Inquire Moment

4.7K 281 0
                                    

Gabby menghela nafas, baru saja dia keluar rumah untuk berangkat kerja. Di depan rumahnya, sudah ada Gavin yang menunggu, bersandar ke pintu mobil.

Dia berjalan ke arah luar gerbang, menatap Gavin lalu tersenyum sopan. "Selamat pagi pak, ada urusan apa ya?"

"Saya mau jemput kamu"

"Kenapa ya pak?" Gabby masih menahan nada suaranya agar tetap sopan walaupun rasa kesal sudah berada dipuncak kepalanya.

"Hanya ingin, ayo"

Gabby tersenyum paksa lalu mengangguk, dia malas bertanya hal lain atau berdebat. Karna dia tau pasti atasannya ini ada saja jawabannya.

Gavin yang melihat Gabby manut saja tersenyum, membuka pintu mobil nya yang tepat berada di belakangnya. "Masuk"

"Iya pak makasih" Gabby tersenyum sopan lalu masuk ke kursi sebelah kemudi.

Lalu Gavin berjalan mengitari mobil dan masuk ke kursi kemudi.
Sebelum menjalankan mobilnya Gavin mengambil lengan Gabby dan menggenggam nya. Gabby hanya meringis menatap tangannya yang di genggam lagi seperti kemarin.

Mobil berjalan menjauhi perumahan Gabby menuju kantor, selama diperjalanan tidak ada pembicaraan antara mereka.

Gavin pun hanya diam saja, sembari menyetir Gavin menggenggam tangan Gabby dan mengusapnya lembut.

Gabby menghela nafas, menatap tangannya yang digenggam oleh Gavin dan menatap Gavin secara bergantian. Bertanya-tanya apakah yang diucapkan Melia semalam bahwa Gavin sudah mengenalnya sejak lama itu benar?

Karena Gabby semakin merasa tidak nyaman, dengan paksa dia menarik lengannya dari genggaman Gavin yang saat itu masih mengelus lembut lengannya. Sontak hal itu membuat Gavin menoleh pada Gabby dan bertanya kenapa.

"Maaf pak sebelumnya jika saya kurang sopan, kenapa bapak memperlakukan saya seperti ini? Apakah bapak mengenal saya sebelumnya? Karena jujur saya kurang nyaman, dan jika iya bapak mengenal saya, bisa jelaskan pada saya pak Gavin mengenal saya dimana? Karena seingat saya, saya mengenal bapak hanya sebagai atasan ditempat kerja saya sekarang ini." Gabby berbicara panjang lebar, mengeluarkan segala pertanyaan dalam benaknya.

Gavin tersenyum mendengar pertanyaan Gabby, tidak ada raut terkejut atau bingung. Seakan-akan Gavin menunggu momen ini.

Gavin mengangguk menatap Gabby sembari tersenyum, senyuman yang tidak luntur dari bibir nya sejak bisa berdekatan dengan Gabby.

Gabby menatap bingung anggukan Gavin, "Apa itu teh artinya pak?"

Gavin terkekeh mendengar pertanyaan itu. Dia menoleh kembali pada Gabby "Iya, saya kenal kamu sejak lama"

Gabby melebarkan matanya.
"Benarkah? Sejak kapan? Seingat saya, saya tidak pernah kenal dengan bapak di luar pekerjaan"

"Kita ngga kenal, apalagi berteman"

"Hah terus?"

"Hanya saya yang mengenal kamu, kamu mungkin tidak"

"Iyakah?"

"Saya mengenal kamu belasan tahun lalu, saat kita masih kecil"

"Oh ya?" Gabby bertanya dengan wajah penasaran.

"Hmm"

"Ko bisa pak?"

"Kalo kamu ngga nolongin saya waktu itu, mungkin saya juga ngga akan tau dan kenal kamu Gabby"

"Kapan sih, jangan bertele tele dong gue penasaran nih" Tanpa sadar Gabby berbicara dengan bahasa informal.

Gavin terkekeh kembali "Kamu ingat laki-laki kecil yang hampir di culik?"

Mendapatkan pertanyaan itu Gabby mencoba berpikir, mengingat-ingat apakah dulu iya pernah melihat anak kecil cowok yang hampir diculik. "Saya ngga inget, tapi yang saya inget tuh ada cowo yang ditarik orang lain dengan paksa"

"Ya itu saya"

"HAH!? SERIUSAN PAK?"

Gavin mengangguk mengiyakan "kamu datang menolong saya dengan cara berteriak, membuat semua orang yang berada disekitar perumahan itu keluar rumah"

Gabby membulatkan mulutnya berbentuk 'O' "Ternyata itu bapak ya?"

"Iya, tapi setelah kejadian itu kamu ngga inget saya"

"Mana inget pak, orang bapak diem bae di depan rumah. Saya juga ngga kenal bapak, jadi saya cuma sesekali liat bapak waktu itu"

"Tapi kamu inget sama anak kecil yang suka dateng ke rumah kamu" Sungut Gavin tanpa sadar.

"Lah itukan dia sama saya dah kenal pak, beda atuuh"

"Yaudah yang penting sekarang kita juga sudah kenal, kamu juga sudah ingat saya. Kamu sudah menjadi milik saya seutuhnya"

"Lah kok gitu? mana bisa begitu pak"

"Bisa, saya sudah lama nunggu momen ini" Gavin mengambil lengan Gabby kembali dan mengusap punggung tangan Gabby lembut.

"Maaf saya gamau pak, kita kan baru kenal kenapa ngga kenalan aja lagi terus kita temenan ya gak?"

Gavin tersenyum melihat tingkah Gabby yang mulai tenang tidak canggung seperti sebelumnya.

"Kita kenalan, tapi kita bukan teman. kamu milik saya."

"Idih masa gitu, si bapak aneh"

Gavin tersenyum mengusap puncak kepala Gabby lembut.

Gabby hanya diam, masih sedikit canggung tapi tidak secanggung sebelumnya. Karna sepertinya Gavin tidak semenyeramkan itu.

Sepanjang perjalanan mereka berbincang, lebih banyak Gavin yang berbicara tentang masa kecil mereka dimana dulu dia suka memperhatikan Gabby, dan Gabby hanya mendengarkan dengan seksama.

To Be Continue
Chapter 33✧

<14.36 - 15 juni 2023>

Anti Romantic [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang