W. Say Hello to me

1.1K 155 36
                                    


Hehehhee....
Aku suka kalo kalian ngereog gegara kugantungin kemarin 😄😄😄😄
Baeklaah.. happy reading all
-------------------------------------

" Dek, kamu yakin ? Sudah beneran siap? " Tasya menatap tanpa jeda pada Syibilla yang duduk santai di depannya.

" insyaa Allah yakin, kak. Aku udah mikir berulang kali sampai istiqoroh. Semoga memang ini yang terbaik ya Kak. " urai Syibilla dengan tenang.

" Siap dengan kemungkinan apapun Dek? " desak Tasya meyakinkan Syibilla kembali. Ini bukan hal yang mudah, terutama untuk pertama kalinya.
Ia juga menolak berkomunikasi dengan gadget via online. Syibilla meminta dengan tegas adanya pertemuan secara langsung dengan Andra.

Gadis berpipi chubby itu menggenggam tangan Tasya, menarik ujung² bibir membentuk senyuman meneduhkan khas miliknya.
" Aku yakin niat baik akan selalu berakhir baik, Kak. Sudah mikir ini matang², juga sempat konsul sama Kak Ocha beberapa hari lalu. " papar Syibilla lagi.

" Oh ya? Apa kata kak Ocha ? " tanya Tasya penasaran. Tak heran kini Syibilla lebih tenang dibandingkan beberapa saat setelah mulai mengetahui adanya dokumen itu.

" Kak Ocha cuma bilang. Berdamai dengan keadaan juga menghilangkan trauma adalah ketika kita bisa bersikap normal di hadapan sumbernya. Jadi di kasus ini, aku harus mencoba bagaimana reaksiku saat aku bertemu sama Kak Andra secara langsung. " Syibilla menerawang jauh. Menatap langit cerah yang mulai menyambut kedatangan sang mega perlahan.

" Biar hasilnya kita lihat aja nanti. Yang penting aku sudah berusaha. Jadi bisa kan kak bantu aku ? " mohon Syibilla yang langsung diangguki Tasya sumringah.

" Alhamdulillah, semoga semua berakhir baik ya dek. Oke, insyaa Allah kakak bantu. Nanti kita atur jadwal kapan kalian bisa ketemu. Juga tempatnya. " Tasya sudah mulai merancang di benaknya tentang hal ini. Tentunya ia tak akan sendiri.
Bukankah ada Dimas yang selalu siap sedia membantunya?
Abangnya yang satu itu patut dikaryakan.
Walau sesibuk apapun, tinggal nanti mereka yang menyesuaikan jadwalnya.

" Kak Andra masih di London kak? " tanya Syibilla lagi

" Mestinya sih iya. Dia kan baru intake kuliahnya awal januari lalu. Aku cari info dulu ya. Pokoknya kamu tenang aja. " Tasya mengambil ponsel dari totebagnya.

" Sekalian aku mau cari tempat yang enak buat kalian ngobrol nanti. " lanjut Tasya sambil mulai hunting tempat.

" Gak perlu nyari, Kak. Aku mau ketemunya di apartemen yang malam itu. " ujar Syibilla membuat Tasya menoleh cepat sambil melebarkan matanya.

" Hah? Billa... heii.. apa? Ga salah denger kan aku? Yakin? Itu.. " Tasya kehilangan kata2nya lalu mendesah resah. Menepuk dahinya beberapa kali.

" Gak papa kak. Kalau aku ga yakin, aku ga akan minta. Salah satu treatmentnya itu kak. Boleh ya.. aku mau tahu reaksi diriku sendiri. Please kak. Tolong tanyakan sama Kak Andra. " mohon Syibilla lagi.

Tasya menggaruk kepalanya yang tak gatal. Benar² tak terduga.
Syibilla kini mulai membuka diri untuk mencoba hal baru.
Tasya mungkin tak tahu pergulatan hati Syibilla selama ini yang selalu resah walaupun segalanya sangat kondusif untuknya.
Jauh sebelum ini, Syibilla menyimpan tanya besar. Apakah bisa memaafkan seorang Andra yang sempat mengukir kenangan buruk di jalan hidupnya ?

Perlahan semua atas kehendak Allah, Syibilla menerima semua takdirNya. Merenungi semua ucapan Tasya saat itu yang menyentil kalbunya. Tak ada salahnya belajar dari yang sudah berpengalaman bukan?
Belajar memaafkan. Baik untuk dirinya sendiri maupun memaafkan orang lain.

Hampir setiap malam Syibilla membuka file² video dari Andra. Pemuda itu banyak berkisah tentang dirinya. Membuat Syibilla banyak mengetahui tentang Andra sampai saat ini.
Satu hal yang membuat Syibilla terkejut saat Andra menyampaikan ia melihatnya bernyanyi.

Those Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang