24: Terbongkar

1.5K 137 39
                                    

Segelas susu putih di atas meja menarik perhatian Rafis. Siapa yang minum susu?

Setahu Rafis, Rama jarang meminum susu. Apalagi Reva, adik bungsunya itu juga tidak suka minum susu. Ayah jangan ditanya, Rendi cenderung suka minuman pahit ketimbang manis, kalau kopi di rumah ada banyak. Yang pecandu kopi Rendi sama Rama. Kalau Rafis tidak begitu suka.

"Susu apaan?" Rafis langsung bertanya melihat Rama menyeruput susu itu.

"Ya susu." jawab Rama mengusap mulutnya yang basah.

"Wih, sekarang minum susu ... susu buat tulang ya? Biar nggak osteoporosis?" Rafis meledek.

"Eh, kita cuman selisih empat tahun ya." Rama menaruh gelas susu yang sudah tandas.

"Biar empat tahun tapi kamu udah kepala dua, Mas. Sedangkan aku masih belasan tahun, sorry ya."

Mata Rama menyipit ke arah Rafis. "Apaan. Mas masih muda, belum keropos tulangnya."

"Siapa tau pencegahan osteoporosis sejak dini. Terus kalau bukan susu untuk tulang, itu susu apa?"

"Susu protein. Biar sehat, biar bugar, kamu kalau mau minum, minum aja."

"Mmm ... nggak tertarik sih." Rafis mengedikkan bahu.

"Terserah," jawab Rama acuh.

"Mas, mau minjam motor boleh?" Rafis menyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya, tak lupa juga dengan suara yang terdengar lembut. 

"Motor yang mana?" tanya Rama. Biasanya Rafis kalau mau pakai motor juga nggak pernah minta izin, ini kok pakai izin segala.

"Yang trail." kata Rafis memilih.

"Buat apa? Pake aja yang matic, kemarin udah Mas isi bensin." balas Rama.

"Mau main Mas, biar motornya ganti gitu. Nggak itu-itu mulu."

"Nggak boleh." tolak Rama tanpa pikir panjang.

"Nggak lama elah, Mas. Bentar doang," Rafis membujuk.

"Nggak." Rama menggeleng.

"Dua jam deh, janji abis itu pulang. Ya? ya?" Rafis menaik turunkan alis.

Rama mendorong pelan bahu adiknya itu, sudah malas menanggapi.

"Halaaah, Mas...." Rafis membuntuti langkah Rama. Akan tidak berhenti sebelum Rama mengiyakan.

"Gak usah pamer, itu bukan motormu." sinis Rama menanggapi.

"Siapa yang pamer? Cuman buat nongkrong doang."

Rama menghela napas lelah.

"Yess! Boleh kan, Mas?" Hanya dengan helaan nafas, Rafis seolah tau isi kepala Rama. Rama memang paling tidak bisa kalau sudah dibujuk begini.

Rama melirik sekilas. "Kuncinya di atas speaker."

"Siap! Makasih Mas Rama!" Rafis merangkul pundak Rama dari belakang.

"Sebelum jam dua belas harus kamu balikin, mau keluar soalnya." peringat Rama. Rafis kalau sudah main suka lupa waktu, makanya Rama mengingatkan.

"Sama Mbak Sinta, ya?" tebak Rafis.

Rama mengangguk pelan.

"Siap!"

---000---

Kaki Rafis sudah bisa diajak menginjak tanah ketika berada di atas motor trail nya Rama. Ingin menaiki motor trail itu sudah lama, tetapi kakinya belum sanggup menapak ke tanah. Selain takut jatuh, Rama juga tidak membolehkan Rafis naik, karena Rama tau motor sama badan Rafis tinggian motornya. Bisa bahaya.

RAMA✔️  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang