"Sempakku ada di lemarimu nggak Mas?" Badan Rafis hanya terlilit handuk putih di bagian pinggang. Dia memasuki kamar Rama.
"Coba cari," jawab Rama yang sedang berbaring di atas ranjang.
Rafis membungkuk mencari sempak miliknya di dalam lemari Rama. Ia sudah mengobrak-abrik isi lemarinya namun ia tak menemukan pakaian dalam tersebut. Siapa tahu Reva salah menaruh di lemari Rama.
"Nggak ada i Mas," beo Rafis masih berusaha mencari.
Rama bangkit dari tidurnya. "Di lemari kamu nggak ada? Sudah kamu cari?"
"Udah Mas. Sampe aku keluarin semua bajuku."
"Apa sempak kamu cuman satu?" Rama membantu mencari di dalam lemarinya.
"Ada sih, tapi kemarin habis renang kayaknya lupa aku bawa pulang hehe..." ujar Rafis terkekeh.
"Lah, kok bisa lupa? Terus kamu biarin aja sempakmu ketinggalan di kolam renang?" tanya Rama kaget.
"Yo nggak lah, udah diambil Arlo. Kayanya sekalian dia cuciin. Belum sempat aku tanyain lagi. Terus gimana ni? Masa aku nggak sempakan?" Rafis berkacak pinggang.
"Tanya Reva gih," suruh Rama.
"Reva..." Rafis memanggil nama Reva sambil berjalan ke kamar gadis itu.
"Reva." Ravis berdiri di depan pintu kamar.
Ceklek.
"Apa?" balas Reva keluar kamar sambil menguncir rambutnya.
"Kamu naruh sempak Mas di mana?" tanya Rafis yang mulai kedinginan, sejak tadi belum mengenakan baju.
"Di lemarimu lah," jawab Reva.
"Nggak ada," balas Rama.
"Ah, masa sih Mas?" Reva menguap pelan.
"Iya, di kamar Mas Rama juga nggak ada." Rafis menjelaskan lagi.
"Warnanya apa?" tanya Reva.
"Cream."
"Bentar." Reva meninggalkan Rafis di ambang pintu. Melihat Reva membuka lemari, Rafis turut berdiri di belakang gadis itu.
"Ini! Wooo!" Rafis merebut celana dalam miliknya.
"Weh kok bisa di lemariku?"
"Wooo! Mas cari-cari, ngantuk kamu ya naruh bajunya?" Rafis menampelang pelan kepala Reva.
"Luput Mas, ku kira milikku hehe ... maap ya."
---000---
"Minum segelas gak bakalan mabuk."
Rafis nongkrong di pinggir jalan sambil bermain gitar. Ia habis manggung di salah satu cafe. Bayarannya lumayan banyak, namun sayangnya Rama hanya mengizinkan dirinya perform setiap hari Sabtu. Untung teman-teman Rafis mau memahami dan tetap membolehkan Rafis bergabung dengan anggota band mereka.
"Beneran ni?" Rafis mulai menegak botol yang temannya berikan.
"Aman. Cuman gedang kluthuk," jawab Arlo.
Rafis memejam kala sensasi minuman tersebut merambat turun ke tenggorokan.
"Pahit-pahit enak," kata Rafis, lalu menegak lagi botol berisi fermentasi gedang kluthuk tersebut.
Seperti kata Rafis, minuman tersebut walaupun pahit tetapi sedap. Membuat dirinya ketagihan saja.
Satu jam kemudian, Rafis tepar di atas tikar. Remaja itu mengernyitkan mata, efek dari minuman memabukkan tersebut membuat kepalanya menjadi terasa begitu pusing.