" Kamu bikin kakak mewek nih, Dek ! " peluk Tasya pada Syibilla usai gadis itu turun dari panggung.
" Aku malu tau Kak. " Syibilla menutup wajahnya saat tepukan tangan dan pujian penonton diberikan padanya.
" Heii.. you did a great job! Kakak bangga tau! " Tasya melepas rengkuhannya, mengusap wajah Syibilla gemas lalu memeluknya kembali.
Berawal dari keisengan Syibilla dan Tasya yang melewati atrium saat mereka usai berbelanja di lantai atas.
Sebuah gitar akustik menarik perhatian Syibilla. Alat musik yang sudah lama diidamkan sejak gitar itu dilaunching.
Tak sengaja saat mendengar dan melihat Syibilla mencoba gitar yang dipamerkan, seorang suppervisor brand itu malah menyuruhnya naik ke panggung. Awalnya Syibilla menolak keras, namun bujukan suppervisor dan kru musisi yang ada disana, tak lupa Tasya pun sangat bersemangat menyemangati Syibilla.Dan terjadilah pentas dadakan yang dibuat Syibilla, mengundang perhatian pengunjung mall yang kebetulan lewat atau menonton eksebisi di atrium.
Bukan hal yang mudah untuk Syibilla untuk tampil di depan umum seperti ini.
Sudah sekian lama ia tak pernah tampil di tempat umum, dengan penonton yang banyak. Sempat dilanda kecemasan yang berlebih, namun Tasya menguatkan Syibilla dengan memberinya semangat.
Tasya yakin Syibilla mampu, bertalenta di bidang seni sejak kecil. Dan buktinya animo penonton pun antusias sekali." Apa kubilang, kamu bisa Dek! Keren banget lho tadi. Waw.. award yang special ini. "
Tasya masih gemas dengan penampilan Syibilla apalagi setelah itu mendapat reward voucher khusus untuk pembelian alat musik di brand yang ia jajal tadi.Meremas pundak Syibilla lalu mengguncangnya perlahan beberapa kali.
Menyalurkan rasa bangga untuk adik tersayangnya.
Senyuman malu² dari gadis berhijab pashmina itu menguar hingga ke matanya yang lucu.
" Tapi beneran malu kak, lihat aku sampe gemeteran tadi nyanyinya. " Syibilla memandang kedua tangannya yang sedikit bergetar, sisa² dari demam panggung." Biasa itu grogi. Tapi abis itu kamu keren banget nyanyinya. Kalau ga keren, mana bisa itu dapet voucher sama tepukan penonton segitu banyak. Banyak juga lho yang ngrekam kamu tadi, Dek. Wah bentar lagi kamu jadi artis. " kekeh Tasya yang disambut gelengan malu² Syibilla.
" Please deh Kak. Udah ayo pulang. " Syibilla segera menarik Tasya meninggalkan atrium tadi menuju lantai atas. Masih dengan kawalan Pak Seno, yang setia mengikuti sambil membawakan belanjaan mereka.
Dengan beberapa obrolan yang masih memancing senyum dan tawa mereka terus meninggalkan pertunjukan singkat barusan. Meninggalkan pula sorot mata yang terus mengikuti langkah mereka hingga menghilang, dari balik sebuah kaca.
--------------------------
Masa Orientasi Mahasiswa baru telah usai. Berganti dengan kesibukan harian anak kampus. Adaptasi di lingkungan juga sistem pembelajaran yang baru, mutlak harus dilakukan oleh mahasiswa apabila tak ingin terkendala nantinya.
Begitu pula Syibilla yang mulai menemukan ritmenya sebagai anak kampus.Awalnya ia canggung bahkan sangat pemilih dengan siapa ingin berteman.
Bahkan hingga kini teman lelakinya bisa dihitung dengan jari.Padahal sejak orientasi lalu sudah ada beberapa mahasiswa yang terang²an mendekatinya. Tertarik unyuk mengenalnya lebih jauh. Tapi Syibilla menutup aksesnya rapat² untuk siapapun yang tidak ia kehendaki. Setidaknya sampai saat ini.
Siang ini, Syibilla berjalan sendiri ke perpustakaan. Syarla tak menemani karena ada jadwal interview untuk UKM yang Syarla ikuti yaitu teater.
Sementara Syibilla masih menimbang UKM apa yang akan ia pilih.Mencari beberapa buku yang diincarnya melalui perpustakaan digital. Memindahkan data ke gadgetnya untuk bisa dipelajari di rumah nanti.
Ia pun mencari literatur fisik di beberapa rak buku yang tertata rapi menurut jenis pustakanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Those Eyes
Fanfic" Diam adik kecil! Tangismu ga ada gunanya! " desis pemuda itu saat tangan kanannya mencengkeram erat pipi mulus seorang gadis yang sudah meleleh ketakutan persis di hadapannya. " Semua gara² kamu! " lanjut pemuda itu memberikan senyuman smirk yang...