I. Roller Coaster

1K 111 27
                                    

Syibilla merengek lalu menggeleng.
Menyandarkan punggung di sandaran bed tempat tidur Tasya.

" Kak Tasya aja deh, jangan aku. Please. Aku malu ini.. " wajah cantik itu bersemu merah.

Tasya terkekeh geli.
Setelah mendengar Syibilla berceloteh tentang tingkahnya yang dipergoki Andra.

" Udah gak papa. Sebentar aja. Nanti kalau dokter Venny selesai visit, kakak turun nemuin dia. "

" Dibiarin sendirian juga gak papa kan mestinya. Aku belum mandi juga. " gumam Syibilla, sambil mengerucutkan bibirnya.

" Ya gak papa sih. Cuma adab aja sih dek. Gimanapun dia tamu. Sekali ini aja Dek, ya.. " bujuk Tasya membuat Syibilla terdiam, tertunduk mengiyakan.
Hal yang sama juga selalu diingatkan oleh orang tuanya.

Mau tak mau, ia menurut. Walaupun harus menyiapkan mental yang luar biasa. Kalau saja bisa ia ingin melapisi wajahnya dengan topeng atau semen sekalian, mungkin akan dilakukan.

Titah Tasya padanya pagi ini benar² menguji mental.
Tasya memintanya untuk menemani Andra, karena pagi ini bersamaan dengan jadwal visite dokter Venny. Dokter yang masih juga kerabat jauh itu sudah dalam perjalanan ke rumahnya.

Syibilla menuruni anak tangga dengan berulangkali merutuki diri, sambil meremas tangannya.
Ia meraih sebuah tas berisi oleh² yang dibawa dari tempat asalnya.
Masih ada beberapa tas yang tersusun rapi dekat ruang makan.
Memang sejak jauh hari ia menyiapkan beberapa paket oleh² untuk keluarga dan beberapa teman yang ia kenal.
Nama Melvin dan Andra juga termasuk yang ia catat.

Berhenti sejenak di pintu samping, sebelum undakan turun,  mengintip keberadaan Andra yang tadi berada disana.
Bangku itu kosong.
Syibilla mengernyit, kemana perginya orang itu.
Menengok ke arah pintu garasi yang terbuka, kendaraan Andra masih terlihat. Pertanda lelaki itu belum pergi dari rumah ini.
Tapi dimana?

Syibilla masih mencari dengan mengedarkan pandang ke area halaman samping.
Meyakinkan keberadaan Andra tidak tertutup oleh tanaman.

Tak menyadari di sebelahnya ada sosok yang perlahan menjajarinya.
Baru saja melangkah dari kamar mandi.
Mendekatkan wajah ke telinga gadis itu.

" Nyari siapa? " suara maskulin yang kontan saja mengejutkan Syibilla.

Gadis itu melompat dari posisinya, berteriak kaget hingga nyaris terjatuh.
Menjaga keseimbangan dengan tangan yang menggapai apapun.

' Plak!!'
Andra tak sempat menghindar saat telapak tangan mungil Syibilla mampir ke wajahnya.
Menampar pipinya, tak sengaja memang.

Lalu akhirnya tangan itu mendarat di lengan Andra, mencengkeramnya erat, menyeimbangkan diri.
Hingga Andra pun ikut menahan badan gadis itu dari samping.

Andra benar² tidak menyangka reaksi gadis kecil ini sebegitu rupa saat terkejut.

Syibilla terengah, dengan wajah panik bercampur terkejut.
Sontak ia menoleh ke belakang, mendapati Andra disana.

" Kak Andra! " bentak Syibilla, hampir saja ia terjungkal ke arah taman kalau saja tubuhnya tak mampu seimbang.

Wajah gadis itu geram tapi menggemaskan.
Mata yang bulat dan jernih kecoklatan, menyorot tajam.
Dengan bibir menipis.
Lucu sekali.
Andra yang hampir saja protes karena wajahnya terkena 'tamparan' itu pun mengurungkan niatnya.

" kenapa? " tanya Andra pendek. Tangannya masih saja memegang samping bahu Syibilla.

" Kaget tahu! " protes Syibilla kesal, sambil mengatur nafas.

" Issh kamu juga nampar aku. " 

" Hah? "

" Nih tadi tanganmu nampar aku " Andra menunjuk pipinya, menahan senyum.

Those Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang