17 - Perasaan Nyaman

2.2K 225 1
                                    

Mereka berdua masih berada di perjalanan, Adara masih berada di punggung Gibran.

"Kalo lo capek, gue bisa turun nanti gue jalan ke vila" ujar Adara.

"Gue gak capek kok, gue gak mau kaki lo bengkak" balas Gibran.

Adara melihat Gibran dari belakang. "Kenapa jantung gue kenceng banget detaknya" gumam Adara dalam hati.

"Aduuuh semoga Gibran gak ngerasain deh" lanjutnya.

"Yang sakit sebenarnya kaki lo atau yang lain sih?" tanya Gibran.

"Ha? Maksudnya?"

"Kenapa yang sakit kaki lo, tapi yang berdegup kencang itu jantung lo?" Gibran melirik Adara sembari tersenyum tipis.

"Ha? Enggak mana ada?" Adara berusaha menetralkan jantungnya namun nihil degupan jantungnya semakin kencang.

"Jangan jangan lo jantungan lagi?" ledek Gibran.

Adara memukul pundak Gibran keras. "Iihh enggak! Udah lo fokus aja kedepan jangan dengerin suara degupan jantung gue"

Gibran tertawa mendengar ucapan Adara. Sedangkan Adara tersipu malu. "Kenapa Gibran harus tau sih, kan jadi malu. Lagian kenapa sih nih jantung kenceng banget degupannya" gumamnya dalam hati.

"Dar" panggil Gibran.

"Hm?"

"Lo udah ngabarin Kana?" tanya Gibran.

"Astagfirullah! Gue belom ngabarin dia"

"Yah udah nanti kalau udah sampe vila lo kabarin dia, pasti udah nunggu kabar dari lo" seru Gibran.

Adara mengangguk mengerti. "Gib" panggil Adara.

"Hm?"

"Makasih yah" ujar Adara.

"Makasih buat?"

"Makasih lo udah mau bantu gue"

"Seharusnya gue yang bilang makasih sama lo. Makasih karena hari ini gue bahagia banget, gue bisa ngerasain udara pedesaan dan pegunungan yang sejuk" seru Gibran.

"Tapi gue gak menepati persyaratan yang lo kasih. Kita udah pulang sebelum lo ngajak gue pulang"

"Lo menepati persyaratan itu kok, tadi gue udah ajak lo pulang kan?"

Adara mengangguk mengerti. Adara melihat Gibran yang berkeringat karena mungkin dia sudah kecapean namun masih dipaksakan untuk menggendong dirinya sampai ke vila.

"Sepertinya Gibran udah capek. Tapi jujur entah kenapa rasanya gue nyaman banget di punggung dia, gak ada rasa risih pun seperti biasanya" gumam Adara dalam hati.

"Gib, kalau lo capek kita istirahat dulu ini masih lumayan jauh ke vila" ujar Adara.

"Udah gakpapa gue masih kuat kok" jawab Gibran.

Adara merogoh sakunya, dimana dia mengambil tisu yang sengaja dia bawa dari vila. Adara pun mengelap keringat Gibran yang keluar.

"Makasih Dar" ujar Gibran.

Mereka masih berjalan cukup jauh dari vila, Adara ingin sekali beristirahat karena melihat Gibran sudah capek menggendongnya namun Gibran selalu menolaknya.

.....

Pukul 16.30

Mereka hampir sampai, Gibran berusaha kuat tetap menggendong Adara karna sebentar lagi akan sampai vila.

"Gue terimakasih sekali lagi sama lo Dar, lo udah mau nemenin gue jalan jalan, lo udah ngejelasin semua tempat tempat di desa ini. Hari ini, gak akan pernah gue lupain Dar. Entah kenapa tawa lo membuat hati gue sejuk dan nyaman" ujar Gibran.

Namun tak ada jawaban dari orang di punggungnya itu. Gibran menoleh sedikit dan melihat Adara.

"Malah tidur nih orang, nyaman banget kayaknya dia dipunggung gue sampe ketiduran gitu" gumamnya sembari terkekeh

"Dar kita udah nyampek" ujar Gibran tapi masih tetap sama Adara masih tertidur.

"Adara kenapa Gib?" tanya Rahsya yang kebetulan dia berada di teras vila bersama Irsyad.

"Shuutt, dia gakpapa kok cuma keseleo aja kayaknya dia kecapean" jawab Gibran.

"Yah udah ayo bawa masuk aja" seru Irsyad.

Gibran pun membawa Adara masuk kekamarnya dan menidurkan Adara di kasur dibantu oleh Rahsya.

Rahsya menyelimuti adeknya itu. "Adara bajunya basah, dia bisa masuk angin kalau gak diganti bajunya" ujar Rahsya.

"Gue panggil Naura sama Violeta dulu, biar mereka yang gantiin baju Adara" Gibran pun keluar dan memanggil Violeta dan Naura.

Setelah Gibran keluar, Naura dan Violeta pun masuk kedalam. "Ini kenapa Adara?" tanya Naura pelan.

"Dia keseleo, kamu bantu gantiin baju Adara yah soalnya bajunya basah aku takut dia masuk angin" seru Rahsya.

"Yah udah lo keluar sekarang biar kita yang gantiin baju Adara" ujar Violeta.

Rahsya pun menurut dan keluar dari kamar, setelah Rahsya keluar Violeta menutup pintu dan mereka pun mengangganti baju Adara dengan baju tidur.

Disisi lain, Gibran sudah mengganti bajunya dan kembali melihat lihat hasil fotonya tadi.

Rahsya datang dengan secangkir kopi di kedua tangannya. "Nih kopi, lo minum dulu" ujar Rahsya.

Gibran pun menerima kopi itu. "Makasih Sya" ujarnya.

Mereka berdua pun duduk di kursi sudut vila.

"Lo dari mana sama Adara?" tanya Rahsya.

"Kita cuma kedepan aja, cari pemandangan buat shot foto" jawab Gibran.

"Lo suka sama adek gue?" tanya Rahsya tiba tiba.

"Uhuhk!" Gibran tersedak mendengar pertanyaan Rahsya karna dirinya tengah meminum kopi panas yang diberi oleh Rahsya.

"Lo suka kan sama adek gue?" tanyanya lagi.

"Apa sih, pertanyaan lo ngawur tau gak" elak Gibran.

"Okeh kalau lo gak mau ngaku. Tapi satu hal yang harus lo tau, gue bisa ngeliat dari mata lo kalau lo itu suka sama Adara, dari cara lo natap dia tadi, dari cara lo memperlakukan dia gue tau itu Gib" ujar Rahsya dan pergi meninggalkan Gibran.

Setelah Rahsya pergi, Gibran bengong memikirkan perkataan Rahsya tadi.

"Apa benar perkataan Rahsya tadi? Apa iya gue suka sama Adara?" gumamnya dalam hati.

Gibran membuka kamera dan melihat hasil foto tadi, saat dia melihat lihat tidak sengaja foto Adara lewat dan melihatnya.

"Adara emang cantik, pasti banyak orang yang suka sama dia, pasti banyak yang ingin mendapatkan cintanya" ucapnya sambil tersenyum melihat foto Adara.

Gibran kembali melihat lihat hasil fotonya lagi, tak banyak yang ia foto hanya beberapa saja tapi banyak foto Adara disana. Memang dari awal perjalanan Gibran memang sering memotret Adara hingga terakhir di sungai tadi.

"Cantik"

......

Next?

SANG PENGGANTI (GIDARA) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang