T. Terungkap

1.1K 121 55
                                    

Happy reading all
------------------------------

Andra masih terdiam.
Mencerna kembali semua pertanyaan Tasya barusan.
Bukan. Bukan ia tuli, bukan juga ia tak paham. Tapi buatnya ini semua terlalu mendadak. Ia hanya meyakinkan diri dan pikirannya, bahwa ini semua bukan angan atau mimpinya saja.
Segala sesuatu tentang Syibilla selalu membuatnya mati kutu.

" Issh .. lama lo! Gue tanya sekali lagi, Ndra. Lo punya keinginan ga sih ketemu ma adek gue itu ? " Cecar Tasya tak sabar.

Andra mengerjapkan matanya. Mencoba tersenyum lalu menghela nafas. Entah mengapa susah sekali mengucap isi batinnya yang menggebu riuh.
Siapa yang tak ingin bertemu Syibilla?

" Lo becanda Sya! Tapi ga lucu. " entah mengapa akhirnya deret kalimat itu yang terlontar dari mulut Andra. Dengan pandangan yang berkelana, asal tak ke arah Tasya yang kentara sekali sedang mencermatinya.

" Ribet dah lo! Emang gue pelawak. Mana ada lucu²nya omongan gue. Tadi kan gue udah bilang. Gue nanya serius, Andraa! " omel Tasya yang sedang diuji kesabarannya oleh sang mantan. Giginya bergemeretuk kesal menggumamkan kata² abstrak.

Andra malah asyik mengunyah kentang goreng yang hampir musnah dari piring saji di meja mereka. Juga menyecap minuman yang ntah sudah bagaimana rasanya saat ini. Mengingat sudah lebih dari 60 menit mereka ada disana.

" Lama lo! Gue pulang aja. Soal Syibilla, sorry lo usaha sendiri! Ga jelas emang lo nya... " Tasya bersiap mengemasi barangnya, menengok penunjuk waktu di pergelangan kirinya. Ternyata sudah hampir memasuki waktu sore. Pantas saja perutnya riuh meminta asupan lebih. Namun celotehnya terhenti karena jari Andra menarik perlahan ujung baju dekat pergelangan tangannya.

" Sya, tunggu! " reflek Andra saat melihat gelagat Tasya yang akan berkemas dan pergi. Pancingannya berhasil. Namun show must go on. Membuat gadis itu menatapnya lalu melengos jengah.

" Apa lagi? Masih mau bengong lagi? Lo tinggal jawab aja susah. "

" Dengerin gue dulu, Sya. Kebiasaan emang lo dari dulu, susah dengerin penjelasan orang. " kalimat terakhir Andra serasa menampar Tasya. Bukan apa², karena hal ini sudah sering dikeluhkan pula oleh siapapun yang dekat dengannya.
Gadis itu pun terdiam lalu kembali duduk tenang menghadap Andra.

" Oke, gue dengerin. Buruan ngomong. " Tasya mempersilahkan Andra dengan isyarat tangan.

" Tentang Syibilla. " Andra menundukkan kepalanya sejenak, " lo tau, hal pertama setelah kejadian itu yang paling pengen gue lakuin? " entah ini pertanyaan yang perku Tasya jawab atau tidak sebetulnya. Buat gadis itu, apa yang Andra ucapkan nyaris seperti pernyataan.

" Gue pengen ketemu Syibilla dan mohon ampun sama dia. Walaupun nyawa gue taruhannya. Seengaknya kalau dia mau gue mati asal dia maafin gue, itu lebih lega buat gue Sya, saat itu. " nada bicara Andra mulai berbalut emosi disini.

Tasya mengerutkan dahi, mengingat saat itu memang Andra beberapa kali berusaha meminta untuk bertemu Syibilla sampai memohon di depan rumah Tasya. Beberapa kali juga Tasya memperlakukan Andra dengan segenap emosinya yang meluap.
Entah dari cacian verbal hingga hantaman fisik yang menyebabkan luka di tubuh dan wajah Andra. Pria itu sama sekali tak membalasnya, melawannya saja tidak. Ia hanya bergeming dengan satu permintaan yang sama.
Bertemu Syibilla.

Suatu keinginan yang saat itu buat Tasya adalah hal yang gila. Mana mungkin mempertemukan Syibilla dalam kondisi trauma berat dengan pelaku yang membuat kondisinya seperti itu. Tasya sama sekali tqk memikirkan bagaimana kondisi Andra sendiri saat itu. Ia hanya melindungi adik tersayangnya, maka melibatkan pihak berwajib saat itu adalah jalan untuk menyelesaikan semua masalah. Kepalanya nyaris pecah saat menghadapi semuanya sendiri. Sebelum orang tua dan keluarga Syibilla datang pasca menerima kabar.

Those Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang