19: Masih Terasa

2K 157 44
                                    

Rama mencoba damai dengan alat bantu pernapasan yang kini mengurung hidung serta mulutnya. Rama sedang menjalani pengobatan uap. Uap dihasilkan dari cairan yang kemudian dihirup menggunakan masker yang telah tersedia dan tersambung dengan alat nebulizer.

Bayangan samar seorang laki-laki berkemeja putih terlihat mondar-mandir di samping Rama.

Haaahhh ....

Alat tersebut bernama Nebulizer. Sebuah alat untuk mengubah obat dalam bentuk cairan menjadi uap yang dihirup. Sudah lebih dari satu jam Rama menggunakan alat tersebut.

Sensasi dingin berlomba masuk menggantikan rasa sesak yang menghimpit dada

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sensasi dingin berlomba masuk menggantikan rasa sesak yang menghimpit dada.

"Tarik nafas," Dada Rama mengembang.

"Tahan sebentar .... buang," titah perawat medis yang membantu Rama supaya bernapas lebih lega.

"Ulangi lagi,"

Rama berhasil mengontrol ritme napasnya. Gerakan dada sudah tidak begitu cepat. Namun ketika alat itu dilepas, Rama langsung merasa dadanya kembali sesak.

"Masih sesak?" tanya medis.

Kepala Rama mengangguk pelan.

"Pak, Dokter?" Rama mengernyit memperjelas penglihatan yang amat memburam.

"Perkenalkan saya Faisal, merupakan perawat di rumah sakit Medika Utama. Saya mendapat laporan dari saudari Sinta, melalui sambungan telepon rumah sakit kami. Sebelumnya saya sudah mendapatkan izin untuk memeriksa anda," Medis tersebut memperkenalkan diri.

"Apabila anda masih merasa sesak, atau kesulitan bernafas setelah alat ini dilepas. Sebaiknya anda datang ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut, nanti bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis paru, yang nantinya akan diberikan obat dan anjuran lainnya," jelas perawat medis tersebut.

Perawat tersebut lanjut berbicara dengan Sinta. Rama tak menyahut penjelasan dari perawat tersebut, bahkan ia belum sempat mengucapkan terimakasih. Tubuh Rama begitu terasa lelah dan lemas.

"Ram, gimana napas kamu? Kalau masih sesak mending ke rumah sakit," titah Sinta mengerutkan kening menatap Rama.

"Istirahat di rumah aja, lebih nyaman kok." Rona wajah Rama masih sangat pucat, Sinta khawatir Rama kenapa-napa.

"Ah, kamu mah. Ngeyel banget, ayo lah jangan keras kepala. Aku tau kamu lagi sakit," Sinta memasang wajah kesal kepada Rama.

"Kecapekan doang, tadi aku lari." jawab Rama sembari terpejam.

Sinta menghela napas sendiri. Sepertinya Rama sedang butuh istirahat.

"Kok diem?" tanya Rama, ia membuka mata. Sial, ruangan kembali berputar

RAMA✔️  [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang