LII

894 71 1
                                    


"Tuna wicara?..." ulang Noa sambil bergumam.

"Iya, dia kembaran kamu yang ngga sempurna dan disembunyikan ibu kamu, karna takut membuat papa marah hanya dengan melahirkan anak yang tidak sempurna."

Eita menundukkan kepalanya, raut wajahnya terlihat sedih dan putus asa, "menurut kamu, apa papa juga bakal ngebunuh dia kaya pikiran ibumu?" alih alih melanjutkan alasan nya, Eita malah meminta pendapat Noa mengenai dirinya.

"Engga, papa sayang sama mama, ngga mungkin papa bakal ngelakuin itu, bahkan mama juga ngga perlu berlutut buat minta papa ngga ngelakuin itu" jawab Noa dengan raut datar.

Eita menyunggingkan senyuman nya, "benar, kamu tau papa dengan baik."

"Terus papa dapet surat, tepat setelah ibumu meninggal, dia meminta maaf dan memohon papa buat ngga ngebunuh dia, papa yakin ibumu menulis itu sambil menangis"

"Karna ada tinta pena nya luntur terkena air mata mama?"

"Iya... Dan katanya, mama mu nulis itu sehari setelah kamu lahir, dia rawat kalian berdua dalam keadaan terpisah dengan baik, padahal ibumu pasti lelah."

"Maafin papa Noa, papa jadi lampiaskan amarah papa ke kamu padahal ini salah papa," ucap Eita dengan sungguh sungguh, ia terlihat sangat menyesal.

Namun Noa hanya diam, ia malah mengajukan permintaan pasa Eita, "Satu lagi, tolong selesaikan masalah papa dengan Yamura, karna saya jadi tidak bisa bersama dengan Ayaka," pinta Noa.

"Ayaka? Kamu suka dia? Papa pikir kamu sungguhan tidak suka dengan Ayaka karena selalu diganggu dengan nya," ucap Eita sembari mengingat-ingat masala lalu Ayaka dengan Noa yang sangat datar itu.

Tiba tiba Eita tertawa kecil, "papa ingat kamu ngga suka Ayaka ikut gabung di klub archery kamu? Terus kamu bilang ketus banget ke papa, kalo kamu ngga suka Ayaka, soalnya cerewet dan ceroboh," ucap Eita setelah mengingat ingat masa lalu.

"Jilat ludah," ucap Noa mengakui perbuatannya.

"Bahkan ngeliat dia ngobrol sama laki laki saja membuat saya emosi dan ingin memukul nya, tapi sekarang Ayaka sudah tidak cerewet, ia jadi lebih dewasa dan sangat cantik," ungkap Noa tanpa malu, karena hal itu menurun dari papa yang tak segan memuji mama kepada siapapun bahkan orang asing.

Buah jatuh tak jauh dari pohonnya, kelakuan bahkan sifatnya dalam mencintai seseorang sangat mirip dengan Eita, terobsesi.

"Aneh, papa seperti melihat diri sendiri"

"Sekarang jelaskan masalah papa dengan Yamura dengan lengkap dan jelas," pinta Noa.

"Yamura mengira papa selingkuh dengan Erika, ibu Ayaka."

Noa langsung melotot dan memberi tatapan hina pada papanya, ketika ia mengatakan itu.

"Kamu serius mikir papa beneran selingkuh??"

"5%"

"Engga, papa ngga selingkuh, Yamura salah paham dan ada yang sengaja paparaziin saya dengan Erica saat mengurus saudara kamu, papa ngga tau cara nya ngurus orang yang berkebutuhan khusus, jadi papa minta bantuan Erica, karena orang yang mengurus saudara mu juga ikut meninggal bersama ibu mu saat itu"

"Jadi, sambil mencari orang yang bisa mengurus saudara kamu, papa meminta bantuan Erica tanpa memberitahu Yamura, bodoh nya papa karena takut dengan pendapat Yamura mengenai saudara kamu, jadi papa melakukan itu, padahal tugas papa yang baik adalah melindungi anaknya."

"Tapi baik kamu maupun dia, papa sama sama tidak bisa mengurus kalian dengan baik, bahkan papa melukai kamu."

Noa meraba punggung nya yang selalu di cambuk oleh papa nya, sebelum menjawab Noa menghembuskan nafas yang dalam, "Noa udah ngga papa, pah."

"Maaf Noa"

"Iya"

"Papa bakal nemuin Yamura dan bilang semuanya."

"Jangan sekarang pa" cegah Noa.

Eita mengerutkan keningnya, kebingungan, "kenapa Noa?" tanya Eita.

"Takashi Naomi, dia yang menaruh pistol didekat Yamura"

Eita menyipitkan matanya pada Noa dengan tajam, "yang benar kamu?" ucap Eita dengan serius.

"Serius"

"Padahal saat mengurus saudara kamu, Naomi masih didekat Erica," ungkap Eita sambil mengingat ingat kembali masa lalu.

"Seingat papa Naomi pernah mengantarkan Erica ke rumah saat itu, kalo tidak salah supir Erica cuti karna sakit," lanjut Eita setelah mengingatkannya.

"Berarti kedekatan Naomi dengan korban bisa menjadi bukti kan?"

"Tunggu Noa, kamu yakin Naomi orang nya? Kalo Yamura mau membunuh Erica sepertinya ia tidak perlu melihat pistol apa yang ia gunakan," ucap Eita memberi pendapat.

"Noa punya bukti pembelian senjata yang dibeli Naomi, dan itu cocok dengan senjata yang digunakan Yamura."

"Astaga..."

"Papa bakal bantu kamu menyelidiki orang itu"

"Terima kasih, pa," ucap Noa dengan tulus.

Eita mengangguk sambil menyunggingkan senyuman nya.

"Kalo boleh tau, siapa nama saudara kembar Noa pa?"

"Joa, Nishimura Joa."































































Ayaka sedang menikmati roti tawar yang lembut dengan selai strawberry dan coklat sambil menikmati pemandangan kota dari balkon hotel. Dan tiba tiba seseorang memeluk dirinya dari belakang, sentuhan dan aroma ini, Ayaka hafal orang nya.

"Gimana?" ucap Ayaka sambil mengusap rambut Noa dengan tangan satunya.

"Kamu kaget ngga kalo aku rupanya punya saudara kembar?" ucapan Noa membuat Ayaka benar benar terkejut, bahkan melepaskan pelukannya agar bisa melihat Noa dengan benar, raut itu raut muka serius dan tidak ada bercandanya sama sekali.

Jadi benar Noa mempunyai saudara kembar?.

"Setelah bertahun tahun Noa? Baru sekarang??"

"Iya, mama sengaja sembunyiin dia dari aku sama papa, karena dia tuna wicara."

"Namanya?"

"Nishimura Joa."

"Aku kaget banget Yaka... Aku kaget mama nyembunyiin hal sebesar itu sendiri dan ngurus kita langsung tanpa pilih kasih meski di tempat yang berbeda" ucap Noa sambil memeluk Ayaka.

"Aku juga kaget, tapi mau gimana pun kita harus hormatiin keputusan mama kamu, walaupun sebenarnya bisa komunikasi dulu sama papa kamu, tapi sekarang ya sekarang dan kita ngga bisa sedih berlarut larut karena penyesalan Noa. Aku yakin mama kamu juga ngga suka, dan hidup rukun bareng Joa dan papa pasti bisa bikin mama kamu senyum disana, bareng mama aku."

Noa menangis di dalam dekapan Ayaka, padahal ia sama sekali tidak menangis dihadapan papa. Tapi dengan bersama Ayaka, ia merasa emosi nya benar benar tersalurkan dengan baik, buktinya ia bisa menangis saat ingin menangis tidak seperti dihadapan papa yang tegas dan datar. Dengan bersama Ayaka, ia merasa menjadi diri sendiri.

"Nangis itu buat semua orang Noa, kamu boleh nangis," ucap Ayaka sambil mengelus rambut dan punggung Noa.

"Ayaka, jangan pergi kemana mana ya?" pinta Noa seperti anak kecil.

"Iya Noa, Ayaka ngga bakal pergi lagi."








To be continued
🦋 © crxdia

aku jadi bayangin Jo &team yang jadi kembaran Noa karena mirip sana Ni-ki •́⁠ ⁠ ⁠‿⁠ ⁠,⁠•̀

Noa's Obsession [1] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang