Brakkk!
Kimberly membanting pintu kamarnya dengan sangat kencang hingga membuat Andryan yang mengikutinya dari belakang kaget mendengarnya.
Tok
Tok
Tok
Andryan mengetuk pintu kamar Kimberly untuk mengecek keadaannya.
"Ily lo kenapa? Lo gakpapa kan?" tanya Andryan dari arah luar.
"Gue mau sendiri dulu Dryan jangan ganggu gue" jawab Kimberly.
"Tapi Ily"
"Gue mohon sama lo, tolong ngertiin gue"
"Oke gue pergi. Tapi kalau lo ada apa dan kenapa kenapa panggil gue yah" ujar Andryan tetapi tidak ada jawaban dari Kimberly.
Andryan pun pasrah, seperti perkataan Kimberly dia pergi dan membiarkan sahabatnya itu sendiri.
Braakkk!
Kimberly membuang semua alat make-up yang berada di meja rias nya hingga terjatuh satu foto kebawah.
Kimberly mengambilnya, ternyata foto itu adalah foto dirinya dan Gibran yang diambil di Amerika waktu itu.
"Gib. Kenapa lo malah milih nikah sama dia? Kenapa lo milih ninggalin gue dan nikah sama cewe yang baru lo kenal!" seru Kimberly menatap foto itu.
"Kenapa lo bisa bahagia sedangkan gue enggak! Kenapa Gib? Kenapa?!"
"Seharusnya waktu itu gue gak izinin lo buat terbang ke Indonesia. Kalau gue gak izinin lo waktu itu, mungkin saat ini lo tetep milik gue"
"Lo bisa bahagia dengan Adara sedangkan gue enggak! Gue juga mau bahagia"
"Gib. Dari awal lo milik gue, seharusnya sekarang lo juga milik gue!" Kimberly berucap dengan nada licik.
Sreeekk!
Dia menyobek foto itu dan menyisakan hanya foto Gibran disana dan membuang foto dirinya ketempat sampah.
"Lo bahagia, gue juga harus bahagia dengan cara apapun itu"
.....
Pukul 21.00 Malam
Gibran, Adara dan Arkana mereka kini tidur di satu tempat tidur seperti permintaan Arkana.
"Kana seneng banget deh akhirnya Om Ayah jadi Ayah Kana" seru Arkana yang berada ditengah tengah antara mereka berdua.
"Ayah juga seneng banget akhirnya Ayah punya anak jagoan seperti Kana" Gibran mengelus kepala Arkana.
"Ayah janji yah jangan pernah tinggalin Bunda"
Gibran dan Adara saling tatap, sebelum akhirnya mereka berdua tersenyum.
"Ayah janji, Ayah akan terus bersama kalian berdua sampai kapanpun" jawab Gibran.
"Bunda juga janji yah jangan pernah tinggalin Ayah" seru Arkana.
"Iyh sayang, Bunda sama Ayah janji gak akan ninggalin satu sama lain" balas Adara mengelus kepala Arkana.
Terjadi keheningan sebentar sebelum akhirnya Arkana kembali membuka pembicaraan.
"Bunda" panggil Arkana.
"Ya sayang kenapa?" tanya Adara.
"Nanti kalau Bunda punya dedek bayi, Bunda sama Ayah udah gak sayang lagi sama Kana" seru Arkana membuat keduanya kaget.
"Kana sayang. Kana sama dedek bayi itu sama, sama sama anak Bunda dan Ayah. Jadi, Kana gak perlu takut kalau kasih sayang kita berdua itu akan berkurang sama kamu" jawab Adara.
"Bener apa kata Bunda. Kana sama dedek bayi itu sama sama anak Bunda sama Ayah dan kalian itu harta paling berharga bagi kita" tambah Gibran.
Arkana tersenyum. "Terus Bunda kapan mau punya dedek bayi?" tanya Arkana.
"Masih belum bisa buat sayang" jawab Gibran.
Adara menyikut perut Gibran dan membuatnya meringis kesakitan.
"Awwss sakit sayang kenapa sih?!" ringis Gibran.
"Ngapain ngomong gitu sama Kana sih" seru Adara.
"Emang dedek bayi itu harus buat dulu yah? Emangnya buatnya pakek apa?" tanya Arakna polos.
"Pakek tepung sayang" jawab Gibran lagi.
"Tepung? Emang bisa jadi dedek bayi yah Bunda?"
Adara melototi Gibran yang berada di depannya itu. Gibran hanya menyengir membalas pelototan dari istrinya itu.
"Jawab Bunda, emangnya tepung itu bisa jadi dedek bayi yah?" tanya Arkana lagi.
"Gak bisa sayang, udah yah jangan dengerin apa kata Ayah dia cuma becanda" jawab Adara.
"Enggak kok Ayah gak bercanda. Tepung itu bisa jadi dedek bayi nanti kalau dibuat" sambung Gibran membuat Adara kembali melototinya.
"Gimana caranya Ayah? Nanti Kana ikut mau buat juga kalau gitu" seru Arkana polos.
"Udah udah sayang, jangan didengerin apa kata Ayah. Sekarang kamu tidur yah besok kan sekolah" ucap Adara.
"Yaah padahal Kana mau tau gimana caranya bikin dedek bayi" balas Arkana lesu.
"Udah tidur yah sayang Ayah cuma bercanda" ucap Gibran.
"Iyh Ayah Bunda"
Arkana pun menutup matanya, Adara mengelus kepalanya lembut agar Arkana tertidur pulas.
Saat Arkana sudah mulai pulas, Gibran menyolek Adara pelan agar Arkana tidak terbangun.
"Sayang" panggil Gibran pelan.
"Apa?" tanya Adara juga memelankan suaranya.
"Tepung" ucap Gibran membuat Adara bingung.
"Tepung? Apanya?"
"Bikin dedek bayi" seru Gibran pelan.
Adara tersenyum malu. "Ada Kana" balas Adara.
"Kamar sebelah" ujar Gibran.
Adara setuju, tapi saat mereka berdua ingin beranjak berdiri dari kasur tiba tiba Arkana bergerak dan memanggil nama mereka.
"Bunda Ayah" Arkana mengigau memanggil nama mereka berdua.
Adara kembali mengelus kepala Arkana agar dia kembali pulas lagi tidurnya. Adara menggeleng mengisyaratkan untuk tidak sekarang, karena masih ada Arkana.
Gibran pun pasrah atas keputusan Adara, mereka pun tidur menyusul Arkana yang sudah berada dialam mimpi terlebih dahulu.
.....
Next?
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG PENGGANTI (GIDARA) [END]
Narrativa generaleAdara Elgantara Prayoga, seorang singgle mom yang menjadi Ibu sekaligus sebagai Ayah untuk anak semata wayangnya. Dia beruntung memiliki keluarga yang terus membantunya membesarkan anaknya hingga dia besar kini. Trauma akan kehilangan terus menghan...