"Reva udah gede kalau keluar rumah nggak boleh hanya pakai kaos sporot begitu." tegur Rama yang melihat bagian atas tubuh adiknya hanya terlapisi kaos tipis warna hijau tanpa lengan. Sporot.
"Aku cuman mau ambil jemuran di luar kok Mas," jawab Reva.
"Walaupun cuman di depan rumah juga nggak boleh. Kamu udah gede." Milik Reva bisa dibilang cukup menonjol dan Rama baru sadar jika adik perempuannya sudah memasuki masa pubertas.
"Ambil baju, baru keluar rumah," titah Rama.
Reva menurut masuk ke dalam kamar guna mengambil baju. Dulu-dulu dia juga sering mengenakan kaos sporot tetapi Rama tak pernah menegurnya. Tetapi hari ini, entah mengapa Rama mulai melarangnya. Reva tak tau apa yang sedang ada di pikiran kakaknya itu.
Rama diam memikirkan sesuatu.
Tadi dia tidak sengaja melihat dada sang adik yang mulai berisi. Di rumah ini benar-benar tidak ada perempuan selain Reva. Apakah Reva membutuhkan kutang?
"Dek, Mas mau nanya tapi kamu jangan malu ya?" Rama mendekati sang adik yang sedang melipati baju keluarga yang barusan di jemur.
"Nanya apa?" balas Reva.
"Kamu nggak usah malu sama Mas. Anggap aja Mas itu cewek," ucap Rama membuat Reva mengernyitkan mata.
"Maksud Mas?"
"Kamu sebentar lagi udah SMP kan?" Rama menatap kedua manik mata Reva.
Reva mengangguk.
"Kamu mau pakai itu nggak?" tanya Rama kemudian menggaruk belakang tengkuknya yang tidak terasa gatal.
"Apa?" Reva sama sekali tidak paham dengan arah bicara Rama.
"Itu ... BH," jawab Rama pada akhirnya.
Reva menyilangkan tangannya di depan dada, "Nggak!"
"Kenapa?" Rama menaikkan alisnya.
"Malu ih Mas! Kenapa bahas itu?!" Reva menunduk malu.
"Lah, kenapa harus malu? Santai aja sama Mas, Reva." Rama berusaha menjadi sosok Bunda di sini.
"Nggak. Reva nggak mau pakai BH. Reva kan masih kecil." Reva menggeleng-geleng.
"Temen-temen cewek Mas dulu jaman SMP juga udah pada pakai."
"Darimana Mas tau kalau temen-temen Mas udah pada pakai BH?" Reva terkejut, apa jangan-jangan Masnya mengintip teman-temannya ketika berganti pakaian?
"Mereka pada ngomongin. Mas nggak sengaja denger," jawab Rama santai.
"Nggak sengaja apa sengaja?" Reva meledek kakaknya dengan tatapan menyelidik.
"Ye kamu dibilangin. Beneran mereka pada bilang 'ke kamar mandi yuk, kutangku copot' Mas nggak sengaja denger." Rama menjelaskan ingatannya semasa duduk di bangku putih-biru. SMP.
Reva mendengarkan cerita Rama.
"Besok Mas temenin kalau Reva udah mau pake." Rama setia menatap adik bungsunya.
"Tapi malu Mas..."
"Nggak papa, semua perempuan juga pake kok. Kamu udah masuk masa pubertas, wajar kalau kamu udah pakai begituan." Rama mengusap rambut hitam sang adik.
Reva juga merasa jika pertumbuhan dadanya mulai membesar. Diiringi rasa nyeri setiap tersenggol ketika dirinya mandi. Namun dia malu untuk bertanya kepada Rama, Ayah apalagi Rafis. Alhasil dia bertanya kepada teman perempuan di sekolahnya, dan mereka juga merasakan hal yang sama.
"Mulai sekarang, Reva kalau keluar rumah nggak boleh pakai celana di atas lutut." Rama menepuk paha Reva. Kini gadis itu hanya mengenakan celana pendek sebatas paha.