Helllooowww... 😍😍😍
Seneng banget baca komen kalian semua di part lalu.. mood booster banget.
Terimakasih supportnya selalu untuk cerita ini yaa..
So tenang.. buat yang masih pengen cerita ini lanjut, emang pada konsepnya blm selesai kok ceritanya 🙏
Aku cuma pengen ngisengin kalian 😄😄😄😄
Dah yuk.. selamat menikmati yaa
-----------------------------------------Tasya tersenyum simpul sambil melirik ke Dhimas yang juga tertawa kecil.
Mereka masih duduk menikmati semilir angin pagi hari di depan danau. Melihat hilir mudik orang² yang berolahraga maupun berjalan, dan berbincang santai di tempat itu.
Deretan bangku semen yang mereka duduki dengan 'love birds' di ujung sana memang tak terlalu jauh. Hanya terpaut jarak tak lebih dari 50 meter." Kita kayaknya abis ini kenyang Bang. Ada yang bakal dirayakan nggak sih. " kekeh Tasya sambil sesekali memantau pergerakan dua orang yang beberapa pekan membuat hidupnya bagai dikejar dept collector.
" Akhirnya.. padahal kemarin sempat mau nyerah dia. " Dhimas menertawakan Andra yang kemarin kusut masai diobrak abrik gadis lugu.
" Andra? Nyerah ? Yang bener Bang? " tanya Tasya tak percaya. Rasa tak mungkin lelaki itu menyerah setelah nyaris tiap hari selalu merusuh dirinya untuk menanyakan hal tentang Syibilla.
" Di mulut aja sih mungkin. Capek dia. Billa kenceng banget nutup akses. " jelas Dhimas, mencoba berpositive thinking.
" Halah.. ga juga sih Bang, Andra aja yang kurang usaha. " cibir Tasya. Ia meneguk air mineral dari tumbler yang dibawa dari rumah.
" Serba salah dia Sya. Tau sendiri kan, sebenarnya bisa aja dia nekad. Tapi resiko nya lebih runyam. Ingat, dia masih harus terikat perjanjian itu ? Makin ga bisa ketemu Billa dia, kita juga yang repot. Walaupun sejak pertemuan di apartemen itu perjanjian sudah diobrak abrik. Belum ketauan aja. " papar Dhimas yang diangguki Tasya.
" Tapi baru kali ini aku lihat mas Andra model begini. Kayaknya udah mentok dia sama Billa. " sambung Dhimas tersenyum.
" Iya sih bang. Bucin parah tuh dia. Tapi emang energi dia beda pas deketin Billa. Ya banyak faktor sih. Cuma emang lebih better aja, semoga ya Bang. Aku cuma pengen berharap yang terbaik buat mereka. " harap Tasya yang langsung diaminkan oleh Dhimas.
Mereka masih mengamati dari jauh gerak gerik sepasang manusia yang sudah mulai saling berbagi canda.
Entah mereka masih mengingat Tasya dan Dhimas atau tidak yang pergi bersama mereka awalnya." Kenapa kamu kasih restu Mas Andra buat deketin Billa, Sya? " tanya Dhimas sambil menggerakkan kepalanya yang pegal.
Tasya menatap jauh ke depan, memorinya membawa kembali ke masa² lalu.
" Apa ya Bang. Susah juga gue jelasin. Yang pasti gue juga berproses sambil ngamatin aja gimana Andra. Gimana juga Syibilla nya. Ketika mereka deket itu banyak pengaruh baik atau buruk yang ada. " Tasya mengurai segala yang ia alami selama ini.
",Yang gue lihat sih Bang, Andra serius. Dan dia dapet energi positif sih setelah semua badai itu selesai. Entah karena Billa atau bukan, tapi gue lihat dia treat Billa dengan baik. Sangat baik. Billa yang sangat pemula dalam suatu perasaan bisa nyaman sama dia. Nyambung lho mereka bang. Ngerasa gak tuh bang? "
Dhimas menggangguk2 setuju.
" Banget sih Sya. Aku rasa memang dengan sendirinya mereka saling mengobati dan saling menutup luka akibat trauma itu. Makanya aku beneran kecewa kalau mas Andra sampai nyerah gitu aja. "
" Tau gak sih, bang. Sebenernya gue yang awalnya bikin huru hara ini. " Tasya terkekeh.
" Hah? Maksudnya? " Dhimas mengernyit mencari kebenaran dari wajah ceria Tasya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Those Eyes
Fanfiction" Diam adik kecil! Tangismu ga ada gunanya! " desis pemuda itu saat tangan kanannya mencengkeram erat pipi mulus seorang gadis yang sudah meleleh ketakutan persis di hadapannya. " Semua gara² kamu! " lanjut pemuda itu memberikan senyuman smirk yang...