O. Please be happy, Syibilla

1.2K 122 33
                                    

" Kaaaakkk! "
Suara gadis di seberang sana benar2 mengejutkannya.
Sontak ia menjauhkan ponsel dari telinganya, sebelum gendang pendengarannya pecah sia².

" Deekkk.... please lah. Kenapa teriak² gitu? " rengek Tasya setelah menghela nafas dan lawan bicaranya ribut memanggilnya karena tak jua memberikan tanggapan.

Kekehan receh dan menggemaskan itu menggema, menerbitkan senyum lega di bibir Tasya.
" Maaf Kak..abisnya aku seneng banget banget banget.. "

" Kenapa sih.. cerita dong. "

" Coba tebak Kak! "

Tasya menggaruk kepalanya yang tak gatal, kala tegangan tinggi melanda otaknya tentang konsep semprokali ini, mengapa adindanya justru mengajak main teka teki.
Rasanya ia ingin mengibarkan bendera putih setinggi langit.

" nyerah Dek. " pasrah Tasya tanpa perlawanan.

" Yaaa... kakak ga seru.. tebak lah.. apa gitu kek.. " paksa Syibilla dengan suara yang masih khas, ceria bermanja.
Tasya memejamkan mata, pusing namun harus menghasilkan paling tidak satu saja kata sebagai jawaban.

" Menang undian kamu dek? " tebak Tasya asal. Sungguh² asal.
Kekehan receh terdengar di seberang sana.

" Salah! " seru Syibilla, masih bersemangat.

" Ya udin laahh ..puhlis kasih tau akooh Billa sayangkooh.. "

" Idihh..alay bet "

Mereka terkekeh bersamaan. Menertawakan diri mereka yang ternyata sama² geli dengan kalimat² itu.

" wait kak.. aku kirimin via whats app yak. "

Tasya ternganga sesaat. Apalagi saat panggilan terputus.
" Lahh bocah .. kalo emang mau kasih tau via wa kenapa pake nelpon. Repot amat. " menepuk jidatnya gemas pada kelakuan Syibilla yang masih seperti anak tk yang selalu heboh akan sesuatu.

Prinsip Syibilla di mata Tasya, bereog² dahulu berpikir kemudian. Kadang².. ya kadang². Semoga saja semakin bertambahnya usia nantinya akan mengubah gadis itu semakin bijak.

Sebuah notifikasi muncul bersama sebuah icon foto di pesan WhatsApp.

Tak sabar Tasya pun mengeklik pesan pribadi itu. Sepasang mata di balik lensa oval itu berbinar takjub seolah mendapat sebuah berita yang tak diduganya.
Hingga ia pun mengeja dan membacanya berulang kali. Ya.. ia tak salah membaca.

Belum sempat ia menekan tombol dial di telponnya, sang pengirim pesan sudah terburu menghubunginya.

" congraaattsss dekk! You deserved it.. aaahhhh terharu.. pengen peluk " Tasya tak berbohong saat berucap itu, tampak genangan di sudut matanya mulai menganak sungai saat ini.

" Aaa.. makasih ya kak, i miss you much. " tanpa Tasya tahu, diujung sana Syibilla pun mulai menyeka lelehan bening dari kedua netra indahnya. Menghela nafas, menahan getaran suara yang mungkin terdengar.

" Kamu keren dek, Ilmu Komunikasi.. wah habis ini jadi mahasiswi. Ga nyangka bakal secepat ini ya. " Tasya masih sibuk mengusap pipinya yang berleleh air mata.

"Makasih semua semangatnya, kalau gak Kak Tasya yang habis²an lecut aku.. aku.. aku ..ga tau kak.. " kalimat itu terputus dengan isakan yang mulai tak tertahan.

" Hey... pssstt..sshh... noo.. noo.. itu semua karena semangatmu juga dek. Kakak cuma bantu kamu, tapi bisa apa kakak kalau kamu sendiri ga mau berubah?.. sekali lagi.. selamat yaa.. kamu berhak banget dapetin hasil ini. " mati²an Tasya menahan tangis dengan suaranya yang bergetar dan menghapus lelehan air mata yang lancar membasahi pipi chubbynya.

Those Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang