04 - Gue Capek Kak

2.8K 201 2
                                    

Jam menunjukkan pukul 18.00 malam. Adara, dia sedang berdiri dibalkon kamarnya sembari menatap bintang bintang dilangit yang begitu indah. Konon katanya, kalau seseorang diantara kita ada yang meninggal, dia akan menjadi bintang diatas sana dan Adara mempercayai itu. Setiap malam dia seperti orang gila yang berbicara sendiri dengan bintang, namun itu mampu membuat Adara lega dengan hatinya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mampu membuat Adara terkejut.

"Siapa?" tanya Adara lembut.

"Gue, Rahsya" jawab orang diluar pintu, dia Rahsya.

"Gue boleh masuk?" lanjutnya lagi.

"Boleh Kak, pintunya gak dikunci" jawab Adara.

Ceklek!

Suara pintu terbuka, Rahsya masuk dengan tegap dan menghampiri Adara yang berada di balkon itu.

"Masih hobi lihatin bintang bintang?" tanya Rahsya yang ikut melihat bintang dilangit malam itu.

"Seenggaknya gue bisa lebih tenang dari sebelumnya" jawab Adara lesuh.

"Lo kenapa? Cerita sama gue? Lo lagi kangen Rangga?" beberapa pertanyaan Rahsya lontarkan.

"Bukan gue, tapi Arkana" balas Adara tersenyum kecut.

"Arkana? Apa yang terjadi sama dia?" tanya Rahsya lagi.

"Tadi, ditaman bermain, ada anak kecil yang sedang bermain bersama ayahnya dan Kana melihatnya. Gue menghampirinya, dan dia bilang dia rindu Ayahnya" jelas Adara mulai meneteskan air matanya.

"Dia nanyain ke gue kapan Ayah pulang? Kenapa pulangnya lama banget? Kana rindu Ayah, Ayah kapan pulang? Terus gue jawab, kalau Ayahnya lagi kerja, lagi cari uang buat kita, padahal enggak! Dia gak akan pulang menemui Kana, dan Kana akan tetep menanyakan itu sama gue! Gue capek Kak, gue capek harus bohong sama dia" lanjutnya lagi yang kini sudah menangis sesegukan.

"Dar" panggil Rahsya memegang kedua pundak adeknya itu. "Gue tau lo kuat, lo akan bisa ngelewatin ini semuanya" lanjutnya.

"Tapi gue capek Kak, kalau Kana nanya lagi apa yang harus gue jawab"

"Udah sekarang lo gak usah nangis, gue yakin Kana akan paham suatu saat nanti" ucap Rahsya lalu menghapus air mata Adara.

Setelah selesai terharu terhuranya, kini Adara ingin tahu niat Kakanya itu menemuinya.

"Kakak ngapain nemuin Adara?" tanya Adara.

"Emm gini, jadi ada temen Kakak yang baru saja pulang dari Amerika, terus dia cari baju untuk karyawan di cabang perushaan barunya. Jadi, Kakak tunjukin ke kamu deh dan dia setuju. Jadi gimana? Mau gak ambil tawaran Kakak?" jelas Rahsya.

"Emm yah udah gue mau deh" balas Adara.

"Gimana kalau lo ketemu dia dulu, lo bahas apa aja dulu tentang bahan bahannya" usul Rahsya.

"Ide bagus, kalau begitu kapan?" tanya Adara.

"Maunya lo kapan? Yang lo gak sibuk gitu"

"Besok, besok gue gak sibuk. Tapi, lo atur semuanya dan jangan sampai sama dengan waktu gue jemput Kana" jawab Adara.

"Oke gue kabarin orangnya" balas Rakha antusias dan menekankan nomor Gibran diponselnya.

"Halo" ucap Rahsya dan pergi meninggalkan kamar Adara.

Adara menggeleng perlahan, dia kembali menatap bintang setelah Rahsya keluar dari kamarnya.

......

"Jadi adek lo mau kerja sama dengan gue?"

Gibran, saat ini dia tengah menerima telfon dari Rahsya yang memberi kabar bahwa Adara adeknya mau bekerja sama dengannya.

"Terus terus, kapan kita bisa ketemu dan bicarakan soal ini?" tanya Gibran lagi.

"Besok, oke kalau gitu gue setuju"

"Oke, sampai ketemu besok Sya"

Gibran mematikan ponselnya setelah selesai berbicara dengan Rahsya. Setelah itu dia turun kebawah untuk menemui Papa dan Mamanya.

"Sayang" ucap gadis itu yang kini berjalan menuju Gibran yang tengah turun dari tangga dan langsung memeluknya.

Gibran menghela nafasnya kasar, sedang apa gadis ini disini? Begitulah pikirnya.

"Kim lepasin gue, gak enak sama Papa Mama" ucap Gibran berusaha melepaskan pelukan dari gadis itu.

Kimberly Amalia Anggela, dialah gadis itu pacar dari Gibran. Kimberly adalah anak dari teman Papanya yang banyak menginvestasikan separuh saham-sahamnya kepada Papanya Gibran. Dan dengan itu, Gibran harus balas budi dengan cara Kimberly menjadi pacarnya.

"Gakpapa sayang, kan nanti kalau kita udah nikah mereka bakal terbiasa ngeliat kita kayak gini" balas Kimberly yang masih memeluk Gibran.

Gibran menghela nafasnya kasar, dia berusaha agar lepas dari pelukan Kimberly dan akhirnya dia bisa melepaskannya.

"Pa" panggil Gibran berjalan kearah Papanya.

"Kenapa Gib?" tanya Argantara Papa Gibran.

"Aku dapat suplayer baju untuk cabang kita yang baru dari adek temennya aku, jadi besok aku mau ketemu sama dia" ujar Gibran sembari mendudukkan bokongnya.

"Bagus kalau gitu, kamu hendel itu semua" balas Argantara.

Kimberly, gadis itu membuntuti Gibran dan duduk disampingnya.

"Gib" panggil Melinda, Mama Gibran.

"Iyh Ma" jawab Gibran.

"Kamu harus jaga kesehatan kamu, jangan semuanya kamu yang ngehendel pekerjaan itu" ujar Melinda.

"Iyh Ma, Gibran janji akan jaga kesehatan Gibran agar supaya gak sakit" balas Gibran.

"Sayang" panggil Kimberly.

"Apa?!" Ketus Gibran.

"Jalan jalan yuk, aku bosen dirumah terus" jawab Kimberly.

"Gue males ada banyak kerjaan yang harus gue kerjakan sekarang" balas Gibran dan langsung pergi begitu saja ke kamarnya.

"Sayang iihh!"

"Kimberly, mungkin Gibrannya lagi cape kan dia bekerja seharian besok kesini lagi ya" ucap Melinda.

"Emm yah udah Tante, Om kalau begitu Kim pulang dulu" pamitnya.

"Hati hati di jalan" ucap Argantara.

Kimberly hanya tersenyum membalasnya dan langsung pergi dari rumah Gibran. Argantara dan Melinda masuk kedalam kamar setelah Kimberly keluar dari rumahnya.

______

Next?

SANG PENGGANTI (GIDARA) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang