Sinta mengaplikasikan bedak padat pada permukaan wajahnya. Gadis itu mendengar dentingan special yang membedakan nomor tertentu ketika sedang menghubunginya.
Sinta duduk membaca pesan yang dikirim Rama beberapa detik lalu.
Rams💗
Nimas SintaIbu sm Bapak ada di rumah nggk?
Ada say, knp?
Aku udh siap mau ke rumah kamu
Ngapain?
Mau minta restu
Biar jadi mantu
Ram, plis jgn bercanda deh
Nggk bercanda, aku otw sekarang
Serius?!
RAM!
P
P
"IBUUUK!" Sinta berteriak memanggil Ibunya yang tengah masak di dapur.
"Buk, Rama mau ke sini!" Lapor Sinta histeris.
"Mau ngajak kamu keluar?" tanya Ibunya Sinta terlihat biasa saja.
"Katanya mau ngomong sama Ibu Bapak, mending sekarang Ibu mandi deh, masaknya biar aku yang gantiin."
Sinta mendekam di dapur, sepertinya Rama sudah sampai di rumahnya. Suara Bapak yang menyambut kehadiran Rama terdengar menggema dari arah kamar tamu. Sinta mendadak jadi gugup hendak menemui pemuda itu.
"Sinta, kamu kok masih pakai baju itu sih. Itu Rama di ruang tamu nungguin kamu, rapi banget pakai batik, mau ngapain sih?" tanya sang Ibu.
"Nggak tau," Sinta menggeleng jujur.
Rama datang seorang diri menghadapi keluarga Sinta.
"Sebentar ya Nak Rama, itu Sinta lagi ganti pakaian."
Rama tersenyum menyambut kedatangan calon mertua.
Rama mencium tangan beliau. "Iya nggak apa-apa, Buk."
"Tumben pakaian Nak Rama formal begitu, mau datang ke resepsi pernikahan ya?" tebak seorang laki-laki paruh baya yang tak lain merupakan Bapaknya Sinta.
"Bukan Pak, saya murni ke sini ingin berbicara dengan Bapak, Ibu, dan Sinta."
"Wah, berbicara tentang apa Nak? Kok kelihatan serius begitu," tanya Ibu.
Rama tersenyum malu. "Nunggu Sinta dulu Buk, biar jelas semuanya."
Hendak berdiri memanggil sang anak yang tak kunjung menampakkan diri, beruntung Sinta sudah lebih dulu muncul mengenakan dress selutut berwarna pink.
"Maaf, nunggu lama ya?" Sinta mendadak canggung.
Rama menggeleng sambil tersenyum.
"Duduk, sini," Ibu meraih tangan Sinta duduk di tengah orang tuanya.
"Bagaimana Nak Rama? Apa yang mau dibicarakan?"
Rama menautkan jari jemarinya yang terasa gugup. Rama menarik nafasnya terlebih dahulu, setelah dirasa cukup tenang, Rama menatap baik-baik kedua orang tua Sinta.