Siapa bilang anak cowok enggak bisa masak? Siapa bilang anak cowok tidak bisa gantikan peran Ibu? Kenalin nih, Ramawijaya Januartha.
Kalau anak kecil nangis, orang pertama yang mereka sebut ialah "Ibu" akan tetapi hal itu tidak berlaku di keluarga Rama. Adik-adik Rama, baik Rafis maupun Reva, ketika mereka menangis orang pertama yang mereka sebut adalah "Mas Rama".
Wajar saja, sejak kecil mereka menghabiskan banyak waktu bersama Rama. Rama yang menimang Reva dari bayi sampai balita, Rama yang mengajarkan bermacam huruf pada adik-adiknya. Orang tua mereka hanya satu, yaitu Ayah Rendi. Ayah bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, untuk membeli susu Rafis dan Reva, untuk membayari sekolah Rama.
Kata Ayah, jadi orang sukses nggak harus kuliah.
Kuliah bukan menjadi patokan sukses dan tidaknya orang tersebut. Yang penting kamu ulet, percaya diri, pinter ngomong, nggak gampang down. Ayah yakin kamu nggak akan kalah sama lulusan sarjana itu.
"Original, mercon, original isi telor. Untuk minum ada teh anget/es teh. Jeruk anget/es jeruk, lemon tea. Baru bisa bikin menu itu, nanti kalau usaha ini lancar kita bisa nambah menu."
Rama menyewa satu kios sebagai tempat untuk berjualan nanti. Rama memilih letak kios yang berada di pinggir jalan raya, berharap warung bakso kecilnya bisa dilihat banyak orang. Rama membandrol semangkuk bakso dengan harga tujuh ribu rupiah. Untuk minum Rama memberikan harga yang sedikit miring ketimbang tempat makan lainnya. Yaitu tiga ribu per gelas. Baik es maupun hangat.
"Mulai jualan kapan, Mas?" tanya Reva memasang taplak meja.
"Lusa kayaknya udah bisa." balas Rama mengedarkan pandangannya. "Semoga usaha kecil ini lama-lama menjadi bukit."
---000---
"Sini aku bantu," Sinta memasangkan celemek yang ditali di belakang pinggang.
Sebenarnya Rama juga bisa memasang celemek itu sendiri, tapi tak apalah di pasangin oleh pujaan hati. Rama akan merentangkan tangan dengan senang hati.