Kayaknya readers Rama seru-seru inih orangnya kiw-kiw😆
Lov u sekebon cintakuuh🙈🙉
Sensasi dingin nan lega yang dihasilkan dari alat bantu pernapasan tersebut kian membuat Rama tenang. Rama masih dalam hitungan sadar, matanya mengerjab pelan menatap langit-langit rumah sakit. Posisinya tidak begitu berbaring, terdapat dua bantal yang mengganjal punggung serta pundaknya. Penderita asma yang sedang kambuh memang dilarang berposisi tidur terlentang, hal itu akan memperparah sirkulasi udara yang hendak masuk.
Sebenarnya, Rama bukan tipikal orang yang mudah stress, apalagi memikirkan masalah yang sudah berlalu. Namun tekanan darahnya tinggi ketika diperiksa tadi. Dokter bilang, hal tersebut karena serangan asma yang membuat Rama panik lalu jantungnya berdebar-debar. Hal tersebut tentu memicu tekanan darah.
Penderita asma memiliki kecenderungan sakit kepala yang lebih sering daripada mereka yang tidak memiliki asma. Kurangnya pasokan udara ke dalam otak, membuat pandangan menjadi kabur, berkunang-kunang, bahkan berputar. Otak yang tidak mendapat suplai oksigen selama lebih dari lima menit dapat berakibat fatal. Linglung contohnya.
"Sebelum terserang asma, apakah pasien sudah mengeluh sesak?" tanya ibu dokter memeriksa denyut nadi Rama menggunakan stetoskop.
"Teman saya ini habis lari-larian Dok, saya lihat nafasnya udah enggak beraturan tapi dia bilang nggak papa. Tiba-tiba seseknya makin parah, sampai kelihatan susah banget buat napas. Terus langsung kita bawa ke sini karena inhaler kebetulan juga lagi habis." jelas Kuni mengapit pundak Rafis yang menautkan alisnya cemas.
"Bisa jadi kelelahan menjadi penyebabnya. Sebaiknya dalam waktu dekat, pasien harus lebih banyak istirahat. Pikiran juga nggak boleh kenceng-kenceng. Tapi tenang saja Mas, keadaan pasien semakin membaik kok. Tadi saya cek tekanan darahnya sudah menurun, nafasnya juga tidak begitu sesak, kami akan tetap memasangkan oksigen sampai beberapa jam nanti." Ibu Dokter tersebut tersenyum ramah memberikan penjelasan tanpa menakutkan pasiennya.
Yang dibicarakan tengah menikmati uap berupa oksigen. Lelah sudah seluruh tubuh Rama setelah terkena serangan. Ia sejak tadi juga mendengarkan penjelasan dari dokter, walaupun sesekali telinganya seperti mendengung bak tawon yang berkerumun.
"Fis ..." panggil Rama pelan.
Rafis mendekat, meminta izin Rama sebelum memegang kepala sang abang. Rafis mengusap buliran keringat di sekitar dahi Rama, menyingkirkan sisa rambut yang ikut basah.
"Jangan kabarin Ayah." ujar Rama.
"Kenapa, Mas?" balas Rafis, tangan lentiknya beralih ke atas dada Rama. Mengurut perlahan agar nyerinya berkurang.
"Ayah lagi kerja, entar jadi buyar tau Mas masuk rumah sakit. Mending nggak usah." jelas Rama.
Rafis mengangguk mengerti.
"Ram, Fis, sorry banget aku harus pulang. Bapak ngajak Yasinan ke tempat sodara, nanti kalau udah selesai aku ke sini lagi. Ya?" Kuni menatap tidak enak kepada Rafis dan Rama.
"Nggak papa, Kun. Justru aku yang bilang maaf, udah repotin kamu sampai rumah sakit segala." balas Rama.
"Santai, Ram. Kamu mau opname atau pulang? Nanti sekalian aku mampir ke rumah ambil baju ganti kalian." tanya Kuni.