n. Resah Restu

997 115 35
                                    

HAAAAIIIIII...
HALLLOO....

Lama banget ya ga ketemu kalian.
Mumpung masih Syawal, aku sekalian mau ucapin selamat hari Raya Idul Fitri 1445H untuk kalian para readers yang merayakan.
TaqabbalAllahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Taqabbal yaa kariim.

Mohon maaf lahir dan batin yaa.
Semoga puasa kita yg lalu diterima oleh Allah, dan juga semoga kita bisa dipertemukan lagi di Ramadhan tahun depan..aamiin..

Baiklah.. setelah selesai urusan di Ramadhan dan safari Silaturahmi Syawal.. saatnya menghalu lagi di cerita ini.

Jujur, agak canggung sih buat klik di chemistry nya setelah lama ga corat coret.
Semoga masih bisa diterima.
Maafin ya kalau feel nya kurang dapet atau gimana.

Kemarin semangat lagi setelah asupan Panal dan timnas yang bikin Jumatku tersenyum.. gemes banget sumpah ma mereka semua.

Oke ..selamat malming yaa..
Semoga bisa menemani kalian dengan asupan disini.

📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖📖

Syibilla merebahkan tubuhnya ke ranjang dengan helaan nafas panjang.
Menutup wajah dengan kedua telapak tangan, lalu mengusapnya sekali dengan sedikit kencang. Menggambarkan keresahan yang dirasakan.

Ia seakan tak peduli dengan pakaian yang seharian sudah melekat di tubuhnya. Melempar pada memori tentang kejadian hari ini, terutama yang baru saja ia alami.

" Kemana saja hari ini kamu , Billa ? " tanya Om Adi alias Papa Tasya yang tertuju padanya.

Syibilla merasa kerongkongannya tercekat. Padahal tidak sedang menyantap apapun.

" Ee.. tadi aku emang jalan² Om naik kereta. " Syibilla meringis menutupi jantung yang berdebar.

Ia memaki alpanya sendiri, mobil mungil yang dipercayakan padanya itu tertanam gps yang akan bisa melacak dimana saja ia beredar.

" LRT ? " tanya Om Adi lagi.

" I.ii.. iya om.. kok tau ? " Syibilla.mendadak pucat. Bertanya² dalam hati, adakah dirinya ditempeli cctv juga hingga lelaki tahu apa yang sudah dilakukannya tadi.

Om Adi tersenyum tipis.
" Ayahmu pernah bilang, dulu kamu pengen naik LRT, tapi gak pernah kami ijinkan. Ternyata sudah terkabul juga keinginanmu ya. " lelaki itu tersenyum sedikit lebar pada akhirnya membuat Syibilla dan Tasya yang sempat menahan nafasnya sedikit lega.

" Iya tadi pagi kenapa gak bilang kalau mau naik LRT ? " tanya Mama Tasya yang menimpali, " Cuma ijin mau jalan². Ante kira kamu main di Mall. " lanjut perempuan cantik itu kembali. Tak lupa mengulas senyum teduh seperti biasanya.

" Bosen Te, main di Mall. " ringis Syibilla, kemudian menghela nafas leganya. Lolos dari intrograsi dari Om dan Tantenya.

" Kamu naik LRT sama siapa ? " baru saja bernafas lega, kembali sebuah pertanyaan menghantam jantung Syibilla.

" Sama temen Om, " jawab Syibilla perlahan, sebenarnya lebih ke arah ragu² dan takut.

" Rame² ? " tanya Om Adi lagi

" Mmm.. ii..iiyaa Om. Gak papa kan Om ? " tanya Syibilla kembali. Batinnya sungguh memaki lidah yang mengucap dusta demi menutupi sesuatu.

Om Adi tersenyum
" Kamu udah besar Billa. Om gak akan ngelarang selama itu gak berbahaya. Tapi paling nggak kamu harus ijin dulu sama kami. Gimanapun Ayah bundamu menitipkan kamu disini. Om yang bertanggungjawab atas semua yang kamu lakukan disini. " terang Om Adi bijak. Syibilla tersenyum kikuk lalu mengangguk paham. Sungguh marathon jantungnya masih belum usai.

Those Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang