h. Orang Lama

1K 109 21
                                        

Hallo guys.. yuk gass lanjut

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

'Manalah kutahu datang hari ini
Hari di mana ku melihat dia'

Tasya menghempaskan tubuh di kursi hitam, tempatnya bernaung setahunan ini.
Fisik dan pikirannya sedang tak bersahabat. Jika saja ia tak sadar posisinya sebagai Junior staff disini, sudah berapa makian akan dilontarnya. Lelah fisik juga mental.

Mengusap kain yang menutupi kepalanya yang terkena tetesan air hujan yang kini sedang deras mengguyur Jakarta.
Salahnya sendiri tadi ia tak mempedulikan peringatan Davina, salah satu rekannya untuk membawa payung saat keluar kantor.

Melepas kacamata yang setia bertengger di wajah cantiknya, lalu memijat perlahan batang hidung diantara dua netra lelah itu. Penat sekali sepertinya hingga mata itu terpejam sesaat sebelum suara langkah disertai seruan menyebut namanya terdengar.

" Natasya..! "
Tasya membuka lalu memutar bola matanya kilat, melempar tatapan sengit ke beberapa rekan yang tertawa cekikikan.

Seorang lelaki yang usianya tak terlalu jauh dari Tasya, penampilannya rapi jali dengan wangi maskulin yang menyebar sejak 3 kilometer sebelum penampakannya muncul.

Tasya segera menegakkan badannya , memasang kembali kacamata frame transparan yang membingkai anggun netranya.

" Iya, Pak ? " jawab Tasya sambil memfokuskan pandang ke lelaki yang kini sudah sampai di depan meja kerjanya.

" Ini kenapa direvisi lagi design nya? Anda tahu kan bagian logistik sudah mulai kerja dengan spesifikasi design kemarin. Kenapa dirubah lagi? " cecar lelaki itu sambil menunjuk ke sebuah gambar yang tercetak di atas kertas berukuran A3.

" Maaf Pak. Ini atas permintaan klien. Semalam beliau menghubungi kami di team design untuk revisi. " jelas Tasya kepada pria yang kini menjadi atasannya.

" Ya tapi ga bisa seenak jidat dong merubah design tanpa konfirmasi. Kalau sudah masuk proses produksi, itu tandanya design harus benar² fix. Tidak ada revisi lagi. " tekan lelaki itu di akhir kalimatnya.

Tasya mengangguk paham, menggigit bibir.
Ia tak berani membantah kata² atasannya.
Memang disadari semua salahnya. Terlalu act of service pada customer.
Padahal koordinatornya sudah mengingatkan langkah yang beresiko ini.
Dan benar saja, kali ini sang manager, Marko Pratama jelas² menegurnya.
Ia melihat sekilas Rahman, sang koordinator menepuk jidatnya sambil memejamkan mata.

" Saya minta anda buat kesepakatan dengan klien. Ga tau gimana caranya, semua bahan yang sudah akan diproduksi nantinya benar² harus dipakai. Tidak ada yang terbuang, dengan alasan revisi design. Pakai prosedur yang benar, Natasya ! Saya tunggu besok untuk updatenya. "

" Dan Rahman, tolong lebih ketat lagi supervisi pada teamnya. Karena kebijakan tanpa koordinasi akan jadi wanprestasi buat seluruh team ! " Marko mengalihkan pandang pada lelaki berambut keriting yang duduk tak jauh dari Tasya.

" Baik, siap laksanakan Pak. "
Rahman menganggukkan kepalanya. Menyepakati apa yang telah dititah padanya.

Setelah itu, Marko berlalu sambil mulai berbicara via ponselnya. Masih pembicaraan tentang pekerjaan yang sempat Tasya dengar.

Gadis itu melempar punggungnya ke sandaran kursi kerjanya. Mulutnya meniup ke arah kain hijabnya di atas dahi.
Mencoba mengeluarkan resah yang mengganjal

" Semangaaat Sya, eh Natasya.. " Davina yang duduk di deret seberangnya sengaja menggoda lalu terbahak.

" Nama gue bukan Natasya.. aaargghh.. kenapa sih bos tengil itu suka banget ganti nama gue! Heran deh ! " gerutu Tasya sebal dengan melirik tajam ke ruangan managernya.

Those Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang