41: Istri Kenapa?

1.1K 79 14
                                    

"Aku cuman bilangin," ujar Sinta.

Rama menghela nafasnya, ia berdiri membelakangi Sinta sembari meminum air.

"Iya," jawab Rama.

"Aku gak suka kamu pulang malem-malem, tau gak aku di rumah sendiri?"

"Iya Sayang," Rama memutar tubuhnya sehingga kini berhadapan dengan Sinta.

"Lagian kamu ngapain sih belakangan ini pulang jam segini? Ngobrolin apa sama temen-temen kamu? Kamu tuh udah punya istri, ada aku yang nungguin kamu pulang," Sinta mengomel.

"Iya aku minta maaf, tadi keasyikan ngobrol. Udah lama gak ketemu," Rama menjawab apa adanya.

Sinta duduk di sebelah Rama. "Setidaknya kamu jawab telpon aku, Mas."

"Hp ku kehabisan batre setelah kamu nyusul ke warung tadi, aku lupa gak ngecas semalam. Maaf ya, besok gak aku ulangin lagi," Rama mengusap rambut Sinta.

Sinta menghela nafas.

"Aku gak bermaksud marah loh Mas, aku cuman-"

"Aku ngerti, gapapa," Rama tersenyum.

"Yaudah aku ke kamar duluan ya, mana hp kamu? Aku cas sekalian, kebiasaan kamu itu,"

"Ini," Rama memberikan hapenya.

Hari ini menjadi hari ke-tiga setelah Rama membuka cabang warung bakso di tempat barunya. Rama perlu bersabar merintis usaha ini, ia telah mempercayakan warung pertama ke tangan orang yang tepat. Kini Rama memiliki dua penghasilan, satu dari warung pertamanya dan kedua dari cabang warung yang baru berjalan tiga hari ini.

Rama menghidupkan layar hape. Rama mengernyit melihat puluhan panggilan dari istrinya, Rama membuka room chat milik Sinta lalu membaca rentetan pesan Sinta yang dikirim beberapa jam lalu.

"Sayang kamu pingin martabak?" Rama duduk menepuk pundak Sinta.

"Telat Mas, aku udah nelponin kamu, wa kamu, ternyata hp kamu mati."

"Tapi kamu sampai spam begini, kamu pingin banget?" tanya Rama.

Sinta mengangguk pelan.

"Sekarang masih pengen gak?"

Sinta mengangguk membuat hati Rama teriris rasanya.

Rama menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal.

"Maaf ya aku baru buka pesan kamu, coba aku cari ke luar," Rama beranjak berdiri.

"Eh... kamu mau ke mana lagi?" Sinta mencekal tangan Rama.

"Nyariin kamu martabak lah." jawab Rama. "Sepingin itu, kasian."

"Malem-malem begini udah habis dong, Mas..."

"Makanya aku cariin dulu moga masih ada yang jual."

"Tapi kamu capek baru pulang kerja,"

"Its okay," Rama menjawab enteng.

Sinta menatap wajah Rama berbinar, beranjak berdiri menyetarakan tinggi tubuhnya dengan Rama. Sinta mencium wajah serta pipi Rama berkali-kali hingga membuat Rama salah tingkah sendiri.

"Kenapa?" tanya Sinta melihat Rama memegang dada.

"Gatau tiba-tiba deg-degan, pasti gara-gara kamu,"

Cup

Mwah

Sinta mencium tepat di bibir kemudian bergeser ke arah pipi tanpa melepaskan sensasi kenyal dari atas permukaan wajah Rama.

RAMA✔️  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang