C. Sebuah Rasa

1.5K 101 2
                                    

Oh, lamakah kita bertahan?
Setiap tingkahku membuatmu bertanya padaku

Apakah kamu benar-benar sayang aku?
Tentu saja, ku benar sayang kamu
Buktikanlah, buktikan, coba buktikan padaku
Hati ini, cinta ini hanya butuh, hanya ingin dirimu
Dirimu selamanya
Buktikanlah, buktikan, coba buktikan kepadaku

( Buktikan - Dewi Sandra, renew by Tiara Andini & Vidi Aldiano )

***********
Petikan jemari di senar gitar akustik berpadu merdu dengan suara halus seorang gadis. Sudah tiga kali ia mengulang symphoni yang sama tapi wajah dan auranya menyiratkan ketidakpuasan.

" Udah bagus, kamu aja yang ga pede Billa.. " seloroh Melvin mengevaluasi latihan mereka hari ini.
" Aku masih kaku di chord bagian bridge nya Kak, " protes Billa sembari terus mengasah jemarinya di chord² yang dimaksud.

Melvin tersenyum.
Sudah beberapa kali pertemuannya dengan Billa menghasilkan perkembangan yang tidak bisa dibilang lambat.
Dalam pengamatannya, Syibilla termasuk anak yang tangguh dan sangat bersemangat untuk belajar hal² baru. Tak banyak gadis yang mempunyai kemampuan seperti Syibilla. Dari pertemuan² singkat mereka, Melvin jadi tahu kalau Syibilla pun lihai meliukkan jemarinya di keyboard electone. Ia juga semakin paham dengan lagu² yang cocok dengan warna suara Syibilla.
Diskusi tentang musik pun bisa mengalir seru dengan Billa, walaupun beberapa kali Melvin harus menerangkan istilah² yang mungkin baru untuk Billa.

" Eh kalian sekali² nyanyi duet dong,"
Seloroh Tasya yang tiba² hadir menemui mereka sembari membawa 3 bungkus bakso solo favorit keluarga.
" Hmm.. tau aja ada orang laper " Melvin tersenyum hingga ke mata melihat Tasya dan bawaannya.
" aku ambilin mangkok sama sendok dulu kak " Syibilla meletakkan gitar, lalu berdiri dan melangkah ke dapur.

" Baru pulang lo Sya? " tanya Melvin sambil menyugar rambut lebatnya.
" Iya, abis ada matkul praktek " Tasya menuangkan sari jeruk yang ia buat sendiri tadi pagi sebelum berangkat ke kampus. Menyodorkan salah satu gelas pada Melvin yang mengucapkan terimakasih lalu meminumnya tandas.

Tasya takjub dibuatnya.
" Haus apa doyan Boszt ? " Gelak tawa Tasya membuat Melvin menunduk menyembunyikan senyum simpulnya.
" Ketauan banget ya? " Melvin menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Tasya geleng²,
" Ga dikasih minum sama Billa dari tadi? " mengedarkan pandang di sekitar sofa dan meja.
" Udah tadi. Es teh manis.. " Melvin mengangkat sebuah gelas, " udah habis 2 gelas juga. " ringisan Melvin menggemaskan tangan Tasya, sebuah bola plastik meluncur ke arah Melvin. Hanya saja berhasil ditangkap pemuda itu, mudah ..sangat mudah.

" Beser lo ntar Vin.. ngompol lo " olok Tasya disambung gelak tawanya lagi.
Sementara Melvin hanya tertawa tanpa suara.

Syibilla datang membawa mangkok, dan mereka memulai pesta bakso solo di penghujung senja hari itu.

" Kak Tasya ga bareng kak Andra tadi? " tanya Syibilla sontak menghentikan kunyahan Tasya dan Melvin.
" Ya nggak lah Dek, keajaiban kalau Andra antar jemput kakak kuliah" dengan tone suara yang makin melemah.

Dari sudut matanya Melvin menelisik itu, ada nada sarat kecewa terlontar. Di balik keceriaan Tasya, ada hal yang coba ia tutupi. Ia tak tahu apa pastinya.
Beberapa kali ia berjumpa kekasih Tasya bernama Andra itu. Nalurinya mengatakan, hubungan mereka membosankan. Ah entahlah, siapa tahu itu hanya perasaannya saja.
Melvin berusaha membuang jauh² sesak itu.

Suara notifikasi whatsapp terdengar dari handphone Tasya. Ia pun menggeser layar ponsel lalu terdiam membacanya seksama. Lalu tak lama jemarinya mengetikkan beberapa kata sebagai balasan. Sebelum meletakkan kembali hp di meja. Wajah Tasya sedikit berubah, namun saat menatap Melvin yang juga menatapnya, ia berusaha menyembunyikan dengan jokes ringan pada mereka semua.

Those Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang