Rafis mengerjab untuk kedua kalinya. Kening Rafis mengkerut mendapati cahaya terang menyorot matanya. Perlahan pandangan Rafis mulai jelas, dan dia sadar sedang diperiksa dokter.
Ahh!
Rafis mendesah merasa perutnya ditekan. Dalam hati Rafis merutuk dokter tersebut, untung dokter, kalau bukan pasti Rafis sudah memaki. Gerakan ahli medis itu membuat Rafis kembali ingin muntah, rasanya persis sebelum dirinya berniat akan ke kamar mandi tadi. Lalu mendadak gelap, dan sekarang dia sudah berbaring dijaga dokter.
"Mual? Sakit?"
Rafis mengangguk pelan.
Rafis melihat dokter tersebut mengangguk-angguk.
"Kenapa, dok?" tanya Rafis penasaran.
"Asam lambung kamu naik, kamu lagi mikir berat nggak?" Dokter bertanya.
Rafis terdiam. Lalu menggeleng kaku.
"Kalau ada, jangan dipendam sendiri. Cerita sama keluarga kamu, atau teman yang bisa kamu percaya. Kamu punya teman kan?"
Rafis mengangguk. "Stress bisa menjadi pemicu asam lambung, tetapi pola makan yang kurang baik juga bisa menjadi pemicunya. Kalau kamu sedang tidak stress, berarti memiliki pemicu lain. Saya akan buat resep obat ya."
"Jangan dok, saya gak mau minum obat, pahit." sergap Rafis.
Dokter tersenyum. "Justru pahitnya itu yang bikin sembuh, kalau manis mah itu sirup."
Rafis mengatupkan mulut, dokter paruh baya ini bisa bercanda juga ternyata. "Saya panggilin keluarga kamu, cepat sembuh!" Dokter itu menepuk punggung tangan Rafis.
Rafis membisu tidak menjawab. Apa kata dokter tadi? Stress?
Dari kemarin pertama sadar, Rafis sudah teringat perkara bengkel Rama yang terbakar. Rama seseorang yang sabar, Rama nggak pernah dendam, pasti Rama mau memaafkan Rafis, Rafis akan menjelaskan semuanya, Rafis tidak sengaja. Iya, Rafis tidak sengaja! Rafis yakin Rama mau memaafkannya!
Batin Rafis.
"Anak Ayah kenapa bengong, hm?" Rendi membuyarkan lamunan Rafis.
Rafis tersenyum.
"Gimana? Masih pusing?"
Rafis menggeleng. Rendi membantu Rafis berposisi setengah berbaring. Dipakai tidur malah tambah mual.
"Tadi kenapa bisa jatuh? Emang Mas Rama nggak jagain kamu?"
"Aku tidur Mas Rama ada kok Yah, cuman tadi aku tiba-tiba mual. Pengen ke kamar mandi, langsung gelap gitu, lemes juga, emang tadi aku kenapa sih, Yah?" tanya Rafis yang memang agak bingung dengan keadaan tubuhnya yang menjadi selemah ini. Masa buat bangun aja langsung tepar.
"Kamu itu belum fit. Kamu nggak boleh ke mana-mana tanpa ada yang dampingin, besok jangan diulang lagi."
Rafis mengangguk.
"Mas Rama sama Reva di mana, Yah?"
"Reva tidur di luar, Rama nemenin juga di luar. Kamu mau ketemu mereka?"
"Mas Rama aja, biarin Reva tidur." ucap Rafis.
"Sebentar, Ayah panggilin." Rendi beranajk berdiri.
Rafis menahan tangan Rendi. "Aku mau ngomong sama Mas Rama, Yah." ucap Rafis bermaksud meminta waktu.
"Ngomongin apa?" tanya Rendi.
Rafis melepas tangan Rendi. Mata Rafis memandang ke arah jendela. "Seandainya aku ngelakuin kesalahan besar sama Mas Rama, kira-kira dia mau maafin aku nggak ya, Yah?"