19 - Perjanjian

2K 207 3
                                    

Pukul 01.00

Gibran saat ini dia tengah duduk di sofa, entah dirinya sangat susah tidur. Dia mencoba menyibukkan agar dia bisa tertidur. Sebelum duduk disofa Gibran mengambil laptop yang sengaja ia bawa.

Dimeja sudah ada laptop dan kamera yang tadi di bawa saat jalan jalan bersama Adara. Dia memang sengaja ingin memindahkan semua foto foto itu ke laptopnya.

"Jadi selama jalan jalan tadi gue cuma dapat 3 foto pemandangan aja dan yang lainnya fotonya Adara semua?" gumam Gibran setelah melihat semua hasil hasil yang ia pilih lebih bagus dari sebelumnya.

"Ternyata Adara cantik kalau tertawa gini" ujar Gibran melihat foto Adara saat berbicara dan tertawa bersama salah satu warga di kebun teh.

"Oh yah video yang tadi, untung aja gue punya ide buat nge video pas di sungai"

Gibran mencari video tadi yang sengaja dia nyalahin di sungai tadi.

"Bahagia banget Adara di video itu, dan makin jelas cantiknya" puji Gubran melihat video tadi.

Ting

Satu notif bunyi dari ponsel Gibran. Gibran pun melihat siapa yang mengirimnya pesan malam malam gini.

"Kimberly?" gumamnya.

-Sayang kamu kapan sih pulang dari luar kotanya, aku kangen tau-

"Apa sih nih anak" Gibran hanya melihat pesan itu tanpa membalasnya dan kembali meletakkan ponselnya ke meja.

Deerrtt deerrtt deerrtt

Karna pesannya tidak dibalas, Kimberly memilih menelfon.

Gibran pun menerima telfon dari Kimberly. "Apa?"

'Kok kamu belom tidur sayang?'

"Gue lagi kerja, udah yah jangan nelfon gue gue lagi sibuk"

Gibran pun mematikan telfonnya sepihak dan membanting ponselnya ke sofa.

"Kenapa sih tu cewe selalu ngintilin gue, udah gue jauhin masih aja ngintilin gue" seru Gibran kesal.

"Seharusnya gue gak menerima perjanjian itu dan gue bebas dari dia, tapi kenapa gue susah banget buat menolak Papa" ujar Gibran.

Gibran kembali melihat foto foto Adara. "Andai saja Kim itu lo Dar, mungkin akan gue perlakuan lebih dari gue memperlakukan Kim sekarang" gumamnya.

Gibran memikirkan semua perkataan dari Rahsya dan Irsyad. "Apa iya gue jatuh cinta sama Adara? Tapi gue ngerasa nyaman kalau didekat dia"

"Hm Adara Adara" gumam Gibran melihat foto Adara yang tersenyum manis dilayar laptopnya.

Terdengar suara langkah kaki dari arah kamar cewe cewe, orang itu pun mendekat kearah sofa.

"Gib? Lo belom tidur?" tanya orang itu.

"Adara"

Yah orang itu adalah Adara yang berniat mengambil air panas karena suhu tubuhnya sangat dingin.

"Lo ngapain disini? Lo lagi kerja?" Adara berusaha melihat ke layar laptop Gibran namun dengan cepat Gibran menutupnya.

"Lo mau kemana malam malam gini keluar?" tanya Gibran balik.

"Gue mau kedapur ambil air panas, dingin banget" jawab Adara.

"Yah udah gih sana ambil air panasnya" suruh Gibran.

Adara pun mengangguk dan berjalan kedapur. Sedangkan Gibran dia kembali membuka laptopnya.

"Huffhh! Untung aja, hampir gue ketahuan kalau gue ngefoto dia tadi di sepanjang perjalanan" gumamnya.

Gibran mengembalikan layar laptopnya dan diganti oleh berkas berkas pekerjaan alih alih agar tidak diketahui oleh Adara.

Sekitar lima menit Adara kembali dengan jalan yang masih tertatih tatih dan memegang dua gelas di kedua tangannya, dia pun duduk disamping Gibran.

"Nih kopi buat lo" ujar Adara menjulurkan gelas itu kepada Gibran.

"Makasih" balas Gibran dan mengambil kopi itu lalu meminumnya.

Adara melihat ke layar laptop milik Gibran. "Lo lagi ngerjain pekerjaan lo?" tanya Adara.

"Iya! Soalnya mata gue sulit banget tidur jadi gue luangin waktu aja buat ngerjain ini" jawab Gibran.

"Tapi kan masih ada besok Gib, ini udah malem lo pasti ngantuk nanti lo sakit" seru Adara.

"Bentar lagi selesai, habis itu gue tidur" balas Gibran.

"Yah udah kalau gitu gue ke kamar yah" ujar Adara yang ingin berdiri namun tangannya di tahan oleh Gibran.

Adara kembali duduk. "Kenapa Gib?"

Gibran melepas tangannya. "Ha? Ee enggak gak ada apa apa"

"Yah udah gih ini udah malem, gak baik anak cewe diluar malem malem gini apa lagi ada cowo" lanjut Gibran sembari diakhiri ledekan.

"Apasih" Adara tersenyum malu. "Yah udah gue ke kamar duluan" Adara berdiri hati hati dan melangkah menjauhi Gibran.

"Dar" panggil Gibran.

Adara menoleh. "Ya?"

"Hati hati" ujar Gibran.

Adara tersenyum. "Cuma kekamar Gib, deket gak ke jakarta juga"

Gibran tertawa tipis. "Enggak takutnya nanti kakinya keseleo lagi makin tambah sakit nantinya"

"Iya gue bakal hati hati" jawab Adara dan kembali berjalan.

"Dar" panggil Gibran lagi.

Adara kembali menoleh kebelakang. "Ya Gib?"

"Selamat malam Dar" jawab Gibran.

"Malam juga Gib" Adara kembali berjalan namun ketiga kalinya Gibran memanggilnya dan kembali Adara menoleh melihatnya.

"Kenapa lagi Gib? Hati hati? Selamat malam?" tanya Adara.

"Eee- gak jadi, yah udah lo tidur sana" balas Gibran.

"Beneran gue jalan nih? Nanti dipanggil lagi, terus gue noleh lagi" seru Adara.

"Enggak kok, itu yang terakhir" Gibran menunjukkan jejeran giginya.

Adara pun kembali berjalan, namun ia berhenti ketika hampir didepan pintunya. Adara kembali menoleh kebelakang melihat Gibran.

"Manggil lagi?" tanya Adara.

Gibran menggeleng. "Ha? Eee- enggak gue gak manggil lagi"

Adara tertawa. "Panik banget, enggak gue becanda. Yah udah gue tidur dulu, daaaah" Adara pun kembali berjalan dan membuka pintu lalu masuk ke kamarnya.

Gibran menghela nafasnya gusar. "Jantung gue, kenapa dag dig dug gini" seru Gibran memegang dadanya.

"Ah udah lah tidur aja" Gibran menutup laptopnya dan memasukkan kedalam tas laptopnya.

Adara mematikan lampu tengah setelah itu dia masuk kedalam kamarnya karna matanya sudah sangat ngantuk meski sudah meminum kopi buatan Adara.

.....

Next?

SANG PENGGANTI (GIDARA) [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang