahkan tanpa unsur paksaan membuatnya harus menelan pil pahit bahwa tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Satu-satunya yang harus disalahkan adalah mengapa ia harus menyimpan perasaan pada pria tampan yang brengsek, arogan dan egois yang sampai kapanpun tidak akan mampu ia miliki bernama Joel Romeo.
Ia memandangi kunci mobil barunya. Harganya sungguh jauh dibanding mobil pemberian Joel tempo hari. Tapi kendaraan roda empat ini didapat dari hasil keringatnya sendiri. Ia bekerja keras membiayai hidupnya sendiri tanpa mau bergantung pada siapapun termasuk ibunya sendiri. Bukankan ia memutuskan pergi dari rumah setelah menyelesikan diplomanya di luar negeri karena ingin bebas melakukan apapun yang ia mau. Tanpa harus belajar bersikap menjadi seorang puteri karena nyatanya ia hanya orang biasa. Rosa pikir mungkin ibunya berpikir suatu saat nanti bisa menjodohkannya dengan pria kelas atas.
Dan Ia selalu merasa itu asumsi paling bodoh. Pria kelas atas mana yang mau meminang seseorang yang asal-usulnya tidak jelas. Meski ia diberi fasilitas dan pendidikan mahal sekalipun. Ia masih ingat dengan jelas ketika semua orang disekolahnya dulu bertanya siapa ayahnya. Bahkan Ibunya tak mampu menjawab.
Sudahlah. Life still goes on. Rosa memyambar kunci mobilnya setelah berdandan dengan sangat cantik. Rosa tahu dirinya memang terlahir cantik. Rambut keemasaanya ia ikat membentuk ponytail. Rosa memilih mengenakan mini dress berwarna biru dengan tali di leher. Kakinya yang jenjang membuat gaun itu makin terlihat mini ditubuhnya. Ia memakai jaket kulit untuk menutupi tubuh bagian atasnya. Tak lupa mengenakan kaca mata hitam, Rosa mengendarai mobilnya menyusuri jalanan kota Jakarta.
Langkah kakinya membawa ia ke salah satu club malam di Jakarta. Ini bukan pertama kalinya Rosa kesini. Ia beberapa kali menemui Mami Riana. Rosa membuat janji temu, memilih dan membooking wanita penghibur kelas atas untuk Joel. Namun baru kali ini dia datang sendirian. Biasanya anak buah Joel selalu menemani dan menjaganya.
Dentuman musik yang memenuhi ruangan dengan pencahayaan temaram ini langsung menyambut kedatangannya. Ia memesan satu meja kecil untuk dirinya sendiri, dengan sembarang ia memesan alkohol. Ia memang bukan peminum. Tapi segelas kecil saja rasanya tidak mengapa.
Satu sloki berhasil ia tenggak sampai habis.
Not bad.
Ia menuang satu sloki lagi dan memejamkan matanya mencoba menikmati musik yang dimainkan oleh Female DJ yang berasal dari luar negeri.
Rosa melihat ke kekiri dan kanannya. di ruangan yang tampak ramai ini kenapa tidak ada satupun lelaki yang mendekatinya.
Aishh. Apa mereka semua buta? Tidak bisa melihat ada wanita cantik duduk sendirian? Apa tidak ada yang bersedia menemaninya minum? Saking kesalnya Rosa menambah lagi minumannya sampai dua sloki.
Rosa memutuskan turun kelantai dansa. Berharap menemukan teman untuknya malam ini. Niatnya kesini untuk bersenang-senang tapi semua laki-laki disini tidak asyik. Perempuan disini juga semua tidak ada yang ramah, rasanya Rosa selalu ditatap dengan sinis oleh mereka.
Rosa memandang lagi ke sekelilingnya. Sial benar-benar tidak ada yang menyapanya untuk mengajak berkenalan. Laki-laki disini kalau tidak buta ya seleranya rendah. Atau Aanggap saja mereka tidak punya percaya diri mendekati wanita secantik dirinya. Mencoba abai, Rosa lantas menari sendirian. Ia menggoyangkan tubuhnya seirama dengan musik, menari adalah hal yang mudah. Tubuhnya luwes dan lentur karena pernah menjadi kapten pemandu sorak. Rosa hanya ingin menikmati malam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lust and Love
FanfictionNamaku Rosaline. Sama seperti tokoh yang ditulis oleh William Shakespeare, mungkin aku tidak ditakdirkan untukmu. Rosaline adalah tokoh figuran yang terlupakan bahkan namanya nyaris tak pernah disebut sebagai cinta pertama Romeo, karena seluruh duni...