A. Tasya dan Syibilla

5.1K 160 6
                                    

" Baik, untuk hari ini saya rasa cukup ya pertemuannya, lanjut minggu depan dan mulai presentasi tugas. "
Kalimat penutup yang menyudahi pertemuan mata kuliah Desain Asesoris Interior kali ini.
Hembusan nafas lega bercampur resah menjadi nuansa kental di dalam ruang kuliah kelas A96 kali ini.
Presentasi. Tugas.
Itu dia.

" Gue makin yakin Nov kalo gue salah ambil jurusan dah. " keluh seorang gadis berhijab hijau army yang tengah menghampiri temannya di belakang bangku. Jemari lentik tangan kiri itu sejenak menaikkan bingkai kacamata semi bulat di wajahnya.
Ia pun tak lupa memasang wajah masam dengan bibir memberengut lucu.

" Apalah kau ini Sya, sudah semester 6 dengan nilai mayoritas A pakai bilang salah jurusan pulak! Sindir aku lah kau ini pasti! "
Sang kawan ini menyatir dengan logat Sumatera Utara yang kental. Tangan kanannya gemas ingin mencubit bibir sahabatnya yang kerap kali mengeluh tentang tugas tapi tak urung hasilnya selalu jadi yang terbaik diantara kawan² yang lain.

Agak lain memang, begitu Novia selalu melabeli Tasya Salsabila, sahabatnya sejak SMA ini.

" Gue ga jago kalau soal asesoris Nov, menye² aja kesannya. " lanjut Tasya lagi , sembari mengikuti langkah Novia meninggalkan ruang kelas.
" Terus aja bilang ga jago, bilang ga bisa, ahh lu mah basa basi Sya " cibir Novia sambil mengibaskan tangannya ke arah Tasya.

Percakapan mereka terus mengiringi langkah mereka hingga arah parkiran.

Hari ini perkuliahan mereka tidak banyak menguras waktu. Jam tangan di tangan kiri Tasya menunjukkan waktu 14:30 saat ia mulai melajukan motor maticnya meninggalkan kawasan kampus. Berpisah arah dengan Novia yang kembali ke kost²an nya di sekitar kampus. Biasanya Novia menumpang Tasya untuk pulang ke kost an, mengirit sol sepatu itu alasan kerennya. Tapi siang ini Tasya sudah terburu untuk bertemu seseorang.

******
Gerbang sekolah menengah atas di sebuah kawasan tengah kota itu riuh dengan murid² yang baru saja berhamburan keluar. Bebas! Memang bel pulang sekolah selalu saja menjadi bunyi yang sangat dirindukan oleh semua murid.

Ada yang berlari menghambur ke area parkir untuk segera melajukan kendaraan ke rumah, ada yang masih asyik bercengkerama di taman sekolah, pun banyak yang berkerumun di beberapa penjual jajanan di sekitar gerbang.

" Bil, aku bawa dulu ya catatan Akuntansi mu ya, besok aku kembaliin" seorang gadis berkulit putih dengan senyum cerianya itu menjawil kawan di sebelahnya.
" Haduh Anggis! Iyaa.. iyaaa.. sudah berapa kali sih kamu bilang itu. " sungut gadis berkerudung sambil menggelengkan kepalanya heran pada sahabatnya yang hobby mengulang pembicaraan.

Gadis bernama Anggis tadi tersenyum lebar sambil menggaruk tengkuknya. Tak lama ia mengangkat jari telunjuk dan tengahnya, membentuk simbol peace, meminta pemakluman.

Langkah mereka terus menyusuri koridor sekolah, sebelum sebuah panggilan terdengar.
" Syibilla! Tunggu! "
Dua gadis tadi pun menoleh ke asal suara di belakang mereka.

Terengah² , dengan menyandang ransel di sebelah bahu, dengan kemeja yang sudah berada di luar celana. Beberapa kancing atas yang sudah terbuka, memperlihatkan t shirt berlogo sebuah club basket terkenal.
Berlari kecil dengan wajah sumringah, berhasil menemui yang ia cari sejak tadi.

" Kak Anrez? " gumam gadis berjilbab yang diseru namanya, ia menatap heran pada lelaki jangkung yang kini sudah mendekat.
" huhh.. aku kira kamu udah pulang Bil " , hembusan nafas lega itu kentara yang membuat Anggis tersenyum geli.
Sementara Syibilla hanya tersenyum tipis.

"Ayo aku antar pulang . Hari ini aku bawa helm 2 kok " Lelaki jangkung di sebelah Syibilla yang bernama Anreza Arya Ardelio ini menyugar rambutnya yang sedikit basah.

Syibilla sedikit kaget lalu memandang Anggis di sisi kirinya, menanti reaksi sahabatnya. Bukan, bukan .. ia bukan tidak mendengar ajakan yang entah sudah ke berapa kali dilontarkan.

Those Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang