33. Dial Drunk

2.1K 265 50
                                    

Ini bukan bachelor party, bukan pesta bujangan untuk melepas masa lajang. Bukan! Karena sejatinya Joel belum akan menikah ia baru saja bertunangan. Catat, baru saja!

Ia tak peduli akan ratusan tamu undangan yang hadir dalam perhelatan yang bisa dibilang sederhana untuk ukuran engagement party dua keluarga konglomerat. Entah sederhana karena semua dipersiapkan mendadak atau ingin menciptakan suasana humble yang hangat dengan tidak mengundang banyak tamu. Joel tak mau berusaha mengerti.

Ketika ucapan selamat berdatangan dari para keluarga dan kolega, matanya terus mencari satu sosok yang bisa dilihatnya dengan jelas meski berbaur dengan kerumunan peserta pesta. Sempat menghilang dari pandangan namun wanita itu muncul dengan kesan bahwa sepertinya ia tidak baik-baik saja. Tampak punggung yang selalu ia rengkuh itu tak mendatanginya berbasa-basi untuk memberi ucapan selamat atau sekedar bersalaman. Sosok itu malah perlahan menjauh. Ada lengan lelaki lain yang melingkar di pinggul semut tempat dimana dulu jemarinya bebas bermain.

Lalu lengannya sendiri kini digandeng kaku oleh wanita cantik muda belia yang resmi terikat pertunangan dengan dirinya meski tanggal pernikahan belum ditentukan. Yang Joel kira tidak akan lama lagi.

Dan disinilah ia sekarang. Beberapa jam setelah pesta berakhir. Sendirian di salah satu pub terkenal di kota hujan. Tak mengindahkan seruan keluarga Hadiprana untuk kembali ke hotel tempat keluarga besarnya tinggal disini, tak ayal tawaran menginap dari keluarga tunangannya pun ia tolak dengan halus.

Tak sedikit kaum hawa mencoba mendekatinya, mulai dari kaum hawa kesepian yang mencoba peruntungan untuk menjalin cinta satu malam dengan lelaki tampan atau mereka yang dengan terang-terangan menjajakan diri. Semua ia tolak.

Penolakan yang bermula penuh sabar, namun berujung membuatnya muak.

"Stay away from Me!"

"Minggir!!"

"Menyingkirlah!!!"

"Kalian semua bukan Rosa!!!"

"FUCKKKK!!!"

Ucapan dan umpatan kasar terlontar begitu saja tanpa sadar. Otaknya tak bisa berpikir dengan jernih! Kalut dan sesak. Ia ingin melampiaskan marah tapi pada siapa??? Kepada diri sendiri karena menyandang nama berat Hadiprana????

Ia mengambil ponselnya dari dalam saku jas. Mengetikkan beberapa kalimat untuk dikirim kepada dia yang tengah memenuhi isi kepalanya sekarang.

Namun tiap baris kata yang telah tersusun ia hapus, tulis dan hapus lagi berulang kali. Tata bahasanya kian kacau. Ia pun tak yakin perasaan yang membuncah didadanya bisa lega hanya dengan mengirim satu buah pesan singkat.

Jemarinya menekan icon panggilan

Berdering sekali dua kali tiga kali

Tidak ada jawaban

Tak mudah menyerah dan keras kepala adalah sifatnya

Maka ia coba lagi mungkin sudah belasan atau puluhan kali sampai nada dering disana terhenti dan simbol angka yang menunjukkan menit dan detik muncul pertanda panggilan terjawab.

Namun hening tak ada dari keduanya yang bersuara

Deru nafas memburu dan tersengal pertanda tidak sabar pasti kini terdengar di seberang sana, Joel menggeretakkan giginya. Ia tidak menangis tidak. Hanya saja kepalanya seolah hendak terpecah dan hatinya hancur terbelah.

"Aku mencintaimu...."

Masih hening tak ada jawaban di ujung sana

"I love you... i love you so much i love you.. jika tak mau bicara cukup dengarkan tolong jangan ditutup..." pemuda tampan itu memandang nanar kedepan yang langsung berganti dengan tatap setengah putus asa kala masih tak mendapati suara ataupun jawaban, setengahnya lagi ada rasa hangat membuncah saat memeriksa bahwa panggilan itu belum juga diputus sepihak.

Lust and LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang