g. Kisah Mereka

1.1K 114 41
                                    

Hai guys.. yuk lanjutt !

' Apa ada yang bisa ambil peranku..
Menjaga dirimu, yang kini tak ditanganku. '
( Tak di Tanganku ~Juicy Luicy feat Mawar de Jongh)

Waktu mengalirkan angan juga rindu.
Tak terasa hampir sebulan berlalu.
Saatnya menepati janji untuk kembali.

Melvin tersenyum sembari menerima jabatan tangan kokoh lelaki di hadapannya.
Wajahnya yang sudah masuk usia pertengahan dengan penampilan yang masih bisa terbilang trendy di kalangannya.
Tatapan kagum juga bangga terpancar tanpa penghalang dari lelaki itu pada Melvin.

" Terimakasih. " ucapnya tulus pada pemuda itu.

" Semestinya saya yang berterimakasih pada Bapak. Sudah berkenan memberikan saya kesempatan yang luar biasa di proyek ini. " ucap Melvin santun. Terlihat juga gesture pemuda itu sangat menghargai lelaki di depannya.

" No. Kita sama² tahu. Sejak awal ada yang memberitahu saya tentang kamu yang begitu antusias dengan musik tradisional. Banyak perubahan yang sudah kamu buat. Terobosan baru memang diperlukan agar musik tradisional kita tidak hilang digerus musik² luar negeri. " urai lelaki berkacamata itu dengan duduk santai di sofa sambil menyilangkan kaki.
Suaranya yang berat mengesankan sekali kewibawaan yang dimiliki.

Melvin mengangguk²kan kepalanya, paham.
Hal yang sudah beberapa kali ia dengar namun tak pernah ia merasa bosan. Malah membuatnya semakin bersyukur bahwa Tuhan mempertemukannya dengan orang² hebat.
Mengirimnya ke berbagai pengalaman, perjalanan yang menakjubkan. Sungguh sebuah fase yang tak akan ia lupakan seumur hidupnya.

" Jadi kapan kamu kembali ke Jakarta ? " tanya lelaki yang sejak tadi dipanggil Bapak itu oleh Melvin.

" Lusa, Pak. Penerbangan siang. "

Jawaban Melvin disambut oleh senyuman teduh lelaki itu juga anggukan berwibawanya.

" Nanti biar Yanto yang antar kamu ke bandara. Maaf saya belum bisa antar, masih ada urusan disini beberapa hari dengan Pak walikota. " titah juga kisah lelaki itu.

" Terimakasih Pak, tapi saya bisa berangkat sendiri ke bandara. " tolak Melvin halus. Ia hanya merasa tak ingin merepotkan lelaki yang sudah banyak sekali membantunya.

" Banjarbaru itu 1 jam dari sini. Kamu bisa simpan ongkos taxi buat yang lain. Saya gak menerima penolakan. " kali ini titahnya lebih serius membuat Melvin tak bisa berkata apapun selain menurut.

" Oke. Saya harus pergi lagi sekarang. Jam makan siang ini ada janji. " pamitnya pada Melvin seraya bangkit dari duduk.

Melvin segera bangkit pula dengan sigap lalu menyodorkan tangan kanannya menyalami lelaki itu dengan sikap menunduk hormat.

" Terimakasih banyak pak, sekali lagi. " ucap Melvin yang langsung dikejutkan dengan pelukan lelaki itu padanya.

" Sukses buat kuliahmu nanti. Kabari saya terus. Saya tunggu kalau kamu lulus nanti. " ucap sang Bapak sambil menepuk punggung Melvin beberapa kali. Terlihat sekali ia sudah menganggap Melvin sebagai anaknya.

" Siap pak. Terimakasih. "

Mereka pun mengakhiri pertemuannya disitu.
Melvin kembali ke rumah kontrakan untuk melanjutkan membereskan barang² miliknya. Beberapa ia tinggalkan untuk kolega dan teman² kontrakan sekitarnya. Tak semua barang yang ia miliki disini akan ia bawa.

" Zah. Hey, kenapa lah berdiri terus disitu ? "
Sapa Melvin saat melihat Zizah terdiam di teras kontrakannya.

" Ini ada beberapa pack binder note, sama kertas² yang ga abang bawa pulang. Masih baru. Buat kamu aja ya, atau siapa aja yang butuh. " Melvin membawa sebuah kardus berisi beberapa barang ia sebutkan tadi.
Duduk di kursi di teras kontrakannya yang memiliki halaman lumayan luas. Meletakkan kardus tadi di meja teras, lalu menatap Zizah yang masih membisu.

Those Eyes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang