14: Bakso?

1.1K 113 12
                                    

"Tapi sekarang kamu sedang butuh modal Ram. Pakai saja uang ini," tutur Sinta tak tanggung-tanggung memberikan sejumlah uang hasil dari jerih payahnya bekerja.

"Enggak Sin, kenapa kamu kasih ke aku. Ini 'kan uang kamu." balas Rama mendorong gepokan uang tersebut.

"Aku percaya sama kamu Rama. Aku yakin dengan modal segini kamu bisa membangun usaha lagi, jiwa pengusaha kamu nggak bisa bohong Ram. Ayo lah," Sinta memohon supaya Rama mau menerima.

"Jangan ah. Kamu udah kumpulin uang ini dari dulu, aku akan cari cara lain buat bangun usaha bengkel lagi. Kamu jangan ikut pusing dong, cukup do'a-in aku biar bisa lewatin ujian ini. Nanti kalau aku sukses, aku baru berani lamar kamu, simpan saja uangmu itu," jawab Rama.

"Kamu ingin bergelut di dunia mekanik lagi?" tanya Sinta.

Rama mengangguk.

"Bukan 'kah alat bengkel dan sepenuhnya membutuhkan banyak biaya?"

Rama mengangguk. "Mengotak-atik mesin adalah hobiku, aku cinta semua alat-alat itu Sin. Aku pingin membangun usaha bengkelku mulai dari awal lagi."

"Kamu yakin? Kamu nggak mau ganti usaha bidang lain? Jasa bengkel yang kamu bangun bertahun-tahun harus terbakar dalam sekejap, apa nggak sebaiknya kamu coba dulu usaha lain dengan modal yang kita punya?" tawar Sinta paham akan hobi Rama. Ternyata laki-laki kelahiran Januari itu tidak kapok menekuni dunia mekanik lagi.

"Bidang lain? Emang apa keahlianku selain bengkel?" Rama menaikkan alisnya.

"Masak? Kamu 'kan jago masak!" ujar Sinta semangat.

"Hahaha! Sejak kapan? Yang puji masakanku enak cuman keluargaku doang kalik Sin. Ada-ada aja kamu." Rama mengelak.

"Siapa bilang? Emang enak kok, dua jempol buat masakan kamu." Sinta mengacungkan jempol kanan dan kirinya untuk Rama.

"Lagian kan Ram, usaha kuliner tidak terlalu mahal menurutku. Kamu bisa coba dulu." imbuh Sinta.

"Pakai modal ini?" Rama menuding uang Sinta.

"Iya lah, kan uang kamu udah buat ganti rugi motor Bapak-Bapak itu sama renovasi rumah. Udah, nggak papa pakai uangku dulu." Sinta meraih telapak tangan Rama, lalu menaruh uang miliknya di atas tangan Rama.

"Mau usaha apa?" tanya Rama.

Keduanya lalu diam, Sinta berpikir jenis usaha kuliner yang cocok untuk Rama. Begitupun dengan Rama, meskipun tidak begitu tertarik menggeluti dunia kuliner, namun tak ada salahnya untuk mencoba dengan modal yang ada.

"Bakso? Aku biasa buat bakso di rumah. Kata adik-adik enak." usul Rama.

Sinta menatap Rama, tersenyum. "Boleh!"

"Tapi ... aku takut nggak sesuai ekspektasi. Bagaimana kalau aku gagal? Uang sudah terlanjur di pakai, tapi keuntungan nihil. Malah buang-buang tenaga dan biaya." kata Rama pesimis lagi.

"Kok kamu mikirnya gitu sih ..." Sinta bersandar di pundak Rama.

"Apa aku ngelamar kerja di pabrik aja ya?" beo Rama.

"Lah, kok malah pingin jadi karyawan sih? Bukannya jadi boss muda adalah impianmu sejak dulu? Ayo Rama optimis! Nggak papa kalau gagal, aku dampingin sampai gelar boss muda ada di kamu." ucap Sinta ingin mengembalikan rasa percaya diri Rama.

"Kamu, yakin aku bisa?" tanya Rama meminta pertimbangan.

"Aku yakin. Seandainya gagal otak kamu akan berputar dengan sendirinya cari cara biar bisa dapat keuntungan. Seperti yang sudah-sudah. Coba saja, aku yakin kamu pasti bisa." Sinta menepuk pundak Rama percaya.

RAMA✔️  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang