XXXI

1.8K 222 11
                                    


"Lo yakin kan Aruma gak tau soal ini?" Tanya Taki yang sedang duduk diatas kursi satu set dengan meja rias Ayaka.

Tiga hari kemudian, pagi pagi buta Nitael sedang berkumpul di apartemen Ayaka yang ditinggali oleh Noa sekarang. Mereka membantu Noa berkemas kemas untuk kepindahannya pagi pagi buta ke united kingdom atau Inggris karna program pertukaran pelajar yang ia ikuti.

"Engga dia gak tau" ucap Noa sembari mengeluarkan dua koper miliknya ke ruang tengah.

"Lakban dimana bro?" Tanya Daniel untuk kardus berisi barang Noa agar aman dibawa nanti.

"Di laci ambil sendiri" ucap Noa yang disibukkan dengan ponselnya.

Daniel berdiri dan membuka laci yang Noa tunjuk, tapi tak hanya lakban yang ia temukan namun foto Ayaka dalam plastik seperti habis dari percetakan. Tak lupa Daniel mengambil foto itu dan lakban yang ia cari.

"No" Daniel menyerahkan beberapa foto Ayaka di laci padanya, "takutnya kelupaan." Sambungnya.

Noa menerima foto Ayaka dengan senyum tipisnya, terus memandangi foto itu sebelum ia simpan ke koper di ruang tamu. Setelah siap Nitael mengantar Noa ke bandara sebelum jadwal keberangkatan Noa dimulai.

"Makasih bro" ucap Noa lalu memeluk kedua temannya.

"Sama sama, jangan lupa hubungin kita kalo ada masalah" ucap Taki.

"Jangan lupa mampir bar gue disana, bilang kalo lo sahabat gue gratis buat lo" ucap Daniel sedangkan Noa hanya tertawa kecil sambil mengangguk.

Pemberitahuan jadwal penerbangan Noa telah diserukan, berarti ini waktunya Nitael berpisah dengan Niki.

"Gue pergi dulu" pamit Noa.

"Iya ati ati" jawab Taki.

Noa masuk kedalam awak pesawat class business dan duduk sesuai bangkunya, walaupun ia akan meninggalkan Jepang tapi Noa tidak akan melupakan orang dan kenangan nya.

Inggris tidak akan mengubahnya, begitu ia kembali ia tetap menjadi Nishimura Noa si bengis dan kejam. Lalu bagaimana dengan sisi lembut dan penyayang nya, entah lah sifat itu akan kembali atau tidak karna sifat itu otomatis muncul saat ada Ayaka.





























Sudah sekitar satu bulan Noa disana, belajar menjadi seniman seperti mimpinya yang didukung Ayaka yang entah pergi kemana.

"Gimana rasanya habis ditembak primadona kampus dikantin?" Tanya Lucy begitu Noa masuk ke kelas dengan minuman botol yang sedang ia minum sembari berjalan menuju meja nya.

"B aja"

"Berarti lo nolak dia?" Dari jawaban Noa, Lucy tau bahwa pria itu menolak perempuan yang menyukainya lagi, karna ini bukan kali pertama.

Jika ditotalkan sudah ada 7 perempuan yang menembak nya minggu ini, udah kaya mau bikin girl group aja.

"Iya"

Lucy yang mendengarnya hanya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.

Sampai dimeja Noa terlihat lemas dan hanya tiduran kepalanya dimeja sembari menggambar sketsa untuk patung yang akan ia pamerkan di galeri. Noa mendapat tawaran dari dosen untuk menampilkan karyanya di pemeran galeri yang diikuti beberapa mahasiswa lainnya yang beruntung.

Lucy menghadap ke belakang tanpa berpindah posisi duduknya di bangku "Are you okay?" Tanya Lucy, temannya yang duduk didepan mejanya dan salah satu dari 6 orang yang beruntung untuk memamerkan karya nya di pameran lukisan nanti bersama Noa.

"Not really, i'm just a kinda dizzy" ucap Noa.

"Pusing mikirin cewe cewe itu? Becanda, go straight to the health room right now, before it gets worse" ucap Lucy khawatir yang diselipkan candaan olehnya.

Noa's Obsession [1] ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang